Volatil, Harga Minyak Bisa ke USD50 atau Tembus USD100 per Barel

Minggu, 12 Agustus 2018 - 12:01 WIB
Volatil, Harga Minyak...
Volatil, Harga Minyak Bisa ke USD50 atau Tembus USD100 per Barel
A A A
NEW YORK - Harga minyak mentah baru-baru ini mencatat penurunan beruntun terpanjang dalam tiga tahun, dengan penurunan selama enam minggu berturut-turut. Hal ini dinilai menunjukkan tingginya volatilitas harga emas hitam tersebut ke depan.

Pengamat minyak dan co-founder Oil Price Information Service (OPIS) Tom Kloza mengatakan, harga minyak sangat volatil sehingga kemerosotan harga hingga menuju ke angka USD50, atau bahkan melonjak di atas USD100 per barel tidak bisa sepenuhnya dikesampingkan.

"Ini sangat volatil selama periode dari 17 bulan terakhir," tuturnya seperti dikutip dari CNBC, Minggu (12/8/2018).

Minyak mentah West Texas Intermediate mencapai puncak tertinggi tahun ini di atas USD74 per barel pada awal Juli, naik 25% dari harga terendah pada Februari di bawah USD60 per barel.

Namun, gejolak demikian bukannya tidak pernah terdengar terjadi di pasar komoditas. Tercatat, dari pertengahan hingga akhir 2008, selama puncak krisis keuangan, minyak mentah pernah melemah 77%. Dalam pelemahan harga yang lebih baru dari pertengahan 2015 hingga awal 2016, minyak tercatat anjlok 56%.

"Selama beberapa minggu ke depan apa yang benar-benar harus diperhatikan untuk WTI adalah persediaan Cushing," kata Kloza. "Jumlahnya sekitar 21 juta barel dibandingkan dengan angka yang mendekati 55-65 juta barel dalam beberapa tahun terakhir, sehingga ada tekanan antara sekarang dan ketika kontrak WTI September berakhir," paparnya.

Menurut Kloza, persediaan yang ketat di Cushing, Oklahoma, yang merupakan salah satu hub minyak mentah utama, dapat mendorong harga WTI kembali di atas USD70 dalam beberapa minggu mendatang, sebuah level yang belum terlihat bulan ini.

Politik, baik domestik maupun internasional, juga dapat dengan cepat mendorong harga minyak lebih rendah menjelang November. Perang kata-kata yang terus berlangsung antara AS dan Iran menurutnya masih menjadi pusat perhatian.

Sanksi AS terhadap minyak Iran akan mulai berlaku pada 4 November. Hal itu diperkirakan bisa menyebabkan lebih dari 1 juta barel minyak Iran keluar dari sirkulasi global, yang kemudian bisa mendorong harga minyak lebih tinggi lagi.
(fjo)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0668 seconds (0.1#10.140)