Petani Terus Berkurang, Petrokimia Gembleng 63 Pelajar Jadi Petani

Jum'at, 20 Juli 2018 - 03:44 WIB
Petani Terus Berkurang, Petrokimia Gembleng 63 Pelajar Jadi Petani
Petani Terus Berkurang, Petrokimia Gembleng 63 Pelajar Jadi Petani
A A A
GRESIK - Manajemen PT Petrokimia Gresik (PG) berupaya melakukan regenerasi petani melalui Jambore Petani Muda. Pasalnya, setiap tahun terjadi penurunan 20% jumlah petani secara nasional.

Direktur Utama PT Petrikimia Gresik, Nugnoho Christijanto menyatakan, berdasarkan data Sensus Pertanian 2013, jumlah rumah tangga petani turun 20% dari 79,5 juta menjadi 63,6 juta atau turun 15,6 juta rumah tangga. Hal itu diperparah dengan kondisi bahwa 61% petani Indonesia telah berusia Iebih dari 45 tahun.

"Perusahaan memiliki komitmen dan arah kebijakan yang berorientasi pada agroindustri dan pertanian masa depan. Keberhasilan sektor agnoindustri dan pertanian Indonesia pada umumnya sangat bergantung pada peran generasi muda Indonesia," ujarnya usai membuka Jambore Petani Muda ll di Wisma Kebomas Gresik, Jawa Timur, Kamis (19/7/2018).

Jambore Petani Muda ll digelar selama tiga hari, dari tanggal 19-21 Juli 2018. Peserta jambore pada tahun ini tendiri dari 42 pelajar dan 21 guru pendamping. Sehingga, total 63 peserta, dari 21 SMK Penanian di berbagai daeIah di Indonesia.

Nugroho menambahkan, upaya manajemen mendorong regenerasi petani adalah melalui Jambore Petani Muda, merupakan kelanjutan dari jambone nasional Pelatihan Anak Tani Remaja (PATRA) yang digelar tahun 2014 lalu. Kemudian berganti nama menjadi Jambore Petani Muda pada 2017.

"Dalam beberapa tahun terakhir, kami selalu mengumpulkan dan menggelar jambore petani muda dengan mengusung tema regenerasi petani. lsu ini kami pandang sangat relevan dengan kondisi saat ini dan perlu menjadi perhatian serius seluruh pihak," ujarnya.

Diakui, ada beberapa faktor yang menyebabkan pertanian tak menarik bagi generasi muda. Diantaranya tingkat pendapatan yang rendah. Badan Pusat Statistik (BPS) merilis, bila rata-rata pendapatan rumah tangga petani hanya Rp14 juta per tahun.

Rendahnya pendapatan itu, masih kata Nugroho, disebabkan panjangnya rantai tata niaga pertanian, rendahnya tingkat pendidikan, serta faktor usia yang menyebabkan rendahnya pemanfaatan teknologi pertanian.

"Makanya selain upaya meningkatkan akses dan kepemilikan lahan, pemanfaatan sarana dan prasarana, serta kepastian pendapatan dan kebijakan harga yang baik untuk kesejahteraan petani, juga tak kalah penting adalah merangsang minat generasi muda untuk mau terjun dan berprofesi sebagai petani sukses," tegas dia.

Dalam kesempatan itu, Nugroho juga menyebutkan alasan jambore mengundang para pelajar. Menurutnya Indonesia saat ini memiliki 977 SMK Pertanian. Mereka tentunya menyimpan potensi besar untuk menjadi penerus dan penggerak pertanian di masa akan datang.

"Karena memang tujuan kegiatan ini adalah memberikan inspirasi sedini mungkin kepada generasi muda bahwa sektor pertanian adalah sektor yang sangat prospektif dan tak kalah menarik dengan sektor lainnya," pungkas dia.
(ven)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6457 seconds (0.1#10.140)