Durian Lokal Diyakini Akan Semakin Bersaing di Pasar Ekspor
A
A
A
JAKARTA - Kementerian Pertanian (Kementan) optimis durian lokal mampu bersaing dengan durian negara lainnya di pasar ekspor. Indikatornya adalah data Badan Pusat Statistik (BPS) yang menyebutkan bahwa neraca perdagangan durian nasional yang semula defisit, pada 2018 mencatat surplus sebesar 700 ton.
"Durian lokal sudah tembus ke pasar manca negara seperti Hong Kong, China, Malaysia, Vietnam, Timur Tengah dan lainnya. Bahkan ekspornya semakin meningkat," ujar Direktur Jenderal Hortikultura Kementan Suwandi dalam keterangan tertulis, Jumat (8/2/2019).
Menurut Suwandi, indikator lainnya adalah makin getolnya para penggemar durian yang tergabung dalam Yayasan Durian Nunsantara berkumpul membahas upaya-upaya mengembangkan buah durian lokal yang tersebar di seluruh pelosok negeri.
Yayasan Durian Nusantara menggelar acara panen dan pesta durian di Trawas, Mojokerto, hari ini. Anggota yayasan ini terdiri dari pecinta durian yang memiliki kebun durian dari berbagai provinsi, yakni hadir dari Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Bali. Bahkan, hadir pula peserta dari Taiwan dan Anthoine, pehobi durian dari Prancis.
"Kami harapkan, melalui acara ini, para durian mania yang tergabung di Yayasan Durian Nusantara dapat mengelola durian lokal dengan baik sehingga berkelas dan bersaing dengan durian negara lain," ujar Suwandi.
Suwandi menjelaskan, langkah nyata dalam mengelola durian lokal agar kualitasnya bersaing dengan durian negara lain adalah mengembangkan durian khas di setiap daerah sebagai ikon dan dikelola secara profesional. Daerah, kata dia, harus membangun kebun durian percontohan dan mampu memasok ke supermarket maupun ekspor.
"Contohnya kebun durian bisa dikemas secara rapi dan dapat dijadikan sebagai objek wisata seperti di Warso Farm Cijeruk, Bogor, dan anggota Yayasan Durian Nusantara, Tirto Santoso yang memiliki kebun durian 10 hektare di Trawas, sebagai objek wisata," jelasnya.
Dia berharap Yayasan Durian Nusantara meningkatkan kinerjanya dan menjadi barometer bagi perkembangan durian nusantara. Berbagai pengalaman yang dimiliki anggota yayasan ini menurutnya harus disebarluaskan ke masyarakat sekitar.
Direktur Yayasan Durian Nusantara, Muhamad Reza Tirtawinata mengatakan Indonesia memiliki potensi durian lokal yang luar biasa. Sedikitnya ada 13 jenis, di antaranya yang menjadi favorit adalah durian Pelangi dari Manokwari, Super Tembaga dari Bangka, Srombut, Tembaga Mini dan Tiger Borneo 88 dari Kalbar, Sunrise of Jawa, durian merah dari Banyuwangi, Matahari dari Bogor, Gundulan dan Sipakem dari Narmada, NTB.
"Bila Thailand dikenal durian Chanee, Montong dan Kan Yao, Malaysia dikenal durian D24, Musang King dan Ochee, maka Indonesia favorit dengan durian Petruk, Matahari dan ke depan difavoritkan durian Pelangi," sebutnya.
Sementara itu, Tirto Santoso salah satu pekebun durian mengatakan, hingga saat ini dirinya telah mengembangkan berbagai durian lokal dan jenis Montong sejak 20 tahun yang lalu. Dia juga menanam durian jenis Musang King, Ochee dan D24 yang hasilnya terserap oleh pasar dan mitra.
"Harga pun kompetitif kelas supermarket. Misal Ochee Rp300.000/kg, Musang King Rp200.000/kg, dan Matahari Rp90.000/kg," jelas Tirto.
Pemerhati durian nusantara dari Jayapura, Karim Aristides mengungkapkan saat ini mulai banyak tumbuh kebun-kebun durian lokal. Kebun durian tersebar di Kalbar, Kaltim, Kaltara, Babel, Lampung, dan daerah lainnya.
"Saya sangat bangga, Indonesia perkembangan budidaya atau kebun durian begitu banyak di daerah. Durian lokal pun punya kualitas yang bagus," ucapnya.
Dalam acara yang sama, penikmat durian dari Prancis dan sekaligus chef internasional Anthoine mengatakan, saat ini dirinya lebih memilih durian lokal ketimbang durian Thailand. "Ya ini karena rasanya lebih beraroma kuat dan menggoda. Rasanya mantap, enak," ujarnya.
