ADB: Depresiasi Nilai Tukar Rupiah Terlalu Berlebihan
A
A
A
JAKARTA - Presiden Bank Pembangunan Asia atau Asian Development Bank (ADB), Takehiko Nakau, menilai bahwa secara umum kondisi ekonomi makro global sangat kuat, dengan tingkat pertumbuhan lebih dari 5% atau di atas pertumbuhan internasional sebesar 3%. Namun menurutnya nilai tukar mata uang Indonesia itu telah mengalami depresiasi yang berlebihan dan tidak menunjukkan nilai fundamentalnya.
“Jadi, mereka mengatur kondisi makro ekonomi yang stabil. Sedangkan kondisi rupiah karena sentimen spekulatif, karena efek kebijakan cadangan federal (Bank Sentral AS), dan beberapa masalah karena alasan lain, maksud saya dalam ekonomi makro yang muncul,” kata Takehiko Nakao.
Mengenai pertemuannya dengan Presiden Jokowi, Presiden ADB mengakui telah menawarkan bantuan pinjaman sebesar USD1 miliar untuk penanganan paska gempa bumi dan tsunami di Palu dan Donggala, Sulawesi Tengah, akhir September lalu. “Jadi, 5 ratus juta dukungan anggaran, dan 5 ratus juta dukungan proyek untuk air, sanitasi, listrik, jembatan, sekolah dan sebagainya,” kata Takehiko.
Mengenai kemungkinan pinjaman di atas USD2 miliar, Takehiko menilai itu hal yang biasa, dan akan diproses di dalam dewan direktur ADB. “Kami perlu persetujuan dewan untuk ini, tetapi kami ingin memproses pinjaman ini dengan cepat,” ucap Takehiko
“Jadi, mereka mengatur kondisi makro ekonomi yang stabil. Sedangkan kondisi rupiah karena sentimen spekulatif, karena efek kebijakan cadangan federal (Bank Sentral AS), dan beberapa masalah karena alasan lain, maksud saya dalam ekonomi makro yang muncul,” kata Takehiko Nakao.
Mengenai pertemuannya dengan Presiden Jokowi, Presiden ADB mengakui telah menawarkan bantuan pinjaman sebesar USD1 miliar untuk penanganan paska gempa bumi dan tsunami di Palu dan Donggala, Sulawesi Tengah, akhir September lalu. “Jadi, 5 ratus juta dukungan anggaran, dan 5 ratus juta dukungan proyek untuk air, sanitasi, listrik, jembatan, sekolah dan sebagainya,” kata Takehiko.
Mengenai kemungkinan pinjaman di atas USD2 miliar, Takehiko menilai itu hal yang biasa, dan akan diproses di dalam dewan direktur ADB. “Kami perlu persetujuan dewan untuk ini, tetapi kami ingin memproses pinjaman ini dengan cepat,” ucap Takehiko
(akr)