Kaum Millenial Penting bagi Perkembangan Revolusi Industri 4.0
A
A
A
JAKARTA - Revolusi industri 4.0 sudah ada di depan mata. Pemerintah Indonesia telah menetapkan Roadmap Making Indonesia 4.0 sebagai strategi dalam mencapai target menjadi 10 besar kekuatan ekonomi dunia pada tahun 2030.
Jumlah penduduk yang banyak, ditunjang dengan perkembangan insfrastuktur dan sumber daya manusia bisa menjadi modal penting untuk melaksanakn revolusi industri 4.0.
"Empowering human talent adalah kunci kemajuan Indonesia. Setelah pembangunan infrastruktur kita akan melanjutkan pada pengembangan sumber daya manusia. Kita perlu menguasai bahasa-bahasa teknologi baru," tegas Menteri Perindustria (Menperin) Airlangga Hartarto yang juga inisiator Indonesia 4.0 dalam keterangan tertulisnya, Jumat (28/9/2018).
Menurut Airlangga, Indonesia memerlukan sekitar 17 juta tenaga kerja yang melek teknologi digital pada tahun 2030. Di acara Investor Gathering yang dihadiri Airlangga sehari sebelumnya, Ketua Badan Anggaran (Banggar) DPR Azis Syamsuddin mengatakan peluang revolusi industri 4.0 ini sangat besar jika kita mampu beradaptasi dan bertransformasi secara relevan.
Menurutnya, produktivitas akan meningkat, berkurangnya idle capacity, dan peluang pasar Indonesia yang luar biasa. Ia mencontohkan, Indonesia sudah punya empat unicorn, yang menunjukkan hal ini cocok dan bisa berkembang cepat di Indonesia. Tantangannya, imbuh dia, tentu saja kesiapan infrastuktur penunjang seperti fisik, kelembagaan, regulasi dan kesiapan SDM.
"DPR akan berusaha berkolaborasi dengan pemerintah untuk di satu sisi mengkatalisasi dan mewujudkan ekosistem yang tepat dan kondusif. Namun di sisi lain memperhatikan pengawasan dan perlindungan kepentingan, minimalisir dampak negatif, melalui regulasi yang tepat," tambah Azis Syamsuddin.
Revolusi industri 4.0 tidak hanya mengubah industri, namun juga pekerjaan, cara berkomunikasi, berbelanja, bertransaksi, hingga gaya hidup. Oleh karenanya, selain mempertahankan eksistensi usaha, pelaku bisnis juga dihimbau agar memberikan dukungan pelatihan agar anak bangsa akan terus berkembangan mengikuti perkembangan dunia digital.
“'Kaum millenial sangat mempunyai peranan penting dalam industri 4.0. Kita perlu memberikan pembekalan pendidikan formal, non-formal dan informal yang relevan. Contohnya ahli artificial intelligence, data scientist atau start up valuator, kita sangat kurang. Karena mereka yang paling siap dan nantinya akan menghadapi tantangan lebih berat di masa depan. Tugas kita mempersiapkan mereka sebaik-baiknya," tegas Azis .
Sementara itu, Airlangga Hartarto dalam sambutannya menekankan bahwa peluang industri 4.0 begitu luas. Pemerintah terus berusaha untuk mensosialisasikan kepada berbagai sektor industri agar produk-produk yang dihasilkan bisa bersaing di era industri 4.0. Beberapa kegiatan pemerintah dalam mendukung Making Indonesia 4.0 diantaranya dengan mendukung usaha mikro, kecil dan menengah dengan membuat platform e-commerce dan program e-smart IKM untuk industri kecil dan menengah agar dapat menembus pasar ekspor melalui platform digital.
Tidak hanya itu, pemerintah juga tengah menyusun regulasi mengenai Audit Teknologi Industri (ATI) untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan aset teknologi yang dimanfaatkan industri di Indonesia.
