Persaingan Wisata Halal Meningkat
A
A
A
JAKARTA - Segmen pasar pariwisata terus menunjukkan pertumbuhan. Pembelanjaan dari pelancong muslim diperkirakan akan meningkat USD220 miliar pada 2020 dengan jumlah penambahan turis mencapai 156 juta.
Kue besar ini tentu menjadi rebutan bukan hanya oleh negara muslim, tapi juga non-muslim. Mereka bahkan tak segan mengubah strategi pariwisata mereka. Selama ini negara-negara berpenduduk mayoritas muslim yang menjadi tujuan destinasi wisata halal favorit para turis muslim adalah Malaysia, Uni Emirates Arab (UEA), Indonesia, Turki, dan Arab Saudi.
Adapun Singapura, Thailand, Inggris, Afrika Selatan, Hong Kong, Jepang, Taiwan, dan Prancis menjadi destinasi nonmuslim terfavorit bagi para turis muslim. Mereka sukses meraup hasil menggiurkan. Meski dikenal sebagai negara penganut Buddha, Thailand terbukti mampu menggaet turis muslim, terutama dari Indonesia yang banyak mencari rekreasi terjangkau.
Di Inggris, pembelanjaan turis muslim diperkirakan meningkat menjadi USD4,1 miliar dalam dua tahun mendatang, sekalipun kasus Islamofobia terus meningkat. Korea Selatan (Korsel) yang mengonsumsi tiga miliar botol alkohol para 2012 juga mulai menciptakan lingkungan ramah muslim.
Sebab, pariwisata halal dinilai memiliki potensi menjanjikan. Pemerintah Korsel menargetkan jutaan turis muslim. Salah satu inisiatif yang dikeluarkan ialah menggelar festival halal. Organisasi Pariwisata Korea (KTO) juga memublikasikan panduan wisata halal dalam bentuk e-book.
Mereka fokus terhadap negara-negara Asia. “Hal itu kami lakukan untuk menarik turis muslim dan mem berikan pengalaman positif,” ujar Wakil Direktur KTO Asia dan Timur Tengah, Shin Min-kyu, dikutip forbes.com.
Berdasarkan laporan Reuters pada 2014, turis muslim menghabiskan USD142 miliar, tidak termasuk ibadah haji. Angka itu hanya sedikit lebih kecil dibanding turis China (USD160 miliar) dan Amerika Serikat (USD143 miliar).
Korsel mencoba menangkap potensi itu setelah jumlah turis dari China turun 23% pada tahun lalu. Dengan fokus baru tersebut, Korsel berhasil memulihkan sedikit kondisi pariwisata. Jumlah turis asal Iran naik 25%, dari Kazakstan 22%, dari Uzbekistan dan Timur Tengah 8%, dan dari Pakistan 4,5%.
Menurut Asisten Profesor Pariwisata Universitas Kyung Hee, Lawrence Bendle, Korsel masih perlu berusaha. “Jumlah turis dari China sangat tinggi sehingga akan sulit digantikan oleh negara mana pun,” katanya.
Warga Malaysia yang menjadi kelompok turis muslim terbesar menuju Korsel pada tahun lalu tercatat hanya 2% dari total wisatawan. Pada kurun yang sama, turis dari China mencapai 5,6 juta atau hampir sekitar 50%.
KTO mencoba memperluas dan memperbanyak penunjang wisata halal dan promosi. Wakil Direktur KTO Asia Tenggara dan Timur Tengah, Park Jinho, mengatakan jumlah restoran bersahabat bagi turis muslim akan ditambah menjadi 250 dari 237.
Tahun lalu jumlah turis muslim menuju Korsel mencapai 990 orang. “Kami memahami arti dan pentingnya makanan halal bagi umat Islam,” katanya, dilansir themalaysianreserve.com.
Restoran halal di Korsel memiliki empat jenis, yakni besertifikat halal dari Federasi Muslim Korea; besertifikat halal dari pemilik restoran; halal, tapi menjual alkohol; dan bebas babi. Kementerian Pariwisata Jepang juga mengambil kebijakan serupa.
Selain membebaskan visa bagi sebagian negara mayoritas muslim, hotel dan restoran di Negeri Sakura bersahabat bagi turis muslim, mulai dari adanya tanda arah kiblat hingga dapur eksklusif. Jumlah masjid di Jepang juga terus naik menjadi 60.
“Saya kira sedikit demi sedikit Jepang mulai terbuka,” imbuh Shusaku Hinoki dari perusahaan pariwisata Freeplus. “Beberapa restoran mulai mengikuti tren dan menyediakan makanan halal.” Selain dari Timur Tengah, turis muslim dari Indonesia dan Malaysia juga mulai meng alami kenaikan ke Jepang.