Selanjutnya Director General Taipei Economic and Trade Office dari Taiwan Benson DS Lin menuturkan pihaknya saat ini tengah menjajaki kerja sama bisnis buah dan sayuran dengan Indonesia. "Beberapa komoditas Indonesia sudah masuk ke Taiwan," tuturnya.
"Durian lokal sudah tembus ke pasar manca negara seperti Hong Kong, China, Malaysia, Vietnam, Timur Tengah dan lainnya. Bahkan ekspornya semakin meningkat," ujar Direktur Jenderal Hortikultura Kementan Suwandi dalam keterangan tertulis, Jumat (8/2/2019).
Menurut Suwandi, indikator lainnya adalah makin getolnya para penggemar durian yang tergabung dalam Yayasan Durian Nunsantara berkumpul membahas upaya-upaya mengembangkan buah durian lokal yang tersebar di seluruh pelosok negeri.
Yayasan Durian Nusantara menggelar acara panen dan pesta durian di Trawas, Mojokerto, hari ini. Anggota yayasan ini terdiri dari pecinta durian yang memiliki kebun durian dari berbagai provinsi, yakni hadir dari Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Bali. Bahkan, hadir pula peserta dari Taiwan dan Anthoine, pehobi durian dari Prancis.
"Kami harapkan, melalui acara ini, para durian mania yang tergabung di Yayasan Durian Nusantara dapat mengelola durian lokal dengan baik sehingga berkelas dan bersaing dengan durian negara lain," ujar Suwandi.
Suwandi menjelaskan, langkah nyata dalam mengelola durian lokal agar kualitasnya bersaing dengan durian negara lain adalah mengembangkan durian khas di setiap daerah sebagai ikon dan dikelola secara profesional. Daerah, kata dia, harus membangun kebun durian percontohan dan mampu memasok ke supermarket maupun ekspor.
"Contohnya kebun durian bisa dikemas secara rapi dan dapat dijadikan sebagai objek wisata seperti di Warso Farm Cijeruk, Bogor, dan anggota Yayasan Durian Nusantara, Tirto Santoso yang memiliki kebun durian 10 hektare di Trawas, sebagai objek wisata," jelasnya.
Dia berharap Yayasan Durian Nusantara meningkatkan kinerjanya dan menjadi barometer bagi perkembangan durian nusantara. Berbagai pengalaman yang dimiliki anggota yayasan ini menurutnya harus disebarluaskan ke masyarakat sekitar.
Direktur Yayasan Durian Nusantara, Muhamad Reza Tirtawinata mengatakan Indonesia memiliki potensi durian lokal yang luar biasa. Sedikitnya ada 13 jenis, di antaranya yang menjadi favorit adalah durian Pelangi dari Manokwari, Super Tembaga dari Bangka, Srombut, Tembaga Mini dan Tiger Borneo 88 dari Kalbar, Sunrise of Jawa, durian merah dari Banyuwangi, Matahari dari Bogor, Gundulan dan Sipakem dari Narmada, NTB.
"Bila Thailand dikenal durian Chanee, Montong dan Kan Yao, Malaysia dikenal durian D24, Musang King dan Ochee, maka Indonesia favorit dengan durian Petruk, Matahari dan ke depan difavoritkan durian Pelangi," sebutnya.
Sementara itu, Tirto Santoso salah satu pekebun durian mengatakan, hingga saat ini dirinya telah mengembangkan berbagai durian lokal dan jenis Montong sejak 20 tahun yang lalu. Dia juga menanam durian jenis Musang King, Ochee dan D24 yang hasilnya terserap oleh pasar dan mitra.
"Harga pun kompetitif kelas supermarket. Misal Ochee Rp300.000/kg, Musang King Rp200.000/kg, dan Matahari Rp90.000/kg," jelas Tirto.
Pemerhati durian nusantara dari Jayapura, Karim Aristides mengungkapkan saat ini mulai banyak tumbuh kebun-kebun durian lokal. Kebun durian tersebar di Kalbar, Kaltim, Kaltara, Babel, Lampung, dan daerah lainnya.
"Saya sangat bangga, Indonesia perkembangan budidaya atau kebun durian begitu banyak di daerah. Durian lokal pun punya kualitas yang bagus," ucapnya.
Dalam acara yang sama, penikmat durian dari Prancis dan sekaligus chef internasional Anthoine mengatakan, saat ini dirinya lebih memilih durian lokal ketimbang durian Thailand. "Ya ini karena rasanya lebih beraroma kuat dan menggoda. Rasanya mantap, enak," ujarnya.
Selanjutnya Director General Taipei Economic and Trade Office dari Taiwan Benson DS Lin menuturkan pihaknya saat ini tengah menjajaki kerja sama bisnis buah dan sayuran dengan Indonesia. "Beberapa komoditas Indonesia sudah masuk ke Taiwan," tuturnya.
(fjo)