Harga Minyak Mentah Bervariasi Menjelang Sanksi Iran
A
A
A
CHICAGO - Harga minyak mentah bergerak variasi menjelang sanksi Amerika Serikat terhadap ekspor minyak Iran dan data pengangguran AS. Melansir dari Reuters, Sabtu (6/10/2018) Departemen Tenaga Kerja AS merilis bahwa pertumbuhan upah rata-rata per jam meningkat 0,3% pada September, sementara tingkat pengangguran turun ke level 3,7%, terendah dalam 49 tahun.
Dengan data ekonomi yang solid tersebut menunjukkan daya beli masyarakat yang semakin kuat. “Ekonomi yang kuat dan pengangguran rendah menunjukkan konsumen AS berjalan dengan baik. Harga energi akan lebih tinggi karena mereka punya daya beli,” kata Phil Flynn, seorang analis di Price Futures Group di Chicago.
Harga minyak mentah berjangka AS, West Texas Intermediate (WTI) pada penutupan perdagangan Jumat waktu setempat atau Sabtu waktu Indonesia, naik 1 sen menjadi USD74,34 per barel. Harga WTI telah meningkat 1,5% selama sepekan ini.
Namun, patokan harga internasional, Brent turun 20 sen menjadi USD84,38 per barel pada pukul 02:25 ET. Pada Rabu lalu, harga Brent mencapai USD86,74 per barel, titik tertinggi sejak akhir 2014.
Sejak OPEC dan Rusia memutuskan memangkas produksi di awal 2017, harga minyak terus menanjak dan memicu kekhawatiran di Amerika Serikat. Pasalnya kenaikan harga minyak mentah akan berdampak pada kenaikan harga bensin bagi konsumen Amerika.
Presiden AS Donald Trump menyerukan kepada Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) untuk menggenjot produksi demi mendinginkan harga. Dan harga sedikit mereda setelah Arab Saudi dan Rusia melakukan kesepakatan pribadi untuk meningkatkan produksi, demi menutupi kekosongan atas sanksi terhadap Iran.
Dengan data ekonomi yang solid tersebut menunjukkan daya beli masyarakat yang semakin kuat. “Ekonomi yang kuat dan pengangguran rendah menunjukkan konsumen AS berjalan dengan baik. Harga energi akan lebih tinggi karena mereka punya daya beli,” kata Phil Flynn, seorang analis di Price Futures Group di Chicago.
Harga minyak mentah berjangka AS, West Texas Intermediate (WTI) pada penutupan perdagangan Jumat waktu setempat atau Sabtu waktu Indonesia, naik 1 sen menjadi USD74,34 per barel. Harga WTI telah meningkat 1,5% selama sepekan ini.
Namun, patokan harga internasional, Brent turun 20 sen menjadi USD84,38 per barel pada pukul 02:25 ET. Pada Rabu lalu, harga Brent mencapai USD86,74 per barel, titik tertinggi sejak akhir 2014.
Sejak OPEC dan Rusia memutuskan memangkas produksi di awal 2017, harga minyak terus menanjak dan memicu kekhawatiran di Amerika Serikat. Pasalnya kenaikan harga minyak mentah akan berdampak pada kenaikan harga bensin bagi konsumen Amerika.
Presiden AS Donald Trump menyerukan kepada Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) untuk menggenjot produksi demi mendinginkan harga. Dan harga sedikit mereda setelah Arab Saudi dan Rusia melakukan kesepakatan pribadi untuk meningkatkan produksi, demi menutupi kekosongan atas sanksi terhadap Iran.
(ven)