IHSG Akan Dipengaruhi Sentimen dari Eksternal

Minggu, 22 Juli 2018 - 22:22 WIB
IHSG Akan Dipengaruhi...
IHSG Akan Dipengaruhi Sentimen dari Eksternal
A A A
JAKARTA - Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sepekan ke depan diprediksi akan melanjutkan pelemahan karena sentimen eksternal. Investor sebaiknya tidak hanya berfokus pada data kuartal dua, namun juga apresiasi USD dan isu dagang yang mulai berdampak negatif pada proyeksi.

Analis OCBC Sekuritas Liga Maradona mengatakan, sepekan ke depan, IHSG akan didominasi oleh sentimen penurunan. Isu utamanya terkait soal tarif impor yang dibebankan AS terhadap China sebesar 10% untuk USD500 miliar produk China di luar 25% tarif buat USD50 miliar untuk produk China.

Tentunya pelemahan nilai tukar USD/CNY juga akan mempengaruhi pergerakan pasar sepekan ke depan. "Kami prediksi indeks minggu depan akan bergerak turun di level support 5.800 hingga level 5.925 untuk resistance," ujar Maradona di Jakarta, Minggu (22/7/2018).

Dia juga mengatakan terdapat sentimen positif dari sisi domestik, seperti rilis kinerja beberapa saham yang tercatat lebih baik dari tahun sebelumnya. Namun tetap secara keseluruhan prediksinya belum bisa mengimbangi sentimen negatif dari eksternal.

Analis BNI Sekuritas Dessy Lapagu memprediksi, IHSG pekan depan akan bergerak pada rentang 5,824-5,908 dengan kecenderungan menguat. Sentimen positif akan datang dari sektor perbankan, konstruksi, serta properti. Pihaknya melihat bahwa pengumuman 7DRR yang dinyatakan bertahan pada level 5.25% memberikan tekanan pada saham perbankan secara jangka pendek.

"Meski demikian, kami masih memiliki ekspektasi positif terhadap saham perbankan yang diperkirakan akan rebound pada pekan depan," ujar Dessy, Minggu (22/7/2018).

Sementara itu, menurut dia sektor konstruksi yang sedang turun juga memberikan momen yang tepat bagi investor untuk melakukan akumulasi beli. "Kami juga masih merekomendasikan saham pertambangan terutama batubara," ujarnya.

Data Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat hingga pekan lalu, IHSG mengalami pelemahan 1,20% menjadi 5.872,78 poin dari 5.944,07 poin pada penutupan akhir pekan lalu. Nilai kapitalisasi pasar BEI di akhir pekan ini juga mengalami perubahan 1,20% menjadi Rp6.615,50 triliun dari Rp6.695,58 triliun pada pekan sebelumnya.

Rata-rata nilai transaksi perdagangan harian selama sepekan terakhir mengalami peningkatan 4,39% menjadi Rp7,02 triliun dari Rp7,34 triliun sepekan sebelumnya. Rata-rata volume transaksi harian selama sepekan terakhir juga mengalami perubahan sebesar 2,92% menjadi 8,88 miliar unit saham dari 9,14 miliar unit saham sepekan sebelumnya.

Rata-rata frekuensi transaksi harian perdagangan saham pada pekan ini juga mengalami perubahan 6,75 % menjadi 351,24 ribu kali transaksi dari 376,65 ribu kali transaksi sepekan sebelumnya. Investor asing tercatat masih terus mencatatkan jual bersih selama sepekan terakhir dengan nilai Rp785 triliun. Sehingga sepanjang tahun ini, nilai jual bersih investor asing sudah mencapai Rp50,85 triliun.

Analis Monex Investindo Futures Ariston Tjandra mengatakan, sentimen terkini nilai tukar IDR/USD adalah ekspektasi kenaikan suku bunga AS tahun depan. Hal ini tersirat dari pernyataan Gubernur Bank Sentral AS Jerome Powell yang mendorong kembali penguatan USD. Pernyataan Powell ini mendapatkan perlawanan keras dari Trump yang mendorong USD sedikit melemah.

"Di akhir pekan depan, ada data GDP AS kuartal kedua yang forecastnya sangat positif 4%. Kalau data ini sesuai atau melebihi ekspektasi, ini akan mengonfirmasi penguatan USD. Kami proyeksi rupiah sepekan ke depan di kisaran Rp14.415-Rp14.540 per USD," ujar Ariston.
(ven)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0900 seconds (0.1#10.140)