Gubernur BI Tebar Optimisme Saat Kurs Rupiah Mulai Tertekan
A
A
A
JAKARTA - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menebar optimisme bahwa nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) bakal stabil ketika mata uang Garuda mulai mengalami tekanan. Bahkan pekan ini, rupiah kembali bertengger di atas level Rp 14.000 per dolar AS.
Sementara itu hingga pekan ketiga Februari 2019, tercatat nilai tukar rupiah melawan USD masih fluktuatif. "Nilai tukar rupiah kedepan akan bergerak stabil dan rupiah saat ini masih undervalue jadi kedepan stabilitas akan didukung oleh empat hal," ujar Perry Warjiyo di Jakarta, Jumat (22/2/2019).
Lebih lanjut, Ia membeberkan empat faktor yang membuat mata uang garuda bakal kembali menguat. Salah satunya adalah masuknya aliran modal asing yang menambah suplai di pasar keuangan dalam negeri. "Tambah suplai valas dalam negeri, kedua fundamental ekonomi lebih baik dari sisi pertumbuhan," jelasnya.
Sederet faktor yang membuat aliran masuk dana asing berlanjut, di antaranya daya tarik aset keuangan domestik. Ditambah lagi, bunga acuan AS, Fed Fund Rate, kemungkinan hanya naik sekali tahun ini, lebih sedikit dari perkiraan sebelumnya yaitu sebanyak tiga kali.
Selain itu, inflasi rendah dan current account deficit (CAD) yang juga menurun bisa jadi pendorong bagi rupiah. Namun kenaikan Fed Fund Rate juga mempengaruhi mata uang garuda. "Tentu saja ketiga Fed Fund Rate yang akan lebih rendah semula tiga kali naik, diperkirakan tahun ini hanya naik satu kali Fed Fund Rate," tandasnya.
Sementara itu hingga pekan ketiga Februari 2019, tercatat nilai tukar rupiah melawan USD masih fluktuatif. "Nilai tukar rupiah kedepan akan bergerak stabil dan rupiah saat ini masih undervalue jadi kedepan stabilitas akan didukung oleh empat hal," ujar Perry Warjiyo di Jakarta, Jumat (22/2/2019).
Lebih lanjut, Ia membeberkan empat faktor yang membuat mata uang garuda bakal kembali menguat. Salah satunya adalah masuknya aliran modal asing yang menambah suplai di pasar keuangan dalam negeri. "Tambah suplai valas dalam negeri, kedua fundamental ekonomi lebih baik dari sisi pertumbuhan," jelasnya.
Sederet faktor yang membuat aliran masuk dana asing berlanjut, di antaranya daya tarik aset keuangan domestik. Ditambah lagi, bunga acuan AS, Fed Fund Rate, kemungkinan hanya naik sekali tahun ini, lebih sedikit dari perkiraan sebelumnya yaitu sebanyak tiga kali.
Selain itu, inflasi rendah dan current account deficit (CAD) yang juga menurun bisa jadi pendorong bagi rupiah. Namun kenaikan Fed Fund Rate juga mempengaruhi mata uang garuda. "Tentu saja ketiga Fed Fund Rate yang akan lebih rendah semula tiga kali naik, diperkirakan tahun ini hanya naik satu kali Fed Fund Rate," tandasnya.
(akr)