Rupee Merosot Terimbas Pengunduran Diri Gubernur Bank Sentral India
A
A
A
BHARAT - Mata uang India, Rupee merosot tajam dalam satu hari setelah Gubernur bank sentral India (Reserve Bank of India/RBI), Urjit Patel, mengumumkan pengunduran secara tiba-tiba. Hal ini terjadi di tengah ramainya perselisihan soal campur tangan pemerintah pimpinan Perdana Menteri, Narendra Modi, kepada kebijakan bank sentral.
Seperti dilansir BBC, tercatat Rupee India turun 1,2% terhadap dolar Amerika Serikat (USD), selain itu pergerakan saham juga lebih rendah karena investor bereaksi terhadap hengkangnya Urjit Patel. Seperti diketahui, Urjit menyampaikan mundur dari jabatannya pada pertengahan periode tiga tahun, dengan alasan pribadi.
Kepergian Patel sebagai pimpinan Bank Sentral semakin mencuatkan rumor adanya eretakan antara Reserve Bank of India (RBI) dan pemerintah. Analis memperkirakan pengunduran diri Patel dapat membuat investor lebih waspada terhadap India dan melukai ekonomi, karena sedang mempersiapkan pemilihan umum tahun depan.
Kepala Ekonom India dan Asia Tenggara di Oxford Economics yakni Priyanka Kishore mengatakan pengunduran diri Patel menjadi perkembangan negatif untuk pasar. Penentuan waktunya juga menimbulkan beberapa kekhawatiran tentang independensi bank sentral di India. "Pengunduran diri Patel sepertinya protes terhadap campur tangan pemerintah," kata Kishore.
"Sudah ada kekhawatiran lain yang membebani ekonomi seperti ketidakpastian tentang kepemimpinan dan kebijakan RBI. Pada titik ini dapat membebani pertumbuhan lebih lanjut," paparnya.
Rupee sendiri telah menjadi salah satu mata uang berkinerja terburuk di Asia tahun ini, dipengaruhi oleh berbagai faktor termasuk harga minyak yang lebih tinggi. Persepsi intervensi pemerintah dalam kebijakan moneter dinilai dapat merusak kepercayaan investor dan melukai mata uang lokal. Sehari setelah pengunduran diri Patel, ekonom Surjit Bhalla mengundurkan diri dari dewan penasihat ekonomi Perdana Menteri Narendra Modi.
Ketidakpastian atas hasil pemilihan umum juga membebani para investor. Pasar saham India berada dalam zona merah pada sesi perdagangan, Senin kemarin setelah jajak pendapat dalam pemilu negara bagian menunjukkan partai berkuasa masih terus berjuang. India akan menggelar pemilihan umum pada semester pertama tahun depan, dengan jajak pendapat yang dijadwalkan pada bulan Mei.
Seperti dilansir BBC, tercatat Rupee India turun 1,2% terhadap dolar Amerika Serikat (USD), selain itu pergerakan saham juga lebih rendah karena investor bereaksi terhadap hengkangnya Urjit Patel. Seperti diketahui, Urjit menyampaikan mundur dari jabatannya pada pertengahan periode tiga tahun, dengan alasan pribadi.
Kepergian Patel sebagai pimpinan Bank Sentral semakin mencuatkan rumor adanya eretakan antara Reserve Bank of India (RBI) dan pemerintah. Analis memperkirakan pengunduran diri Patel dapat membuat investor lebih waspada terhadap India dan melukai ekonomi, karena sedang mempersiapkan pemilihan umum tahun depan.
Kepala Ekonom India dan Asia Tenggara di Oxford Economics yakni Priyanka Kishore mengatakan pengunduran diri Patel menjadi perkembangan negatif untuk pasar. Penentuan waktunya juga menimbulkan beberapa kekhawatiran tentang independensi bank sentral di India. "Pengunduran diri Patel sepertinya protes terhadap campur tangan pemerintah," kata Kishore.
"Sudah ada kekhawatiran lain yang membebani ekonomi seperti ketidakpastian tentang kepemimpinan dan kebijakan RBI. Pada titik ini dapat membebani pertumbuhan lebih lanjut," paparnya.
Rupee sendiri telah menjadi salah satu mata uang berkinerja terburuk di Asia tahun ini, dipengaruhi oleh berbagai faktor termasuk harga minyak yang lebih tinggi. Persepsi intervensi pemerintah dalam kebijakan moneter dinilai dapat merusak kepercayaan investor dan melukai mata uang lokal. Sehari setelah pengunduran diri Patel, ekonom Surjit Bhalla mengundurkan diri dari dewan penasihat ekonomi Perdana Menteri Narendra Modi.
Ketidakpastian atas hasil pemilihan umum juga membebani para investor. Pasar saham India berada dalam zona merah pada sesi perdagangan, Senin kemarin setelah jajak pendapat dalam pemilu negara bagian menunjukkan partai berkuasa masih terus berjuang. India akan menggelar pemilihan umum pada semester pertama tahun depan, dengan jajak pendapat yang dijadwalkan pada bulan Mei.
(akr)