Pelebaran Jalur Puncak Dilanjutkan
A
A
A
BOGOR - Pelebaran jalur Puncak mulai dari Gadog (Ciawi) hingga Megamendung-Cisarua untuk mengurai kemacetan dilanjutkan. Proyek ini ditargetkan selesai pada tahun 2019 mendatang.
Kepala Satuan Kerja Metropolitan II Jakarta Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Haryatno Sihombing menyebutkan proyek tersebut mulai dikerjakan pekan ini.
Menurutnya, proyek yang dibiayai Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) senilai Rp73 miliar itu sempat terganjal karena ada beberapa tahapan proses seperti penandatanganan kontrak pemenang tendernya baru dilakukan.
“Semoga tidak ada halangan lagi sehingga pekan ini proyek sudah bisa berjalan,” kata Haryatno, di Balai Kota Bogor, beberapa waktu lalu.
Haryantno menyebutkan pelebaran jalan akan dilakukan di beberapa titik lokasi yang sempat dipadati pedagang kaki lima (PKL) mulai dari Gadog, Ciawi, hingga perbatasan Cianjur.
“Jadi, tidak sepanjang jalur itu dilebarkan, tapi hanya di beberapa spot yang sebelumnya dipakai para PKL atau berdiri bangunan liar dan di titik yang dimungkinkan untuk dilebarkan,” katanya.
Selain pelebaran jalan, pihaknya juga ikut menyediakan lahan untuk rest area di dekat kawasan Agrowisata Gunung Mas, Cisarua, seluas 5 hektare. “Rest area itu rencananya untuk menampung para PKL yang tergusur karena adanya pelebaran jalan tersebut. Untuk pembangunan fisik rest area dananya dari Pemkab Bogor,” tuturnya.
Kepala Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional VI Kementerian PUPR Hari Suko Setiono mengatakan, proyek pelebaran jalur Puncak ini memang meleset dari jadwal semula. Ini karena menunggu tersedianya lahan yang akan dijadikan untuk tempat relokasi para pedagang.
“Memang agak lambat sih, tapi masalahnya di lahan. Kalau pelebaran, kan memanfaatkan lahan yang sempat ditempati pedagang,” ujarnya. Tak hanya itu, ia menjelaskan tahun lalu ada beberapa titik di jalur Puncak juga sempat dilebarkan.
Namun, pelebaran sekitar 1 meter di sisi kiri dan kanan jalan belum mampu mengurai kemacetan di kawasan tersebut. Pihaknya berharap pelebaran ruas jalan untuk yang kedua kalinya serta adanya rest area diharapkan efektif mengurangi kemacetan dan mencegah kecelakaan di kawasan Puncak.
“Kalau di situ sudah diatasi, apalagi adanya jalan Tol Bocimi yang nantinya dilanjutkan sampai Padalarang. Saya yakin kawasan Puncak tidak akan macet lagi,” ungkapnya.
Kementerian PUPR sejak Juli 2018 juga tengah membangun duplikat jembatan Gadog sebagai bagian dari solusi kemacetan dan antisipasi kecelakaan yang kerap terjadi di lokasi tersebut.
Berdasarkan pantauan dan keterangan, pelaksanaan proyek ini progresnya sudah mencapai lebih dari 45% dan ditargetkan awal tahun depan sudah bisa difungsikan.
“Saat ini proses pengecoran backwallyang merupakan dudukan girder sudah dilakukan. Setelah itu baru pengerjaan headwall setelah girdermasuk,” kata Kepala Pelaksana Proyek Metropolitan II Jakarta Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Samsul Anam.
Menurutnya, pengerjaan backwall memakan waktu empat hingga lima hari. Sebab, dibutuhkan teknik khusus dalam pema sa ng an girderpada backwall. Selain itu, butuh kehati-hatian mengingat jalur tersebut menjadi jalur aktif, baik menuju Puncak maupun sebaliknya.
Sementara untuk pemasangan headwall, sambung dia, bisa memakan waktu satu hari penuh. Itu pun jika kondisi jalur Puncak sepi. Jika mobilitas kendaraan volumenya padat, mobilisasi proyek bakal terganggu.
“Tapi, lebih sebentar karena volumenya kecil. Jadi, bisa lebih sebentar. Cuma, sekarang ini kendala cuaca dan mendekati musim liburan. Jadi, kita kerja 24 jam, siangmalam. Pergantian shift juga sudah kita atur,” ungkapnya.
