BI Dorong Pelaku Pariwisata Lombok Segera Bergerak
A
A
A
LOMBOK - Bank Indonesia (BI) mendorong seluruh pelaku sektor pariwisata Lombok untuk bergerak, baik dari aktivitas promosi hingga berjualan. BI menilai pemulihan perekonomian Nusa Tenggara Barat (NTB), khususnya Lombok, pasca dihantam gempa dapat dipacu dari sektor pariwisata. Kawasan selatan Lombok yang tidak begitu parah terdampak, dapat dijadikan penarik turis untuk terus datang.
Kepala Kantor Perwakilan BI Provinsi NTB, Achris Sarwani mengatakan, pengalaman dampak bencana gempa seperti di Yogyakarta dan Padang membuat perekonomiannya minus. Karena itu, setidaknya butuh waktu setahun hingga pertumbuhannya kembali positif. Hingga kuartal dua tahun ini, perekonomian NTB tumbuh 7,11%.
"Ekonomi kuartal tiga masih dikaji dengan seluruh stakeholder khususnya dari pelaku hotel besar. Kita berharap ada penggerak dari kawasan yang tidak parah terkena gempa seperti di selatan Lombok dan tiga Gili (Gili Trawangan, Gili Meno, dan Gili Air) yang terkenal," ujar Achris di Lombok, Minggu (19/8/2018).
Daerah lain di Lombok seperti Lombok Selatan, Mataram, Lombok Timur, dan beberapa daerah kondisi wisata dan infrastrukturnya masih bagus, menurutnya, mesti didorong promosi agar wisatawan tidak takut berkunjung. Kondisi tersebut bisa menjadi substitusi perekonomian ketika Lombok di utara, kondisinya sedang tertekan.
Pihaknya juga bekerja sama dengan pemerintah daerah setempat mengupayakan agar perekonomian tidak terlalu jatuh pasca gempa. Dampak gempa yang mengguncang Lombok, secara alamiah perekonomian pasti turun untuk sementara waktu. "Sekarang fokus kita adalah upayakan agar ekonominya tidak jatuh terlalu dalam," ujarnya.
Dia juga menyebut, proses pemulihan ekonomi NTB dan Lombok setelah dihantam gempa memerlukan sinergi berbagai pihak. Kegiatan promosi, terutama pariwisata yang menjadi andalan harus terus dilakukan. Kegiatan yang berpotensi menjadi ajang promosi pariwisata Lombok dapat kembali dilangsungkan. Sementara kegiatan yang sudah dijadwalkan dapat tetap berjalan meskipun dengan beberapa penyesuaian.
Salah satu event besar tersebut adalah The Indonesian National Armed Forces Mandalika International Marathon 2018 atau yang dikenal dengan TNI Marathon. "Jangan tinggalkan NTB. Event di Lombok sebaiknya tetap diadakan dengan penyesuaian atau dimodifikasi agar bisa tetap jalan. Kita juga masih punya Sumbawa di NTB," ungkapnya.
Selain sisi ekonomi, yang harus diperhatikan juga sisi psikologis masyarakat pasca gempa. Efek trauma paling terasa misalnya, ketika mendengar sesuatu yang gaduh itu akan spontan terkejut. Hal ini juga dirasakan para pegawai lingkungan BI yang terpaksa melakukan operasional dari tenda darurat.
"Kami terpaksa bekerja di tenda. Kalau ada bank butuh uang, kita masuk gedung dengan rasa takut untuk ambil uang lalu keluar. Baru 15 menit kemudian masuk lagi untuk bawa uang ke luar. Karena kita punya SOP kalau uang tidak boleh di luar," ungkapnya.
Kantor Perwakilan BI di sana mengoptimalkan layanan semaksimal mungkin setelah gempa menghantam. Kegiatan operasional dan aktivitas layanan kantor menjadi cukup sulit setelah gempa yang terjadi tanggal 5 dan 9 Agustus 2018. Dia menceritakan, keadaan fisik gedung pasca gempa tidak aman sehingga operasional dan layanan BI dipindahkan ke luar kantor dengan membangun tenda.
