Harga Minyak Mentah Dunia Merayap Naik di Tengah Kejatuhan Ekuitas
A
A
A
TOKYO - Harga minyak mentah dunia pada perdagangan, Jumat (12/10/2018) merayap naik, untuk sedikit membalikkan dua hari penurunan pada sesi sebelumnya. Hal ini setelah didorong oleh penurunan tajam pasar ekuitas dan indikasi kekhawatiran kelebihan pasokan, meski harga minyak dunia masih berada dalam jalur penurunan secara mingguan.
Seperti dilansir Reuters hari ini, harga minyak mentah berjangka Brent diperdagangkan meningkat 33 sen atau 0,4% menjadi USD80,59 per barel pada pukul 02.56 GMT. Sementara kontrak mengalami kejatuhan 3,4% pada hari Kamis, hingga menyentyh level terendah USD79,80 atau terlemah sejak 24 September dan hingga kini menuju penyusutan minggu ini 4,2%.
Sedangkan harga minyak mentah berjangka AS terpantau menguat tipis mencapai sebesar 26 sen yang setara dengan 0,4% ke posisi USD71,23 per barel, setelah dalam sesi sebelumnya sempat kehilangan 3% atau terendah sejak 21 September. WTI sendiri masih berada di jalur untuk penurunan 4,2% sepanjang pekan ini dan menjadi penurunan minggu pertama dari lima.
Di sisi lain Wall Street memperpanjang penurunannya ke sesi keenam dan indeks ekuitas global jatuh ke posisi terendah 1 tahun pada Kamis karena investor khawatir tensi perang perdagangan Amerika Serikat versus China ditambah risiko dari kenaikan suku bunga belum lama ini. Indeks Nikkeu Jepang hari ini terlihat turun 0,5% untuk melanjutkan tren negatif.
Sementara persediaan minyak mentah AS meningkat 6 juta barel minggu lalu, seperti data yang disampaikan Administrasi Informasi Energi atau melebihi dari ekspektasi analis ganda dari peningkatan 2,6 juta barel. Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) memangkas proyeksi pertumbuhan permintaan global untuk minyak tahun depan untuk bulan ketiga berturut-turut, mengutip dari headwinds.
Pengurangan proyeksi tersebut dalam menghadapi ekonomi dunia di tengah sengketa perdagangan dan pasar negera berkembang yang bergejolak. "Kami masih memperkirakan permintaan minyak tumbuh 1,2 juta hingga 1,5 juta barel per hari untuk tahun ini, dan melihat risiko perlambatan pada 2019 jika ketegangan perdagangan meningkat," kata analis ANZ Research dalam sebuah laporan.
Seperti dilansir Reuters hari ini, harga minyak mentah berjangka Brent diperdagangkan meningkat 33 sen atau 0,4% menjadi USD80,59 per barel pada pukul 02.56 GMT. Sementara kontrak mengalami kejatuhan 3,4% pada hari Kamis, hingga menyentyh level terendah USD79,80 atau terlemah sejak 24 September dan hingga kini menuju penyusutan minggu ini 4,2%.
Sedangkan harga minyak mentah berjangka AS terpantau menguat tipis mencapai sebesar 26 sen yang setara dengan 0,4% ke posisi USD71,23 per barel, setelah dalam sesi sebelumnya sempat kehilangan 3% atau terendah sejak 21 September. WTI sendiri masih berada di jalur untuk penurunan 4,2% sepanjang pekan ini dan menjadi penurunan minggu pertama dari lima.
Di sisi lain Wall Street memperpanjang penurunannya ke sesi keenam dan indeks ekuitas global jatuh ke posisi terendah 1 tahun pada Kamis karena investor khawatir tensi perang perdagangan Amerika Serikat versus China ditambah risiko dari kenaikan suku bunga belum lama ini. Indeks Nikkeu Jepang hari ini terlihat turun 0,5% untuk melanjutkan tren negatif.
Sementara persediaan minyak mentah AS meningkat 6 juta barel minggu lalu, seperti data yang disampaikan Administrasi Informasi Energi atau melebihi dari ekspektasi analis ganda dari peningkatan 2,6 juta barel. Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) memangkas proyeksi pertumbuhan permintaan global untuk minyak tahun depan untuk bulan ketiga berturut-turut, mengutip dari headwinds.
Pengurangan proyeksi tersebut dalam menghadapi ekonomi dunia di tengah sengketa perdagangan dan pasar negera berkembang yang bergejolak. "Kami masih memperkirakan permintaan minyak tumbuh 1,2 juta hingga 1,5 juta barel per hari untuk tahun ini, dan melihat risiko perlambatan pada 2019 jika ketegangan perdagangan meningkat," kata analis ANZ Research dalam sebuah laporan.
(akr)