Imbauan Kementan kepada Pelaku Usaha Agar Peternak Ayam Broiler Tidak Merugi

Jum'at, 28 September 2018 - 06:15 WIB
Imbauan Kementan kepada Pelaku Usaha Agar Peternak Ayam Broiler Tidak Merugi
Imbauan Kementan kepada Pelaku Usaha Agar Peternak Ayam Broiler Tidak Merugi
A A A
JAKARTA - Untuk mengatasi penurunan harga ayam broiler hidup (live bird) di tingkat peternak yang diindikasi karena adanya kelebihan pasokan, Kementerian Pertanian memberi imbauan kepada para pelaku usaha (stakerholder) untuk bersama-sama menjaga iklim usaha perunggasan yang lebih kondusif.

"Terkait adanya kelebihan pasokan yang terjadi saat ini, kami minta kepada semua pelaku usaha untuk melakukan usaha pemotongan, penyimpanan dan pengolahan," kata Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian, I Ketut Diarmita di ruang kerjanya, Kamis (27/9/2018).

Ia mengatakan pasar untuk komoditas unggas di Indonesia saat ini didominasi fresh commodity, sehingga produk mudah rusak. Kecepatan distribusi dan keseimbangan supply demand menjadi faktor penting penentu harga. Untuk itu, I Ketut berharap agar hasil usaha peternak tidak lagi dijual sebagai ayam segar melainkan ayam beku, ayam olahan, ataupun inovasi produk lainnya.

"Kami meminta pelaku usaha untuk melakukan pemotongan di RPHU (Rumah Potong Hewan Unggas) dan memaksimalkan penyerapan karkas untuk di tampung dalam cold strorage yang akan disimpan sebagai cadangan jika sewaktu-waktu dibutuhkan," imbaunya.

Lebih lanjut I Ketut katakan, setelah memperhatikan situasi dan kondisi tentang harga ayam broiler hidup saat ini. Ia berharap mulai besok hari Jumat 28 September 2018, harga di Farm Gate dapat normal kembali.

Untuk wilayah Jabodetabek, Dirjen PKH berharap ayam Live Bird (ayam broiler hidup) dengan berat 1,8 kg/ekor sampai dengan 2,2 kg/ekor dijual dengan harga minimal Rp16.000 dan bertahap naik menjadi Rp17.000.

Untuk wilayah Tasik, Priangan, Bandung, Subang, I Ketut berharap bisa mencapai harga Rp15.000 hingga Rp16.000. Sedangkan Jawa Tengah setidaknya mencapai Rp14.500 hingga Rp.16.000. Harga di Jatim diharapkan mencapai Rp16.000 hingga Rp16.500, sedangkan Lampung kisaran Rp16.000 hingga Rp17.000.

"Dengan naiknya harga ayam broiler hidup secara bertahap diharapkan awal Oktober 2018 sudah dapat mencapai harga sesuai, dengan harga acuan yang telah ditetapkan oleh Kementerian Perdagangan," ucap I Ketut Diarmita.

Menurut I Ketut Diarmita, kondisi daging ayam nasional pada 2018 ini memang mengalami surplus, bahkan sudah ekspor. Ia sebutkan potensi produksi karkas tahun 2018 berdasarkan realisasi produksi DOC (Januari-Juni 2018) dan potensi (Juli-Desember 2018) sebanyak 3.382.311 ton dengan rataan perbulan sebanyak 27.586 ton.

Sedangkan proyeksi kebutuhan daging ayam (karkas) tahun 2018 sebanyak 3.051.276 ton, dengan rataan kebutuhan per bulan sebanyak 254.273 ton.

"Jika produksi kita berlebih ini kan justru yang kita cari daripada produksinya kurang, ini yang berbahaya. Kelebihan produksi ini yang kita sasar untuk tujuan ekspor. Ini yang selalu kami imbau ke perusahaan integrator untuk terus menggenjot ekspor," ujarnya.

Menurutnya, saat ini Indonesia sudah ekspor telur tetas ayam ras ke Myanmar, DOC (Day Old Chicken) ke Timor Leste dan produk daging ayam olahan ke Jepang, Papua New Guinea, serta Myanmar.

Ia jelaskan bahwa pemerintah saat ini juga terus berupaya mendorong peningkatan konsumsi protein hewani masyarakat Indonesia yang masih rendah. "Dengan meningkatnya konsumsi protein hewani maka akan berdampak terhadap peningkatan permintaan produk hewan, termasuk daging unggas, sehingga dapat menyerap pasokan unggas di dalam negeri," pungkasnya.
(ven)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5407 seconds (0.1#10.140)