Riset JLL Investasi Real Estate Komersial Akan Naik pada 2019
A
A
A
KONSULTAN real estate global JLL memperkirakan volume transaksi real estate Asia Pasifik secara keseluruhan pada 2019 diperkirakan akan naik 5%, meskipun laju momentum pertumbuhan akan melambat.
“Selama satu dekade siklus ekonomi, para investor masih terus berkutat dengan risikorisiko makro dan ketidakpastian geopolitik seperti kenaikan suku bunga, berlanjutnya perang dagang antara Amerika Serikat dan China, serta tekanan di Uni Eropa yang disebabkan oleh negosiasi Brexit,” kata Stuart Crow, Head of Capital Markets, JLL Asia Pasifik.
Meskipun terlihat adanya kemunduran, industri real estate tetap terlihat menarik sebagai tempat yang aman untuk berinvestasi, dengan manfaat diversifikasi portofolionya serta tingkat keuntungan yang relatif lebih tinggi dibanding dengan kelas aset lainnya.
Namun, dalam situasi ekonomi yang melambat ini, investor menjadi lebih selektif dan ketat saat bergerak keluar dari suatu jenis investasi karena semakin sulit untuk menemukan alternatif investasi lain yang dapat menghasilkan pendapatan.
Di Asia Pasifik, permintaan real estate akan terus bergerak didorong oleh fundamental demografis yang kuat. Penduduk daerah perkotaan diperkirakan akan melampaui 400 juta orang pada 2027, sedangkan penduduk berusia 65 tahun atau lebih akan meningkat sebanyak 146 juta orang dalam kurun waktu 10 tahun ke depan. Pada 2021, pasar e-commerce Asia Pasifik diproyeksikan akan mengalami pertumbuhan sampai mencapai USD1,6 triliun.
Head of Research JLL Indonesia James Taylor mengatakan, minat investor kemungkinan akan tetap kuat di Indonesia pada 2019. Pasar gedung perkantoran serta ritel akan semakin ketat dan titik masuk yang paling mungkin diambil oleh investor adalah pengembangan tapak atau membentuk kemitraan dengan grup-grup perusahaan lokal.
“Pengembangan infrastruktur MRT dan LRT mendatang akan menghadirkan peluang baru bagi para investor sementara pasar pergudangan logistik modern kemungkinan akan terus menjadi fokus bagi grupgrup perusahaan lokal dan internasional,” ujarnya.
Head of Asia Pacific Research, JLL Megan Walters mengatakan, pada 2030, ruang kerja yang fleksibel akan mencapai 30% dari portofolio beberapa perusahaanperusahaan properti komersial di seluruh dunia. Ini berarti konsolidasi pasar akan semakin sering terjadi seperti misalnya pemilik properti serta pengembang akan mulai menawarkan ruang fleksibel milik mereka sendiri.
“Selama satu dekade siklus ekonomi, para investor masih terus berkutat dengan risikorisiko makro dan ketidakpastian geopolitik seperti kenaikan suku bunga, berlanjutnya perang dagang antara Amerika Serikat dan China, serta tekanan di Uni Eropa yang disebabkan oleh negosiasi Brexit,” kata Stuart Crow, Head of Capital Markets, JLL Asia Pasifik.
Meskipun terlihat adanya kemunduran, industri real estate tetap terlihat menarik sebagai tempat yang aman untuk berinvestasi, dengan manfaat diversifikasi portofolionya serta tingkat keuntungan yang relatif lebih tinggi dibanding dengan kelas aset lainnya.
Namun, dalam situasi ekonomi yang melambat ini, investor menjadi lebih selektif dan ketat saat bergerak keluar dari suatu jenis investasi karena semakin sulit untuk menemukan alternatif investasi lain yang dapat menghasilkan pendapatan.
Di Asia Pasifik, permintaan real estate akan terus bergerak didorong oleh fundamental demografis yang kuat. Penduduk daerah perkotaan diperkirakan akan melampaui 400 juta orang pada 2027, sedangkan penduduk berusia 65 tahun atau lebih akan meningkat sebanyak 146 juta orang dalam kurun waktu 10 tahun ke depan. Pada 2021, pasar e-commerce Asia Pasifik diproyeksikan akan mengalami pertumbuhan sampai mencapai USD1,6 triliun.
Head of Research JLL Indonesia James Taylor mengatakan, minat investor kemungkinan akan tetap kuat di Indonesia pada 2019. Pasar gedung perkantoran serta ritel akan semakin ketat dan titik masuk yang paling mungkin diambil oleh investor adalah pengembangan tapak atau membentuk kemitraan dengan grup-grup perusahaan lokal.
“Pengembangan infrastruktur MRT dan LRT mendatang akan menghadirkan peluang baru bagi para investor sementara pasar pergudangan logistik modern kemungkinan akan terus menjadi fokus bagi grupgrup perusahaan lokal dan internasional,” ujarnya.
Head of Asia Pacific Research, JLL Megan Walters mengatakan, pada 2030, ruang kerja yang fleksibel akan mencapai 30% dari portofolio beberapa perusahaanperusahaan properti komersial di seluruh dunia. Ini berarti konsolidasi pasar akan semakin sering terjadi seperti misalnya pemilik properti serta pengembang akan mulai menawarkan ruang fleksibel milik mereka sendiri.
(don)