Harga Minyak Dunia Jatuh di Tengah Peningkatan Aktivitas Pengeboran AS
A
A
A
SINGAPURA - Harga minyak mentah dunia jatuh sekitar 1% pada perdagangan, Senin (11/2/2019) seiring adanya peningkatan aktivitas pengeboran minyak Amerika Serikat (AS). Sentimen selanjutnya datang dari keputusan produsen minyak terbesar yakni Rusia untuk mengakhiri kesepakatan pemotongan pasokan bersama OPEC yang diteken oleh Presiden Vladimir Putin.
Seperti dilansir Reuters di awal pekan ini, tercatat minyak mentah berjangka AS West Texas Intermediate (WTI) diperdagangkan pada level USD52,16 per barel atau turun 56 sen atau setara hampir 1%, dibandingkan sesi terakhir sebelumnya. Harga WTI juga dibebani oleh penutupan kilang penyulingan minyak mentah unit (dari CDU) di Phillips 66 Wood River, Illinoi.
Sementara harga minyak mentah berjangka Brent yang menjadi patokan minyak internasional terpantau lebih rendah 53 sen, atau 0,9% menjadi USD61.57 per barel. Di Amerika Serikat, perusahaan-perusahaan energi pekan ini meningkatkan jumlah rig minyak yang beroperasi untuk kedua kalinya dalam tiga minggu, berdasarkan laporan mingguan Baker Hughes akhir pekan kemarin.
Perusahaan menambahkan 7 rig minyak di pekan ini hingga 8 Februari, untuk membawa jumlah total menjadi 854 serta menjadi sinyal, lanjutan kenaikan produksi minyak mentah AS, yang sudah berdiri di 11,9 juta bpd. Di tempat lain, bos perusahaan minyak Rusia, Rosneft yakni Igor Sechin, dilaporkan telah mengirimkan surat kepada Presiden Rusia Vladimir Putin perihal kekhawatirannya terhadap kesepakatan Rusia memangkas produksi minyaknya bersama OPEC.
Menurutnya kebijakan yang dipimpin Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak Dunia itu menjadi ancaman strategis dan bermain ke dalam tangan Amerika Serikat. Disebutkan OPEC telah mencapai kesepakatan sejak 2017, yang untuk mengekang kelebihan pasokan global. Hal tersebut kemudian diperpanjang beberapa kali dan di bawah kesepakatan terbaru, para negara yang menekan kesepakatan bakal memotong output mencapai 1,2 juta bpdsampai akhir Juni.
OPEC dan sekutunya akan bertemu kembali pada tanggal 17-18 April di Wina untuk meninjau Pakta tersebut. Sedangkan mencegah harga minyak mentah jatuh lebih jauh, AS menargetkan sanksi terhadap Venezuela. "Isu-isu di Venezuela terus mendukung harga. Laporan yang muncul bahwa PDVSA berjuang untuk mengamankan pasar baru untuk minyak mentah, setelah Amerika Serikat memberikan sanksi tambahan pada negara," kata ANZ bank pada hari Senin.
Seperti dilansir Reuters di awal pekan ini, tercatat minyak mentah berjangka AS West Texas Intermediate (WTI) diperdagangkan pada level USD52,16 per barel atau turun 56 sen atau setara hampir 1%, dibandingkan sesi terakhir sebelumnya. Harga WTI juga dibebani oleh penutupan kilang penyulingan minyak mentah unit (dari CDU) di Phillips 66 Wood River, Illinoi.
Sementara harga minyak mentah berjangka Brent yang menjadi patokan minyak internasional terpantau lebih rendah 53 sen, atau 0,9% menjadi USD61.57 per barel. Di Amerika Serikat, perusahaan-perusahaan energi pekan ini meningkatkan jumlah rig minyak yang beroperasi untuk kedua kalinya dalam tiga minggu, berdasarkan laporan mingguan Baker Hughes akhir pekan kemarin.
Perusahaan menambahkan 7 rig minyak di pekan ini hingga 8 Februari, untuk membawa jumlah total menjadi 854 serta menjadi sinyal, lanjutan kenaikan produksi minyak mentah AS, yang sudah berdiri di 11,9 juta bpd. Di tempat lain, bos perusahaan minyak Rusia, Rosneft yakni Igor Sechin, dilaporkan telah mengirimkan surat kepada Presiden Rusia Vladimir Putin perihal kekhawatirannya terhadap kesepakatan Rusia memangkas produksi minyaknya bersama OPEC.
Menurutnya kebijakan yang dipimpin Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak Dunia itu menjadi ancaman strategis dan bermain ke dalam tangan Amerika Serikat. Disebutkan OPEC telah mencapai kesepakatan sejak 2017, yang untuk mengekang kelebihan pasokan global. Hal tersebut kemudian diperpanjang beberapa kali dan di bawah kesepakatan terbaru, para negara yang menekan kesepakatan bakal memotong output mencapai 1,2 juta bpdsampai akhir Juni.
OPEC dan sekutunya akan bertemu kembali pada tanggal 17-18 April di Wina untuk meninjau Pakta tersebut. Sedangkan mencegah harga minyak mentah jatuh lebih jauh, AS menargetkan sanksi terhadap Venezuela. "Isu-isu di Venezuela terus mendukung harga. Laporan yang muncul bahwa PDVSA berjuang untuk mengamankan pasar baru untuk minyak mentah, setelah Amerika Serikat memberikan sanksi tambahan pada negara," kata ANZ bank pada hari Senin.
(akr)