Pasar Dipenuhi Pasokan, Harga Minyak Kembali Turun
A
A
A
SINGAPURA - Harga minyak kembali melanjutkan penurunannya, disebabkan penuhnya pasokan di pasar global berkat meningkatnya produksi dan pembebasan sanksi AS yang memungkinkan pelanggan terbesar Iran untuk terus membeli minyak mentahnya.
Minyak mentah Brent berjangka LCOc1 tercatat berada di USD71,85 per barel, turun USD28 sen, atau 0,4% dari angka penutupan terakhirnya. Sementara minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS, CLc1 berada di USD61,76 per barel, turun USD45 sen, atau 0,7%.
Harga minyak Brent dan WTI telah terpangkas masing-masing 17,4% dan 19,7% dari harga tertingginya pada awal Oktober lalu.
Fawad Razaqzada, analis pasar di broker berjangka Forex.com yang dikutip Reuters, Rabu (7/11/2018) mengatakan, saat ini harga minyak telah menjadi cukup bearish karena prakiraan pertumbuhan permintaan yang lebih rendah, pasokan yang lebih tinggi dan pembebasan sanksi Iran.
Sementara, Bank AS Morgan Stanley menyatakan bahwa fundamental pasar minyak telah melunak karena terus datangnya pasokan yang lebih tinggi dari perkiraan, terutama dari AS, Timur Tengah, OPEC, Rusia, dan Libya.
Output dari tiga produsen teratas dunia Rusia, Amerika Serikat dan Arab Saudi, tercatat menembus 33 juta barel per hari (bph) untuk pertama kalinya pada bulan Oktober, yang berarti ketiga negara ini sekarang memenuhi lebih dari sepertiga dari hampir 100 juta bph konsumsi global.
Sementara Irak, produsen terbesar kedua di OPEC setelah Arab Saudi, menargetkan kapasitas produksi 5 juta bph pada 2019, naik dari 4,6 juta bph saat ini.
"Pasar dipasok dengan baik, dan kami melihat pasar yang seimbang daripada ketat di depan. Ini tidak lagi mendukung harga USD85 per barel akhir tahun," ungkap Morgan Stanley.
Sebaliknya, bank tersebut menyatakan pihaknya memperkirakan harga rata-rata Brent sekitar hingga pertengahan 2019 adalah di angka USD77,5 per barel.
Minyak mentah Brent berjangka LCOc1 tercatat berada di USD71,85 per barel, turun USD28 sen, atau 0,4% dari angka penutupan terakhirnya. Sementara minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS, CLc1 berada di USD61,76 per barel, turun USD45 sen, atau 0,7%.
Harga minyak Brent dan WTI telah terpangkas masing-masing 17,4% dan 19,7% dari harga tertingginya pada awal Oktober lalu.
Fawad Razaqzada, analis pasar di broker berjangka Forex.com yang dikutip Reuters, Rabu (7/11/2018) mengatakan, saat ini harga minyak telah menjadi cukup bearish karena prakiraan pertumbuhan permintaan yang lebih rendah, pasokan yang lebih tinggi dan pembebasan sanksi Iran.
Sementara, Bank AS Morgan Stanley menyatakan bahwa fundamental pasar minyak telah melunak karena terus datangnya pasokan yang lebih tinggi dari perkiraan, terutama dari AS, Timur Tengah, OPEC, Rusia, dan Libya.
Output dari tiga produsen teratas dunia Rusia, Amerika Serikat dan Arab Saudi, tercatat menembus 33 juta barel per hari (bph) untuk pertama kalinya pada bulan Oktober, yang berarti ketiga negara ini sekarang memenuhi lebih dari sepertiga dari hampir 100 juta bph konsumsi global.
Sementara Irak, produsen terbesar kedua di OPEC setelah Arab Saudi, menargetkan kapasitas produksi 5 juta bph pada 2019, naik dari 4,6 juta bph saat ini.
"Pasar dipasok dengan baik, dan kami melihat pasar yang seimbang daripada ketat di depan. Ini tidak lagi mendukung harga USD85 per barel akhir tahun," ungkap Morgan Stanley.
Sebaliknya, bank tersebut menyatakan pihaknya memperkirakan harga rata-rata Brent sekitar hingga pertengahan 2019 adalah di angka USD77,5 per barel.
(fjo)