Rupiah Tengah Pekan Terbebani di Awal Sesi Saat Dolar Kembali Perkasa
A
A
A
JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) pada tengah pekan mengawali perdagangan dengan terbebani setelah beberapa hari terakhir nyaman melaju di zona hijau. Padal awal sesi hari ini, Rabu (28/11/2018) rupiah dibuka menyusut setelah dolar AS kembali perkasa usai ditopang komentar pejabat The Fed atau Bank Sentral AS.
Menurut kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) BI, rupiah pagi ini dibuka lebih rendah menjadi Rp14.535/USD. Posisi ini memperlihatkan rupiah kembali tertekan dibandingkan posisi perdagangan kemarin di level Rp14.504/USD.
Berdasarkan data SINDOnews bersumber dari Limas, rupiah juga terkapar ke posisi Rp14.525/USD. Rupiah menunjukkan pelemahan menjelang akhir bulan November untuk menunjukkan mata uang Garuda masih rentan terhadap sentimen global.
Data Yahoo Finance menunjukkan rupiah pada sesi perdagangan pagi menjelang akhir pekan juga turun tipis di level Rp14.511/USD dengan pergerakan harian Rp14.511 hingga Rp14.649/USD. Peringkat tersebut menjadi sinyal berbalik melemahnya rupiah, meski tidak terlalu besar setelah kemarin memburuk Rp14.510/USD.
Posisi rupiah melihat data Bloomberg, pada perdagangan spot exchange jatuh ke level Rp14.527/USD dibandingkan sebelumnya pada posisi Rp14.515/USD. Rupiah hari ini bergerak di kisaran Rp14.525-Rp14.545/USD.
Sementara Dolar bertahan di dekat posisi tertinggi dua pekan pada perdagangan Rabu seperti dilansir Reuters, setelah pejabat senior Federal Reserve menegaskan kembali perlunya kenaikan lanjutan suku bunga acuan. Pasalnya para investor mencari perlindungan dalam mata uang ini berkat memanasnya ketegangan perdagangan China dan AS.
Dolar sendiri sebenarnya telah berada di bawah tekanan belum lama ini, seiring sinyal The Fed kemungkinan bakal memperlambat laju kenaikan suku bunga di tengah pertumbuhan global yang mendingin. Ditambah kekhawatiran tentang perdagangan dunia, investasi dan pendapatan perusahaan yang masih membayangi.
Namun, komentar Wakil Ketua Federal Reserve Richard Clarida mendukung, kenaikan suku bunga lebih lanjut meskipun ia mengatakan jalur pengetatan akan bergantung pada data. Dia mengatakan pemantauan data ekonomi telah menjadi lebih kritis karena Fed semakin dekat dengan sikap netral.
Indeks dolar yang mengukur nilainya versus enam mata uang utama lainnya, diperdagangkan pada level 97,42 setelah naik untuk tiga sesi berturut-turut. Indeks ini duduk tepat di bawah 97,69 tahun ini. Sedangkan saat melawan Yen Jepang sebagian besar tidak berubah pada posisi 113,75 terhadap dolar, tetapi tidak jauh dari posisi terendah dua minggu di 113,83.
Menurut kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) BI, rupiah pagi ini dibuka lebih rendah menjadi Rp14.535/USD. Posisi ini memperlihatkan rupiah kembali tertekan dibandingkan posisi perdagangan kemarin di level Rp14.504/USD.
Berdasarkan data SINDOnews bersumber dari Limas, rupiah juga terkapar ke posisi Rp14.525/USD. Rupiah menunjukkan pelemahan menjelang akhir bulan November untuk menunjukkan mata uang Garuda masih rentan terhadap sentimen global.
Data Yahoo Finance menunjukkan rupiah pada sesi perdagangan pagi menjelang akhir pekan juga turun tipis di level Rp14.511/USD dengan pergerakan harian Rp14.511 hingga Rp14.649/USD. Peringkat tersebut menjadi sinyal berbalik melemahnya rupiah, meski tidak terlalu besar setelah kemarin memburuk Rp14.510/USD.
Posisi rupiah melihat data Bloomberg, pada perdagangan spot exchange jatuh ke level Rp14.527/USD dibandingkan sebelumnya pada posisi Rp14.515/USD. Rupiah hari ini bergerak di kisaran Rp14.525-Rp14.545/USD.
Sementara Dolar bertahan di dekat posisi tertinggi dua pekan pada perdagangan Rabu seperti dilansir Reuters, setelah pejabat senior Federal Reserve menegaskan kembali perlunya kenaikan lanjutan suku bunga acuan. Pasalnya para investor mencari perlindungan dalam mata uang ini berkat memanasnya ketegangan perdagangan China dan AS.
Dolar sendiri sebenarnya telah berada di bawah tekanan belum lama ini, seiring sinyal The Fed kemungkinan bakal memperlambat laju kenaikan suku bunga di tengah pertumbuhan global yang mendingin. Ditambah kekhawatiran tentang perdagangan dunia, investasi dan pendapatan perusahaan yang masih membayangi.
Namun, komentar Wakil Ketua Federal Reserve Richard Clarida mendukung, kenaikan suku bunga lebih lanjut meskipun ia mengatakan jalur pengetatan akan bergantung pada data. Dia mengatakan pemantauan data ekonomi telah menjadi lebih kritis karena Fed semakin dekat dengan sikap netral.
Indeks dolar yang mengukur nilainya versus enam mata uang utama lainnya, diperdagangkan pada level 97,42 setelah naik untuk tiga sesi berturut-turut. Indeks ini duduk tepat di bawah 97,69 tahun ini. Sedangkan saat melawan Yen Jepang sebagian besar tidak berubah pada posisi 113,75 terhadap dolar, tetapi tidak jauh dari posisi terendah dua minggu di 113,83.
(akr)