Pendiri Brand Terkenal yang Jauh dari Publikasi

Senin, 16 Juli 2018 - 13:35 WIB
Pendiri Brand Terkenal...
Pendiri Brand Terkenal yang Jauh dari Publikasi
A A A
Banyak pendiri sebuah merek terkenal menikmati ketenaran dimana wajahnya sering ditemui wara-wiri di banyak sampul majalah dunia. Tetapi ada juga yang lebih memilih untuk menghindar dari sorotan.

Berikut sejumlah tokoh pendiri brand-brand tersohor yang lebih memilih berdiri di belakang layar dan jauh dari publikasi.

Rene Lacoste pendiri Lacoste
Merek pakaian terkenal di seluruh dunia ini tidak dibuat oleh perancang mode. Namun, merek ini dibuat oleh pemain tenis Prancis. Pada 1920-an, orang bermain tenis dengan kaos lengan panjang. Pada 1926, pemain tenis René Lacoste menjahit kemeja lengan pendek untuk salah satu turnamen saat itu. Dia benar-benar menjahitnya sendiri. Rene mendapat julukan "alligator" karena dia selalu mampu mengalahkan pesaingnya. Inilah mengapa ada gambar buaya kecil muncul di kaos Lacoste dan itu menjadi logo perusahaan. Pada 1933, Rene mendirikan sebuah perusahaan yang membuat kaos untuk atlet tenis, golf, dan berlayar.

Kevin Systrom pembuat Instagram
Layanan terkenal di seluruh dunia ini dibuat oleh mahasiswa dari Standford University, yakni Kevin Systrom. Pria ini sangat suka fotografi dan bahkan pergi ke Florence untuk belajar lebih banyak tentang seni ini. Seorang guru menunjukkan padanya kamera Holga yang membuat foto persegi dalam gaya retro. Kemudian, Kevin menemukan investor. Dia dan Mike Krieger mulai mengembangkan layanan foto mereka sendiri. Systrom mengingat kamera murah dari Florence dan terinspirasi untuk membuat filter. Ini adalah bagaimana filter pertama X-Pro II dibuat. Dua tahun setelah peluncuran aplikasi ini, Facebook membelinya dengan harga USD1 miliar.

Michele Ferrero pemilik Ferrero
Pada 1957, Michele mewarisi bisnis keluarga yang membuat pasta cokelat dengan kacang. Michele sangat bersemangat tentang perusahaan itu. Untuk menciptakan produk baru, dia memikirkan pemikiran kolektif para ibu rumah tangga Italia dan mengajukan pertanyaan sederhana: apa yang si ibu beli untuknya dan anak-anaknya, apa yang dia sukai? Inilah yang mengawali Michele menciptakan telur coklat Kinder Surprise. Dia dia menggabungkan kedua produk ini. Michele menciptakan permen Ferrero Rocher dan Raffaello dan membuat selai cokelat yang lebih terkenal, yakni Nutella.

Ole Kirk Christiansen pendiri Lego
Pada awal 1930-an, Ole Kirk membuka perusahaan yang membuat papan setrika dan tangga, tetapi tak lama kemudian dia juga mulai membuat mainan kayu. Kata "Lego" terdiri dari 2 kata Denmark: "leg" (bermain) dan "godt" (bagus). Pada 1947, mainan ini terbuat dari plastik dan memiliki bagian-bagian khusus yang memungkinkan anak-anak menghubung- hubungkan bagian-bagiannya seperti Lego yang kita kenal hari ini. Ole meninggal ketika berumur 66 tahun dan 4 putranya mewarisi perusahaan ini.

Isaac Tigrett dan Peter Morton pendiri Hard Rock Cafe
Jaringan kafe terkenal di seluruh dunia ini memiliki sejarah menarik. Pada 1969, grup band The Doors sedang merekam album Morrison Hotel. Pada waktu hampir bersamaan, mereka secara tidak sengaja menemukan restoran bernama Hard Rock Cafe, dan album mereka persis dengan gaya musik pada nama restoran ini. Mereka kemudian membuat beberapa foto di kafe ini dan meletakkan foto itu di sisi belakang sampul album. Setahun kemudian, 2 orang Inggris Isaac Tigrett dan Peter Morton meminta izin The Doors untuk membiarkan mereka membuka kafe di London dengan nama Hard Rock Cafe. Para musisi ini pun tidak keberatan, dan segera kafe ini berkembang sangat cepat.

Larry Page dan Sergey Brin pendiri Google
Perusahaan ini dibuat oleh dua mahasiswa dari Stanford University, yakni Larry Page dan Sergey Brin. Pada 1998, mereka mendirikan perusahaan dan mendaftarkan domain Google.com. Nama Google berasal dari kata bahasa Inggris 'googol', yang berarti angka dengan 100 nol.

Howard Schultz pemilik Starbucks
Pada awalnya, Starbucks dibuka pada 1971 sebagai toko yang menjual biji kopi dan peralatan kopi di Seattle. Dan baru pada 1987, ketika perusahaan itu dibeli oleh Howard Schultz (pemilik Il Giornale), tempat itu akhirnya berubah menjadi kedai kopi sungguhan. Howard terinspirasi oleh suasana bar espresso Italia dan dia adalah orang yang membuat minuman berbasis espresso populer di Amerika Serikat (AS).

