Cegah Tindakan Kriminal, Pastikan Data Diri ART Infal
A
A
A
JAKARTA - Pada saat Lebaran, asisten rumah tangga (ART) temporer atau ART infal paling banyak dicari oleh keluarga. Tak jarang, karena kebutuhan mendesak, keluarga menerima secara acak ART infal untuk bekerja.
Pemilik Lembaga Pelatihan Kerja (LPK) Tiara Kasih Bunda Irena menyatakan, hal itu sebaiknya dihindari karena berisiko. Karena itu, pihaknya selalu menerapkan prinsip kehati-hatian dalam menyalurkan ART, khususnya ART infal alias ART temporer. Hal ini guna mencegah terjadinya tindakan kriminal yang terjadi saat para asisten rumah tangga tersebut bekerja di rumah majikannya.
Dia mengatakan, sebelum bekerja maka para ART infal tersebut wajib menyerahkan data diri berupa Kartu Tanda Pengenal (KTP), Kartu Keluarga (KK), hingga surat izin yang bertandatangan di atas materai. Kontrak mereka pun biasanya bersifat permanen, guna menghindari tindakan-tindakan kriminal yang mungkin bisa terjadi.
"User harus merasa nyaman bahwa pekerja wajib punya KTP, KK, dan surat izin yang bertandatangan di atas materai. Dan kontraknya permanen biasanya di sini, jadi mudah-mudahan nggak ada yang kecolongan. Jadi kita over-proteksi lah," katanya saat berbincang dengan SINDOnews di Jakarta belum lama ini.
Selain itu, ART infal pun akan diberi pelatihan singkat sebelum bekerja. Hal ini agar kualitas kerja yang diberikan oleh para ART tersebut maksimal dan tidak mengecewakan konsumen.
"Kita harus mementingkan kualitas buat pekerja dan service excellent buat user. Kalau untuk kualitas kan staf pengajar dari nurse, orang kesehatan. Staf kita juga ada guru PAUD, jadi mereka harus dibekali dulu sebelum bekerja. Menyangkut kebersihan diri, hak dan kewajiban mereka bekerja, etika, itu dulu. Kadang kalau lembaga tidak fokus itu nanti di rumah majikan jadi masalah," tuturnya.
Irena mengaku tidak berani menyalurkan pekerja yang memang belum melalui tahap pelatihan. Jika memang calon konsumen meminta cepat, maka setidaknya pekerja harus mendapatkan pelatihan minimal 3 hingga 4 jam.
"Karena kadang customer baru datang, sudah deh ini buat saya. Walaupun sifatnya emergency dan sifatnya mendadak, kita harus pembekalan. Maksimal 3-4 jam screening test-nya. Kita SOP tetap harus datang dulu, baru user ambil, kalau urgent nanti kita antar. Jadi harus beres dulu masalah internal dengan pekerja, baru boleh diambil," tandasnya.
Pemilik Lembaga Pelatihan Kerja (LPK) Tiara Kasih Bunda Irena menyatakan, hal itu sebaiknya dihindari karena berisiko. Karena itu, pihaknya selalu menerapkan prinsip kehati-hatian dalam menyalurkan ART, khususnya ART infal alias ART temporer. Hal ini guna mencegah terjadinya tindakan kriminal yang terjadi saat para asisten rumah tangga tersebut bekerja di rumah majikannya.
Dia mengatakan, sebelum bekerja maka para ART infal tersebut wajib menyerahkan data diri berupa Kartu Tanda Pengenal (KTP), Kartu Keluarga (KK), hingga surat izin yang bertandatangan di atas materai. Kontrak mereka pun biasanya bersifat permanen, guna menghindari tindakan-tindakan kriminal yang mungkin bisa terjadi.
"User harus merasa nyaman bahwa pekerja wajib punya KTP, KK, dan surat izin yang bertandatangan di atas materai. Dan kontraknya permanen biasanya di sini, jadi mudah-mudahan nggak ada yang kecolongan. Jadi kita over-proteksi lah," katanya saat berbincang dengan SINDOnews di Jakarta belum lama ini.
Selain itu, ART infal pun akan diberi pelatihan singkat sebelum bekerja. Hal ini agar kualitas kerja yang diberikan oleh para ART tersebut maksimal dan tidak mengecewakan konsumen.
"Kita harus mementingkan kualitas buat pekerja dan service excellent buat user. Kalau untuk kualitas kan staf pengajar dari nurse, orang kesehatan. Staf kita juga ada guru PAUD, jadi mereka harus dibekali dulu sebelum bekerja. Menyangkut kebersihan diri, hak dan kewajiban mereka bekerja, etika, itu dulu. Kadang kalau lembaga tidak fokus itu nanti di rumah majikan jadi masalah," tuturnya.
Irena mengaku tidak berani menyalurkan pekerja yang memang belum melalui tahap pelatihan. Jika memang calon konsumen meminta cepat, maka setidaknya pekerja harus mendapatkan pelatihan minimal 3 hingga 4 jam.
"Karena kadang customer baru datang, sudah deh ini buat saya. Walaupun sifatnya emergency dan sifatnya mendadak, kita harus pembekalan. Maksimal 3-4 jam screening test-nya. Kita SOP tetap harus datang dulu, baru user ambil, kalau urgent nanti kita antar. Jadi harus beres dulu masalah internal dengan pekerja, baru boleh diambil," tandasnya.
(fjo)