"Walaupun operasional kantor pindah ke tenda sementara, yang paling penting adalah bagaimana tetap melakukan pelayanan kepada khalayak," ujarnya.
Sementara, Deputi Gubernur BI Rosmaya Hadi secara langsung menyalurkan bantuan sosial Bank Indonesia kepada korban bencana gempa Lombok di Desa Gondang, Kecamatan Gangga, Kabupaten Lombok Utara. Sejak gempa pertama 29 Juli 2018 hingga saat ini, telah disalurkan bantuan di sejumlah daerah, meliputi Lombok Timur dan Lombok Utara.
Bantuan tersebut disalurkan dalam bentuk kebutuhan dasar seperti makanan, minuman, air bersih, pakaian, selimut, perlengkapan dan kebutuhan bayi, terpal, sleeping bag, dan lampu emergency. "Mari kita sikapi bencana ini sebagai ujian agar kita semakin kuat dengan tetap berdoa. Semoga bencana ini segera berlalu. Serta seluruh warga yang terkena bencana dapat kembali bangkit dan pulih dari dampak gempa yang kita rasakan," ujar Rosmaya dalam kesempatan sama.
Berdasarkan informasi jumlah korban akibat gempa Lombok sampai tanggal 14 Agustus 2018 mencapai 458 korban jiwa, dengan jumlah korban jiwa terbanyak di Lombok Utara sebanyak 396 orang. Korban luka berat sebanyak 697 orang, luka ringan 709 orang dan 352.793 orang mengungsi.
Akibat gempa, jumlah rumah yang mengalami kerusakan sebanyak 71.740 unit dan fasilitas umum serta tempat ibadah 197 unit. Kerugian materil ditaksir mencapai Rp5,04 triliun (perhitungan sementara Kedeputian Rehabilitasi dan Rekonstruksi BNPB)
Melihat kondisi tersebut, Bank Indonesia selanjutnya berupaya untuk meringankan beban saudara-saudara kita di Lombok melalui pemberian bantuan sosial ke beberapa lokasi yang terdampak.
Kepala Kantor Perwakilan BI Provinsi NTB, Achris Sarwani mengatakan, pengalaman dampak bencana gempa seperti di Yogyakarta dan Padang membuat perekonomiannya minus. Karena itu, setidaknya butuh waktu setahun hingga pertumbuhannya kembali positif. Hingga kuartal dua tahun ini, perekonomian NTB tumbuh 7,11%.
"Ekonomi kuartal tiga masih dikaji dengan seluruh stakeholder khususnya dari pelaku hotel besar. Kita berharap ada penggerak dari kawasan yang tidak parah terkena gempa seperti di selatan Lombok dan tiga Gili (Gili Trawangan, Gili Meno, dan Gili Air) yang terkenal," ujar Achris di Lombok, Minggu (19/8/2018).
Daerah lain di Lombok seperti Lombok Selatan, Mataram, Lombok Timur, dan beberapa daerah kondisi wisata dan infrastrukturnya masih bagus, menurutnya, mesti didorong promosi agar wisatawan tidak takut berkunjung. Kondisi tersebut bisa menjadi substitusi perekonomian ketika Lombok di utara, kondisinya sedang tertekan.
Pihaknya juga bekerja sama dengan pemerintah daerah setempat mengupayakan agar perekonomian tidak terlalu jatuh pasca gempa. Dampak gempa yang mengguncang Lombok, secara alamiah perekonomian pasti turun untuk sementara waktu. "Sekarang fokus kita adalah upayakan agar ekonominya tidak jatuh terlalu dalam," ujarnya.