Phil Knight pendiri Nike
Phil Knight muda dan pelatihnya, Bill Bowerman, sangat suka berlari. Kualitas sepatu lari yang dijual di AS tahun 1960-an tidak cukup baik menurut mereka. Dan begitulah cara Phil dan Bill menciptakan perusahaan Blue Ribbon Sports untuk menjual sepatu sneakers Jepang di AS. Perusahaan ini sekarang disebut Asics. Seiring waktu, karena semakin sulit untuk bekerja dengan pemasok, Phil dan Bill memutuskan membuat merek sepatu sneakers mereka sendiri lewat perusahaanya. Pada 1978, perusahaan ini mendapatkan nama resminya, Nike.

Amancio Ortega pendiri ZARA
Amancio memulai bisnisnya di era 1970 -an. Dia membuat baju tidur dan jubah mandi bersama istrinya di ruang tamu rumah mereka. Suatu hari, mitra Jerman mereka menolak pesanan besarnya dan pasangan ini pun memutuskan menjual pakaian sendiri. Mereka membuka toko pertama mereka pada 1975 di La Coruña, Spanyol. Bisnisnya berjalan dengan sangat baik. Kemudian, perusahaan ini berganti nama menjadi Inditex dan membuka toko pakaian baru: Massimo Dutti, Pull and Bear, Oysho, Zara Home, Uterqüe, Stradivarius, Lefties, dan Bershka. Menurut Forbes, Amancio Ortega adalah orang terkaya di dunia.

Per Enevoldsen dan Winnie Enevoldsen pendiri Pandora
Pada 1982, keluarga Enevoldsen membuka toko perhiasan kecil di Kopenhagen, Denmark: dengan mengimpor perhiasan dari Thailand dan menjualnya. Pada 1987, perusahaan mereka sudah cukup besar sehingga mereka memutuskan membuat perhiasan dengan desain mereka sendiri. Butuh waktu lebih dari 10 tahun sebelum Pandora menjadi terkenal. Pada 2000, gelang pesona dibuat: pembeli dapat membuat perhiasan desain mereka sendiri. Sejak itu, perusahaan terus berkembang dan keluarga Enevoldsen menjadi salah satu orang terkaya di Denmark.

10 Merek Termahal 2018

Amazon
Perusahaan yang bermula dari toko buku online ini dinobatkan sebagai korporasi dengan valuasi merek tertinggi pada 2018. Amazon memang telah melakukan banyak aksi bisnis besar. Termasuk ekspansi ke sejumlah industri digital. Alhasil pendapatan Amazon naik hingga USD13,7 miliar (sekitar Rp185 triliun), naik 42% dibanding tahun sebelumnya. Tahun ini, nilai merek Amazon telah mencapai USD150,8 miliar (sekitar Rp2.037 triliun).

Apple
Perusahaan yang dipimpin oleh Tim Cook ini memiliki valuasi nilai sebesar USD146,3 miliar (Rp1.977 triliun ). Angka ini mengalami kenaikan 37% di banding sebelumnya. Diduga, naiknya angka valuasi merek Apple tahun 2018 disebabkan lantaran iPhone X yang dirilis Apple pertengahan tahun kemarin mengalami jumlah penjualan fantastis

Google
Sempat berada di posisi puncak tahun lalu, Google kini harus puas berada di posisi ketiga. Tahun ini, Google mencatatkan valuasi merek senilai USD120,9 miliar (Rp1.633 triliun). Penurunan valuasi merek bukan berarti Google melakukan kinerja buruk. Sebab tahun ini, Google telah mencatatkan kenaikan nilai merek hingga 10% dibanding tahun lalu.

Samsung
Nilai merek Samsung menanjak dua tingkat dibandingkan tahun lalu. Ini membuat perusahaan asal negeri gingseng masuk dalam lima besar perusahaan dengan valuasi merek tinggi. Samsung yang sebelumnya berada di posisi keenam naik ke urutan keempat. Tahun ini, harga merek Samsung mencapai USD92,3 miliar (Rp1.252 triliun). Nilai ini naik 39% dibandingkan tahun sebelumnya.

Facebook
Valuasi mereknya tahun 2018 mencapai angka USD89,7 miliar (Rp1.217 triliun). Naik 45% dibanding tahun sebelumnya. Menurut sumber, kenaikan merek perusahaan media sosial ini disebabkan oleh kekuatannya pada sejumlah konten digital.

AT& T
Sebelumnya, AT&T masih berada di lima besar dengan berada di posisi keempat. Tahun ini, valuasi merek AT&T bernilai USD82,4 miliar (Rp1.118 triliun). Nilai ini turun 5% dibandingkan tahun sebelumnya.

Microsoft
Sempat berada di jajaran lima besan perusahaan dengan valuasi merek tertinggi, Microsoft kini harus puas berada di posisi ketujuh. Meski begitu, Microsoft tetap membukukan kinerja positif di tahun 2017. Sebab, nilai mereknya tumbuh 6 persen dibanding tahun lalu. Saat ini Microsoft memiliki nilai merek sebesar USD81,2 miliar (Rp1.102 triliun).

Verizon
Penurunan peringkat juga sejalan dengan turunnya kinerja Verizon. Sebab, nilai merek verizon menukik hingga 5%. Tahun ini verizon membukukan nilai merek sebesar USD62,8 miliar (Rp852 triliun). Menurut sumber, turunnya nilai merek Verizon disebabkan lantaran perusahaan komunikasi ini kehilangan salah satu partnernya, T Mobile.
(nfl)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0672 seconds (0.1#10.140)