TFK Corporation, perusahaan katering di Tokyo, menanamkan modal sebesar USD530.000 untuk memperbaharui fasilitas di Bandara Internasional Narita dengan menambah makanan halal besertifikat di dalam pesawat. Aplikasi Android yang membantu turis muslim mencari masjid dan makanan halal juga bermunculan. (Muh Shamil)
Kue besar ini tentu menjadi rebutan bukan hanya oleh negara muslim, tapi juga non-muslim. Mereka bahkan tak segan mengubah strategi pariwisata mereka. Selama ini negara-negara berpenduduk mayoritas muslim yang menjadi tujuan destinasi wisata halal favorit para turis muslim adalah Malaysia, Uni Emirates Arab (UEA), Indonesia, Turki, dan Arab Saudi.
Adapun Singapura, Thailand, Inggris, Afrika Selatan, Hong Kong, Jepang, Taiwan, dan Prancis menjadi destinasi nonmuslim terfavorit bagi para turis muslim. Mereka sukses meraup hasil menggiurkan. Meski dikenal sebagai negara penganut Buddha, Thailand terbukti mampu menggaet turis muslim, terutama dari Indonesia yang banyak mencari rekreasi terjangkau.
Di Inggris, pembelanjaan turis muslim diperkirakan meningkat menjadi USD4,1 miliar dalam dua tahun mendatang, sekalipun kasus Islamofobia terus meningkat. Korea Selatan (Korsel) yang mengonsumsi tiga miliar botol alkohol para 2012 juga mulai menciptakan lingkungan ramah muslim.
Sebab, pariwisata halal dinilai memiliki potensi menjanjikan. Pemerintah Korsel menargetkan jutaan turis muslim. Salah satu inisiatif yang dikeluarkan ialah menggelar festival halal. Organisasi Pariwisata Korea (KTO) juga memublikasikan panduan wisata halal dalam bentuk e-book.
Mereka fokus terhadap negara-negara Asia. “Hal itu kami lakukan untuk menarik turis muslim dan mem berikan pengalaman positif,” ujar Wakil Direktur KTO Asia dan Timur Tengah, Shin Min-kyu, dikutip forbes.com.
Berdasarkan laporan Reuters pada 2014, turis muslim menghabiskan USD142 miliar, tidak termasuk ibadah haji. Angka itu hanya sedikit lebih kecil dibanding turis China (USD160 miliar) dan Amerika Serikat (USD143 miliar).
Korsel mencoba menangkap potensi itu setelah jumlah turis dari China turun 23% pada tahun lalu. Dengan fokus baru tersebut, Korsel berhasil memulihkan sedikit kondisi pariwisata. Jumlah turis asal Iran naik 25%, dari Kazakstan 22%, dari Uzbekistan dan Timur Tengah 8%, dan dari Pakistan 4,5%.
Menurut Asisten Profesor Pariwisata Universitas Kyung Hee, Lawrence Bendle, Korsel masih perlu berusaha. “Jumlah turis dari China sangat tinggi sehingga akan sulit digantikan oleh negara mana pun,” katanya.
Warga Malaysia yang menjadi kelompok turis muslim terbesar menuju Korsel pada tahun lalu tercatat hanya 2% dari total wisatawan. Pada kurun yang sama, turis dari China mencapai 5,6 juta atau hampir sekitar 50%.
KTO mencoba memperluas dan memperbanyak penunjang wisata halal dan promosi. Wakil Direktur KTO Asia Tenggara dan Timur Tengah, Park Jinho, mengatakan jumlah restoran bersahabat bagi turis muslim akan ditambah menjadi 250 dari 237.
Tahun lalu jumlah turis muslim menuju Korsel mencapai 990 orang. “Kami memahami arti dan pentingnya makanan halal bagi umat Islam,” katanya, dilansir themalaysianreserve.com.
Restoran halal di Korsel memiliki empat jenis, yakni besertifikat halal dari Federasi Muslim Korea; besertifikat halal dari pemilik restoran; halal, tapi menjual alkohol; dan bebas babi. Kementerian Pariwisata Jepang juga mengambil kebijakan serupa.
Selain membebaskan visa bagi sebagian negara mayoritas muslim, hotel dan restoran di Negeri Sakura bersahabat bagi turis muslim, mulai dari adanya tanda arah kiblat hingga dapur eksklusif. Jumlah masjid di Jepang juga terus naik menjadi 60.
“Saya kira sedikit demi sedikit Jepang mulai terbuka,” imbuh Shusaku Hinoki dari perusahaan pariwisata Freeplus. “Beberapa restoran mulai mengikuti tren dan menyediakan makanan halal.” Selain dari Timur Tengah, turis muslim dari Indonesia dan Malaysia juga mulai meng alami kenaikan ke Jepang.
TFK Corporation, perusahaan katering di Tokyo, menanamkan modal sebesar USD530.000 untuk memperbaharui fasilitas di Bandara Internasional Narita dengan menambah makanan halal besertifikat di dalam pesawat. Aplikasi Android yang membantu turis muslim mencari masjid dan makanan halal juga bermunculan. (Muh Shamil)
(nfl)