Dia juga menyebut, proses pemulihan ekonomi NTB dan Lombok setelah dihantam gempa memerlukan sinergi berbagai pihak. Kegiatan promosi, terutama pariwisata yang menjadi andalan harus terus dilakukan. Kegiatan yang berpotensi menjadi ajang promosi pariwisata Lombok dapat kembali dilangsungkan. Sementara kegiatan yang sudah dijadwalkan dapat tetap berjalan meskipun dengan beberapa penyesuaian.
Salah satu event besar tersebut adalah The Indonesian National Armed Forces Mandalika International Marathon 2018 atau yang dikenal dengan TNI Marathon. "Jangan tinggalkan NTB. Event di Lombok sebaiknya tetap diadakan dengan penyesuaian atau dimodifikasi agar bisa tetap jalan. Kita juga masih punya Sumbawa di NTB," ungkapnya.
Selain sisi ekonomi, yang harus diperhatikan juga sisi psikologis masyarakat pasca gempa. Efek trauma paling terasa misalnya, ketika mendengar sesuatu yang gaduh itu akan spontan terkejut. Hal ini juga dirasakan para pegawai lingkungan BI yang terpaksa melakukan operasional dari tenda darurat.
"Kami terpaksa bekerja di tenda. Kalau ada bank butuh uang, kita masuk gedung dengan rasa takut untuk ambil uang lalu keluar. Baru 15 menit kemudian masuk lagi untuk bawa uang ke luar. Karena kita punya SOP kalau uang tidak boleh di luar," ungkapnya.
Kantor Perwakilan BI di sana mengoptimalkan layanan semaksimal mungkin setelah gempa menghantam. Kegiatan operasional dan aktivitas layanan kantor menjadi cukup sulit setelah gempa yang terjadi tanggal 5 dan 9 Agustus 2018. Dia menceritakan, keadaan fisik gedung pasca gempa tidak aman sehingga operasional dan layanan BI dipindahkan ke luar kantor dengan membangun tenda.
"Walaupun operasional kantor pindah ke tenda sementara, yang paling penting adalah bagaimana tetap melakukan pelayanan kepada khalayak," ujarnya.
Sementara, Deputi Gubernur BI Rosmaya Hadi secara langsung menyalurkan bantuan sosial Bank Indonesia kepada korban bencana gempa Lombok di Desa Gondang, Kecamatan Gangga, Kabupaten Lombok Utara. Sejak gempa pertama 29 Juli 2018 hingga saat ini, telah disalurkan bantuan di sejumlah daerah, meliputi Lombok Timur dan Lombok Utara.
Bantuan tersebut disalurkan dalam bentuk kebutuhan dasar seperti makanan, minuman, air bersih, pakaian, selimut, perlengkapan dan kebutuhan bayi, terpal, sleeping bag, dan lampu emergency. "Mari kita sikapi bencana ini sebagai ujian agar kita semakin kuat dengan tetap berdoa. Semoga bencana ini segera berlalu. Serta seluruh warga yang terkena bencana dapat kembali bangkit dan pulih dari dampak gempa yang kita rasakan," ujar Rosmaya dalam kesempatan sama.
Berdasarkan informasi jumlah korban akibat gempa Lombok sampai tanggal 14 Agustus 2018 mencapai 458 korban jiwa, dengan jumlah korban jiwa terbanyak di Lombok Utara sebanyak 396 orang. Korban luka berat sebanyak 697 orang, luka ringan 709 orang dan 352.793 orang mengungsi.
Akibat gempa, jumlah rumah yang mengalami kerusakan sebanyak 71.740 unit dan fasilitas umum serta tempat ibadah 197 unit. Kerugian materil ditaksir mencapai Rp5,04 triliun (perhitungan sementara Kedeputian Rehabilitasi dan Rekonstruksi BNPB)
Melihat kondisi tersebut, Bank Indonesia selanjutnya berupaya untuk meringankan beban saudara-saudara kita di Lombok melalui pemberian bantuan sosial ke beberapa lokasi yang terdampak.
(ven)