Harga Minyak Menguat Karena Kekhawatiran Sanksi Terhadap Iran

Sabtu, 30 Juni 2018 - 12:55 WIB
Harga Minyak Menguat...
Harga Minyak Menguat Karena Kekhawatiran Sanksi Terhadap Iran
A A A
NEW YORK - Harga minyak dunia menguat akibat kekhawatiran sanksi Amerika Serikat terhadap Iran yang akan diterapkan pada tahun ini. Sanksi larangan ekspor minyak Iran akan membuat pasokan minyak semakin tidak imbang ditengah meningkatnya permintaan global.

"Sekarang semua orang fokus pada masalah suplai dan demand. Karena perhatian pasar tertuju pada serentetan gangguan produksi minyak di beberapa negara. Jadi berharap pada OPEC dan produsen besar lainnya," ujar Tamar Essner, analis energi di Nasdaq.

Melansir dari Reuters, Sabtu (30/6/2018), harga minyak mentah Amerika Serikat, West Texas Intermediate (WTI) naik 62 sen menjadi USD74,08 per barel pada pukul 17:22 GMT. WTI sudah naik 8,2% selama sepekan. Hasil ini membuat WTI mendekati level tertinggi sejak 26 November 2014, dimana saat itu berada di USD74,43 per barel.

Harga Brent International naik USD1,54 alias 2% menjadi USD79,39 per barel. Artinya Brent telah meningkat 5% selama minggu ini. Dan mendekati level tertinggi pada 3½ tahun lalu.

Sanksi terhadap Iran ditengarai akan membuat harga minyak melonjak. Pasalnya selama ini, OPEC dan Rusia sepakat memangkas produksi demi meningkatkan harga. Iran sendiri merupakan produsen minyak terbesar kelima di dunia, dengan memproduksi 4,7 juta barel per hari alias 5% dari total produksi dunia. Sebagian besar minyak Iran dijual ke China dan India.

Untuk mengisi kekosongan dari Iran, Amerika Serikat berharap OPEC dan Rusia meningkatkan produksinya agar pasokan minyak menjadi seimbang. Dan beberapa negara penghasil minyak lainnya, kini juga mengalami gangguan, seperti Kanada, Libya, dan Venezuela sehingga membuat pasar minyak dunia kian ketat.

"Saya pikir Arab Saudi dan Rusia akan mengkompensasi kerugian dari produksi minyak yang terjadi di Venezuela, Iran, dan Libya, dengan meningkatkan produksi," kata analis minyak di Interfax Energy di London, Abhisek Kumar.

Sebuah survei yang dilakukan Reuters terhadap 35 ekonom dan analis energi memperkirakan, harga Brent akan rata-rata mencapai USD72,58 per barel hingga akhir 2018, lebih tinggi 90 sen dari perkiraan polling bulan lalu sebesar USD71,68 per barel.
(ven)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.4990 seconds (0.1#10.140)