Harga Minyak Dunia Stabil Didukung Penurunan Pasokan Iran
A
A
A
SINGAPURA - Pasar minyak dunia cenderung stabil pada perdagangan, Rabu (29/8/2018) didukung oleh penurunan pasokan dari Iran menjelang sanksi baru Amerika Serikat (AS) yang bakal segera diterapkan. Kondisi tersebut menahan laju peningkatan produksi minyak di luar Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak Dunia (OPEC).
Seperti dilansir Reuters hari ini, harga minyak mentah berjangka Internasional Brent diperdagangkan di posisi USD76 per barel pada pukul 02.57 GMT, atau tercatat meningkat sebesar 5 sen dari penutupan terakhir. Sedangkan harga minyak mentah berjangka AS West Texas Intermediate (WTI) bertambah 6 sen menjadi USD68,59 per barel.
Para pelaku pasar menerangkan, kenaikan harga minyak ditopang oleh peluang sanksi AS terhadap Iran, yang menargetkan menekan produksi minyak bakal mulai berlaku pada November, mendatang. Menunduk pada tekanan dari Washington, banyak pembeli minyak mentah telah mengurangi pesanan dari produsen terbesar ketiga OPEC tersebut.
Pengurangan pemesan tetap terjadi, meskipun Teheran menawarkan potongan harga yang cukup tajam. Beban minyak mentah Agustus diperkirakan mencapai 2,06 juta barel per hari (bpd) versus puncaknya 3,09 juta barel per hari pada April, data arus perdagangan ini disampaikan oleh Thomson Reuters Eikon.
Kekhawatiran lainnya muncul dari krisis yang dialami anggota OPEC Venezuela, di mana ekspor minyak telah turun setengahnya sejak 2016 menjadi di bawah 1 juta bpd. Guna membendung produksi, perusahaan minyak negara Venezuela, PDVSA, mengatakan pada hari Selasa bahwa mereka telah menandatangani perjanjian investasi senilai USD 30 juta dolar untuk meningkatkan produksi sebesar 640.000 barel per hari di 14 ladang minyak.
Namun, mengingat ketidakstabilan politik dan ekonomi negara itu, banyak analis meragukan apakah investasi ini akan berhasil. Meskipun risiko gangguan terutama datang dari negara-negara OPEC seperti Venezuela, Iran, Libya dan Nigeria, Ekonom Bank of America Merrill Lynch mengatakan pasokan global bisa kembali naik menjelang akhir tahun.
Seperti dilansir Reuters hari ini, harga minyak mentah berjangka Internasional Brent diperdagangkan di posisi USD76 per barel pada pukul 02.57 GMT, atau tercatat meningkat sebesar 5 sen dari penutupan terakhir. Sedangkan harga minyak mentah berjangka AS West Texas Intermediate (WTI) bertambah 6 sen menjadi USD68,59 per barel.
Para pelaku pasar menerangkan, kenaikan harga minyak ditopang oleh peluang sanksi AS terhadap Iran, yang menargetkan menekan produksi minyak bakal mulai berlaku pada November, mendatang. Menunduk pada tekanan dari Washington, banyak pembeli minyak mentah telah mengurangi pesanan dari produsen terbesar ketiga OPEC tersebut.
Pengurangan pemesan tetap terjadi, meskipun Teheran menawarkan potongan harga yang cukup tajam. Beban minyak mentah Agustus diperkirakan mencapai 2,06 juta barel per hari (bpd) versus puncaknya 3,09 juta barel per hari pada April, data arus perdagangan ini disampaikan oleh Thomson Reuters Eikon.
Kekhawatiran lainnya muncul dari krisis yang dialami anggota OPEC Venezuela, di mana ekspor minyak telah turun setengahnya sejak 2016 menjadi di bawah 1 juta bpd. Guna membendung produksi, perusahaan minyak negara Venezuela, PDVSA, mengatakan pada hari Selasa bahwa mereka telah menandatangani perjanjian investasi senilai USD 30 juta dolar untuk meningkatkan produksi sebesar 640.000 barel per hari di 14 ladang minyak.
Namun, mengingat ketidakstabilan politik dan ekonomi negara itu, banyak analis meragukan apakah investasi ini akan berhasil. Meskipun risiko gangguan terutama datang dari negara-negara OPEC seperti Venezuela, Iran, Libya dan Nigeria, Ekonom Bank of America Merrill Lynch mengatakan pasokan global bisa kembali naik menjelang akhir tahun.
(akr)