Menurut Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) 3 Metropolitan ll Jakarta, Kementerian PUPR Elsa Putra Frian di, proyek jembatan Gadog menelan biaya sebesar Rp13 miliar dengan target difungsikan awal 2019. “Dalam perencanaan target pengerjaan konstruksi dilaksanakan hingga Desember 2018 sehingga awal tahun depan bisa dipergunakan,” katanya.
Konstruksi jembatan yang membentang di atas Sungai Ciliwung ini sengaja dibangun secara terpisah, tepat di samping jembatan yang sudah ada. “Alhasil, nantinya tepat di kawasan Pasir Angin, Gadog, ada empat lajur dengan (jembatan yang lama),” katanya.
Dengan duplikat jembatan baru tersebut maka jalur Puncak secara keseluruhan memiliki lebar 16 meter. “Jembatan baru untuk kendaraan dari arah Jakarta, sedangkan jembatan lama untuk kendaraan dari arah Puncak. Untuk jembatan baru lebarnya 9 meter. Kita akan bebaskan tanah juga di situ,” katanya.
Sementara itu, Kasatlantas Polres Bogor AKP Hasby Ristama mengatakan, penambahan lajur dengan membuat jembatan baru untuk mengurai kemacetan akibat bottle neckketika volume kendaraan meningkat.
“Yang jelas, kami menyambut positif upaya pemerintah dalam mengatasi kemacetan di jalur Puncak ini,” katanya. Sambutan positif juga diungkapkan sejumlah kalangan warga sekitar jalur Puncak.
Bahkan, beberapa warga dan tokoh politik mengaku mendukung penuh program ini. Sementara PKL yang masih berproses relokasi akibat adanya pelebaran jalan berharap lapak yang sedang dibangun sebagai tempat relokasi mereka cepat selesai.
“Kita mendukung penuh kebijakan pelebaran jalan ini karena banyak manfaatnya. Tapi, perhatikan juga dong PKL yang hingga saat ini masih banyak belum dapat kepastian soal relokasi” ungkap Khoirudin, 49, warga Cibereum, Cisarua, Puncak, Bogor.
Hal senada diungkapkan Slamet Mulyadi, anggota DPRD Kabupaten Bogor yang merupakan warga Puncak, juga mendukung penuh kegiatan pelebaran jalan ini.
“Pokoknya, kami pasti dukung segala kebijakan yang positif dari pemerintah untuk rakyat banyak. Meski jalur puncak 2 juga yang digadanggadang sebagai solusi macet puncak hingga saat ini tak ada kepastian. Kalau sekarang puncak dilebarin dan anggarannya sudah ada, kenapa tidak kita dukung?” paparnya.
Kepala Satuan Kerja Metropolitan II Jakarta Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Haryatno Sihombing menyebutkan proyek tersebut mulai dikerjakan pekan ini.
Menurutnya, proyek yang dibiayai Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) senilai Rp73 miliar itu sempat terganjal karena ada beberapa tahapan proses seperti penandatanganan kontrak pemenang tendernya baru dilakukan.
“Semoga tidak ada halangan lagi sehingga pekan ini proyek sudah bisa berjalan,” kata Haryatno, di Balai Kota Bogor, beberapa waktu lalu.
Haryantno menyebutkan pelebaran jalan akan dilakukan di beberapa titik lokasi yang sempat dipadati pedagang kaki lima (PKL) mulai dari Gadog, Ciawi, hingga perbatasan Cianjur.
“Jadi, tidak sepanjang jalur itu dilebarkan, tapi hanya di beberapa spot yang sebelumnya dipakai para PKL atau berdiri bangunan liar dan di titik yang dimungkinkan untuk dilebarkan,” katanya.
Selain pelebaran jalan, pihaknya juga ikut menyediakan lahan untuk rest area di dekat kawasan Agrowisata Gunung Mas, Cisarua, seluas 5 hektare. “Rest area itu rencananya untuk menampung para PKL yang tergusur karena adanya pelebaran jalan tersebut. Untuk pembangunan fisik rest area dananya dari Pemkab Bogor,” tuturnya.
Kepala Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional VI Kementerian PUPR Hari Suko Setiono mengatakan, proyek pelebaran jalur Puncak ini memang meleset dari jadwal semula. Ini karena menunggu tersedianya lahan yang akan dijadikan untuk tempat relokasi para pedagang.
“Memang agak lambat sih, tapi masalahnya di lahan. Kalau pelebaran, kan memanfaatkan lahan yang sempat ditempati pedagang,” ujarnya. Tak hanya itu, ia menjelaskan tahun lalu ada beberapa titik di jalur Puncak juga sempat dilebarkan.
