Perbandingan Harga BBM Era Jokowi dengan Pemerintahan Sebelumnya
A
A
A
JAKARTA - Semakin mendekati Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019, banyak beredar informasi mengenai harga Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis premium era Presiden Joko Widodo (Jokowi) dengan pemerintahan sebelumnya.
Wakil Ketua Komisi VI DPR Inas N Zubir mengungkap perbandingan harga era Jokowi dengan pemerintahan sebelumnya. Harga premium awal pemerintahan SBY sebesar Rp1.820 per liter, kemudian terjadi kenaikan 2 kali pada 1 Maret 2005, Rp2.400 per liter, lalu 1 Oktober 2005 terjadi kenaikan menjadi Rp4.500 per liter.
"Selanjutnya, tahun 2008 terjadi kenaikan menjadi Rp6.000 per liter, lalu tahun yang sama turun 2 kali menjadi Rp5.000 per liter dan tahun 2009 turun lagi menjadi Rp4.500 per liter. Namun pada 2013 naik menjadi Rp6.500 per liter," ujarnya melalui keterangan resmi di Jakarta, Kamis (30/8/2018).
Sementara awal pemerintahan Jokowi, harga minyak dunia melambung serta adanya kebijakan penghapusan subsidi bensin premium, sehingga tahun 2014 naik menjadi Rp8.500 per liter. Tapi pada 2015 diturunkan menjadi Rp7.600 per liter, dan turun lagi menjadi Rp6.800 per liter.
"Pada tahun yang sama juga naik lagi menjadi Rp7.300 per liter, kemudian tahun 2016 turun lagi ke Rp6.950 per liter dan tahun 2017 turun menjadi Rp6.550 per liter sampai sekarang," tuturnya.
Inas menambahkan, harga solar era SBY akhir 2014 adalah Rp5.500 per liter dengan subsidi dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) kurang lebih Rp45 triliun.
"Sedangkan harga solar era Jokowi, harga sekarang Rp5.150 per liter berarti turun Rp350 per liter dengan subsidi Rp15,6 triliun," pungkasnya.
Wakil Ketua Komisi VI DPR Inas N Zubir mengungkap perbandingan harga era Jokowi dengan pemerintahan sebelumnya. Harga premium awal pemerintahan SBY sebesar Rp1.820 per liter, kemudian terjadi kenaikan 2 kali pada 1 Maret 2005, Rp2.400 per liter, lalu 1 Oktober 2005 terjadi kenaikan menjadi Rp4.500 per liter.
"Selanjutnya, tahun 2008 terjadi kenaikan menjadi Rp6.000 per liter, lalu tahun yang sama turun 2 kali menjadi Rp5.000 per liter dan tahun 2009 turun lagi menjadi Rp4.500 per liter. Namun pada 2013 naik menjadi Rp6.500 per liter," ujarnya melalui keterangan resmi di Jakarta, Kamis (30/8/2018).
Sementara awal pemerintahan Jokowi, harga minyak dunia melambung serta adanya kebijakan penghapusan subsidi bensin premium, sehingga tahun 2014 naik menjadi Rp8.500 per liter. Tapi pada 2015 diturunkan menjadi Rp7.600 per liter, dan turun lagi menjadi Rp6.800 per liter.
"Pada tahun yang sama juga naik lagi menjadi Rp7.300 per liter, kemudian tahun 2016 turun lagi ke Rp6.950 per liter dan tahun 2017 turun menjadi Rp6.550 per liter sampai sekarang," tuturnya.
Inas menambahkan, harga solar era SBY akhir 2014 adalah Rp5.500 per liter dengan subsidi dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) kurang lebih Rp45 triliun.
"Sedangkan harga solar era Jokowi, harga sekarang Rp5.150 per liter berarti turun Rp350 per liter dengan subsidi Rp15,6 triliun," pungkasnya.
(ven)