Hubungan India-China Jadi Kunci Masa Depan Asia dan Dunia
loading...
A
A
A
NEW YORK - Hubungan India dan China adalah kunci masa depan Asia dan dunia. Hal ini disampaikan oleh Menteri Luar Negeri India, Subrahmanyam Jaishankar dalam acara yang digelar oleh Asia Society di New York. Dalam ajang tersebut, Jaishankar mencatat bahwa kedua negara menghasilkan 'masalah yang sangat unik' dalam politik global saat ini.
"Saya pikir hubungan India-China adalah kunci masa depan Asia. Di satu sisi, Anda dapat mengatakan bahwa jika dunia ingin menjadi multi-polar, Asia harus multi-polar. Dan oleh karena itu, hubungan ini tidak hanya akan memengaruhi masa depan Asia tetapi dengan cara itu, mungkin masa depan dunia juga," kata Jaishankar.
New Delhi telah berusaha untuk memperluas pengaruhnya dan menjadi pusat kekuasaan di wilayah tersebut, dimana terus melewati Beijing. Awal tahun ini, Jaishankar mengingatkan India untuk bersiap 'menyambut persaingan' dan memiliki lebih banyak kepercayaan diri dalam menghadapi pengaruh China yang tumbuh di Asia Selatan.
Menteri Jaishankar sudah mengadvokasi "multi-polaritas" di forum dunia dan untuk peran yang lebih besar bagi India dalam badan-badan seperti Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Namun China, anggota tetap dari kelompok berpengaruh itu, telah menentang lonjakan peran India sebagai anggota tetap.
Menyoroti bahwa China dan India masing-masing memiliki populasi lebih dari satu miliar, Jaishankar mengakui bahwa kebangkitan mereka dalam tatanan global, dikombinasikan dengan "tumpang tindih kepentingan", hingga menimbulkan tantangan yang tidak biasa.
"Jika Anda melihat hari ini dalam politik global, kebangkitan paralel India dan China, menurut saya, menghadirkan masalah yang sangat unik," katanya.
Jaishankar mengakui, bahwa India memiliki "sejarah yang sulit" dengan China dan hubungan tersebut saat ini "secara signifikan terganggu." Masalah New Delhi dengan Beijing sebagian besar berasal dari sengketa perbatasan.
Hubungan antara dua tetangga yang kuat semakin memburuk pada tahun 2020 ketika terjadi bentrokan antar pasukan di Lembah Galwan yang disengketakan. Insiden tersebut engakibatkan korban di kedua belah pihak.
"Saya pikir hubungan India-China adalah kunci masa depan Asia. Di satu sisi, Anda dapat mengatakan bahwa jika dunia ingin menjadi multi-polar, Asia harus multi-polar. Dan oleh karena itu, hubungan ini tidak hanya akan memengaruhi masa depan Asia tetapi dengan cara itu, mungkin masa depan dunia juga," kata Jaishankar.
New Delhi telah berusaha untuk memperluas pengaruhnya dan menjadi pusat kekuasaan di wilayah tersebut, dimana terus melewati Beijing. Awal tahun ini, Jaishankar mengingatkan India untuk bersiap 'menyambut persaingan' dan memiliki lebih banyak kepercayaan diri dalam menghadapi pengaruh China yang tumbuh di Asia Selatan.
Menteri Jaishankar sudah mengadvokasi "multi-polaritas" di forum dunia dan untuk peran yang lebih besar bagi India dalam badan-badan seperti Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Namun China, anggota tetap dari kelompok berpengaruh itu, telah menentang lonjakan peran India sebagai anggota tetap.
Menyoroti bahwa China dan India masing-masing memiliki populasi lebih dari satu miliar, Jaishankar mengakui bahwa kebangkitan mereka dalam tatanan global, dikombinasikan dengan "tumpang tindih kepentingan", hingga menimbulkan tantangan yang tidak biasa.
"Jika Anda melihat hari ini dalam politik global, kebangkitan paralel India dan China, menurut saya, menghadirkan masalah yang sangat unik," katanya.
Jaishankar mengakui, bahwa India memiliki "sejarah yang sulit" dengan China dan hubungan tersebut saat ini "secara signifikan terganggu." Masalah New Delhi dengan Beijing sebagian besar berasal dari sengketa perbatasan.
Hubungan antara dua tetangga yang kuat semakin memburuk pada tahun 2020 ketika terjadi bentrokan antar pasukan di Lembah Galwan yang disengketakan. Insiden tersebut engakibatkan korban di kedua belah pihak.