"Sejauh ini, ada beberapa sektor industri yang memiliki potensi yang sangat cerah dengan menerapkan industri 4.0, yaitu makanan dan minuman, kimia, tekstil, automotif dan elektronik," kata Airlangga.
Jumlah penduduk yang banyak, ditunjang dengan perkembangan insfrastuktur dan sumber daya manusia bisa menjadi modal penting untuk melaksanakn revolusi industri 4.0.
"Empowering human talent adalah kunci kemajuan Indonesia. Setelah pembangunan infrastruktur kita akan melanjutkan pada pengembangan sumber daya manusia. Kita perlu menguasai bahasa-bahasa teknologi baru," tegas Menteri Perindustria (Menperin) Airlangga Hartarto yang juga inisiator Indonesia 4.0 dalam keterangan tertulisnya, Jumat (28/9/2018).
Menurut Airlangga, Indonesia memerlukan sekitar 17 juta tenaga kerja yang melek teknologi digital pada tahun 2030. Di acara Investor Gathering yang dihadiri Airlangga sehari sebelumnya, Ketua Badan Anggaran (Banggar) DPR Azis Syamsuddin mengatakan peluang revolusi industri 4.0 ini sangat besar jika kita mampu beradaptasi dan bertransformasi secara relevan.
Menurutnya, produktivitas akan meningkat, berkurangnya idle capacity, dan peluang pasar Indonesia yang luar biasa. Ia mencontohkan, Indonesia sudah punya empat unicorn, yang menunjukkan hal ini cocok dan bisa berkembang cepat di Indonesia. Tantangannya, imbuh dia, tentu saja kesiapan infrastuktur penunjang seperti fisik, kelembagaan, regulasi dan kesiapan SDM.
"DPR akan berusaha berkolaborasi dengan pemerintah untuk di satu sisi mengkatalisasi dan mewujudkan ekosistem yang tepat dan kondusif. Namun di sisi lain memperhatikan pengawasan dan perlindungan kepentingan, minimalisir dampak negatif, melalui regulasi yang tepat," tambah Azis Syamsuddin.
Revolusi industri 4.0 tidak hanya mengubah industri, namun juga pekerjaan, cara berkomunikasi, berbelanja, bertransaksi, hingga gaya hidup. Oleh karenanya, selain mempertahankan eksistensi usaha, pelaku bisnis juga dihimbau agar memberikan dukungan pelatihan agar anak bangsa akan terus berkembangan mengikuti perkembangan dunia digital.
“'Kaum millenial sangat mempunyai peranan penting dalam industri 4.0. Kita perlu memberikan pembekalan pendidikan formal, non-formal dan informal yang relevan. Contohnya ahli artificial intelligence, data scientist atau start up valuator, kita sangat kurang. Karena mereka yang paling siap dan nantinya akan menghadapi tantangan lebih berat di masa depan. Tugas kita mempersiapkan mereka sebaik-baiknya," tegas Azis .
Sementara itu, Airlangga Hartarto dalam sambutannya menekankan bahwa peluang industri 4.0 begitu luas. Pemerintah terus berusaha untuk mensosialisasikan kepada berbagai sektor industri agar produk-produk yang dihasilkan bisa bersaing di era industri 4.0. Beberapa kegiatan pemerintah dalam mendukung Making Indonesia 4.0 diantaranya dengan mendukung usaha mikro, kecil dan menengah dengan membuat platform e-commerce dan program e-smart IKM untuk industri kecil dan menengah agar dapat menembus pasar ekspor melalui platform digital.
Tidak hanya itu, pemerintah juga tengah menyusun regulasi mengenai Audit Teknologi Industri (ATI) untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan aset teknologi yang dimanfaatkan industri di Indonesia.
"Sejauh ini, ada beberapa sektor industri yang memiliki potensi yang sangat cerah dengan menerapkan industri 4.0, yaitu makanan dan minuman, kimia, tekstil, automotif dan elektronik," kata Airlangga.
(fjo)