Namun, pelebaran sekitar 1 meter di sisi kiri dan kanan jalan belum mampu mengurai kemacetan di kawasan tersebut. Pihaknya berharap pelebaran ruas jalan untuk yang kedua kalinya serta adanya rest area diharapkan efektif mengurangi kemacetan dan mencegah kecelakaan di kawasan Puncak.
“Kalau di situ sudah diatasi, apalagi adanya jalan Tol Bocimi yang nantinya dilanjutkan sampai Padalarang. Saya yakin kawasan Puncak tidak akan macet lagi,” ungkapnya.
Kementerian PUPR sejak Juli 2018 juga tengah membangun duplikat jembatan Gadog sebagai bagian dari solusi kemacetan dan antisipasi kecelakaan yang kerap terjadi di lokasi tersebut.
Berdasarkan pantauan dan keterangan, pelaksanaan proyek ini progresnya sudah mencapai lebih dari 45% dan ditargetkan awal tahun depan sudah bisa difungsikan.
“Saat ini proses pengecoran backwallyang merupakan dudukan girder sudah dilakukan. Setelah itu baru pengerjaan headwall setelah girdermasuk,” kata Kepala Pelaksana Proyek Metropolitan II Jakarta Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Samsul Anam.
Menurutnya, pengerjaan backwall memakan waktu empat hingga lima hari. Sebab, dibutuhkan teknik khusus dalam pema sa ng an girderpada backwall. Selain itu, butuh kehati-hatian mengingat jalur tersebut menjadi jalur aktif, baik menuju Puncak maupun sebaliknya.
Sementara untuk pemasangan headwall, sambung dia, bisa memakan waktu satu hari penuh. Itu pun jika kondisi jalur Puncak sepi. Jika mobilitas kendaraan volumenya padat, mobilisasi proyek bakal terganggu.
“Tapi, lebih sebentar karena volumenya kecil. Jadi, bisa lebih sebentar. Cuma, sekarang ini kendala cuaca dan mendekati musim liburan. Jadi, kita kerja 24 jam, siangmalam. Pergantian shift juga sudah kita atur,” ungkapnya.
Menurut Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) 3 Metropolitan ll Jakarta, Kementerian PUPR Elsa Putra Frian di, proyek jembatan Gadog menelan biaya sebesar Rp13 miliar dengan target difungsikan awal 2019. “Dalam perencanaan target pengerjaan konstruksi dilaksanakan hingga Desember 2018 sehingga awal tahun depan bisa dipergunakan,” katanya.
Konstruksi jembatan yang membentang di atas Sungai Ciliwung ini sengaja dibangun secara terpisah, tepat di samping jembatan yang sudah ada. “Alhasil, nantinya tepat di kawasan Pasir Angin, Gadog, ada empat lajur dengan (jembatan yang lama),” katanya.
Dengan duplikat jembatan baru tersebut maka jalur Puncak secara keseluruhan memiliki lebar 16 meter. “Jembatan baru untuk kendaraan dari arah Jakarta, sedangkan jembatan lama untuk kendaraan dari arah Puncak. Untuk jembatan baru lebarnya 9 meter. Kita akan bebaskan tanah juga di situ,” katanya.
Sementara itu, Kasatlantas Polres Bogor AKP Hasby Ristama mengatakan, penambahan lajur dengan membuat jembatan baru untuk mengurai kemacetan akibat bottle neckketika volume kendaraan meningkat.
“Yang jelas, kami menyambut positif upaya pemerintah dalam mengatasi kemacetan di jalur Puncak ini,” katanya. Sambutan positif juga diungkapkan sejumlah kalangan warga sekitar jalur Puncak.
Bahkan, beberapa warga dan tokoh politik mengaku mendukung penuh program ini. Sementara PKL yang masih berproses relokasi akibat adanya pelebaran jalan berharap lapak yang sedang dibangun sebagai tempat relokasi mereka cepat selesai.
“Kita mendukung penuh kebijakan pelebaran jalan ini karena banyak manfaatnya. Tapi, perhatikan juga dong PKL yang hingga saat ini masih banyak belum dapat kepastian soal relokasi” ungkap Khoirudin, 49, warga Cibereum, Cisarua, Puncak, Bogor.
Hal senada diungkapkan Slamet Mulyadi, anggota DPRD Kabupaten Bogor yang merupakan warga Puncak, juga mendukung penuh kegiatan pelebaran jalan ini.
“Pokoknya, kami pasti dukung segala kebijakan yang positif dari pemerintah untuk rakyat banyak. Meski jalur puncak 2 juga yang digadanggadang sebagai solusi macet puncak hingga saat ini tak ada kepastian. Kalau sekarang puncak dilebarin dan anggarannya sudah ada, kenapa tidak kita dukung?” paparnya.
(don)