Aliran Modal Asing Dukung Rupiah Berjaya
A
A
A
JAKARTA - Laju rupiah terus berlari kencang terhadap dolar Amerika Serikat (USD), belakangan ini. Bank Indonesia menilai keperkasaan rupiah saat ini dikarenakan faktor eskternal, yakni derasnya aliran modal asing yang masuk ke pasar keuangan domestik. Hingga 19 Maret, rupiah telah menguat 1,05% secara point to point dan 0,85% secara rerata.
"Besarnya aliran modal asing, terutama yang terjadi di pasar Surat Berharga Negara, ikut mendorong kenaikan rupiah," jelas Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo di Jakarta, Kamis (21/3/2019).
Sejalan dengan prospek aliran modal asing yang kian membaik, bank sentral memandang kurs rupiah akan bergerak stabil sesuai dengan nilai fundamentalnya, dengan mekanisme pasar yang tetap terjaga dengan baik.
"Untuk mendukung efektivitas kebijakan nilai tukar dan memperkuat pembiayaan domestik, Bank Indonesia terus mengakselerasi pendalaman pasar keuangan, khususnya di pasar uang dan valas," terangnya.
Selain itu, kekuatan rupiah berkat faktor internal seperti inflasi yang menurun. Adapun sasaran inflasi 2019 sebesar 3,5%±1% (yoy). Indeks Harga Konsumen (IHK)Februari 2019 mengalami deflasi 0,08% (mtm) atau inflasi 2,57% (yoy), turun dari inflasi bulan sebelumnya sebesar 0,32% (mtm) atau 2,82% (yoy).
"Deflasi IHK bersumber dari deflasi kelompok volatile food, sedangkan kelompok inti dan kelompok administered price mencatat inflasi yang rendah," katanya.
Sambung Perry, harga kelompok volatile food mengalami deflasi sesuai dengan pola musiman. Inflasi inti terkendali didukung konsistensi kebijakan Bank Indonesia dalam mengarahkan ekspektasi inflasi. Sejalan dengan itu, inflasi kelompok administered prices juga tetap rendah, dipengaruhi penurunan harga bensin.
"Kedepan, Bank Indonesia terus konsisten menjaga stabilitas harga dan memperkuat koordinasi kebijakan dengan pemerintah, baik di tingkat pusat maupun daerah, untuk mengendalikan inflasi tetap rendah dan stabil dalam kisaran sasaran," jelasnya.
"Besarnya aliran modal asing, terutama yang terjadi di pasar Surat Berharga Negara, ikut mendorong kenaikan rupiah," jelas Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo di Jakarta, Kamis (21/3/2019).
Sejalan dengan prospek aliran modal asing yang kian membaik, bank sentral memandang kurs rupiah akan bergerak stabil sesuai dengan nilai fundamentalnya, dengan mekanisme pasar yang tetap terjaga dengan baik.
"Untuk mendukung efektivitas kebijakan nilai tukar dan memperkuat pembiayaan domestik, Bank Indonesia terus mengakselerasi pendalaman pasar keuangan, khususnya di pasar uang dan valas," terangnya.
Selain itu, kekuatan rupiah berkat faktor internal seperti inflasi yang menurun. Adapun sasaran inflasi 2019 sebesar 3,5%±1% (yoy). Indeks Harga Konsumen (IHK)Februari 2019 mengalami deflasi 0,08% (mtm) atau inflasi 2,57% (yoy), turun dari inflasi bulan sebelumnya sebesar 0,32% (mtm) atau 2,82% (yoy).
"Deflasi IHK bersumber dari deflasi kelompok volatile food, sedangkan kelompok inti dan kelompok administered price mencatat inflasi yang rendah," katanya.
Sambung Perry, harga kelompok volatile food mengalami deflasi sesuai dengan pola musiman. Inflasi inti terkendali didukung konsistensi kebijakan Bank Indonesia dalam mengarahkan ekspektasi inflasi. Sejalan dengan itu, inflasi kelompok administered prices juga tetap rendah, dipengaruhi penurunan harga bensin.
"Kedepan, Bank Indonesia terus konsisten menjaga stabilitas harga dan memperkuat koordinasi kebijakan dengan pemerintah, baik di tingkat pusat maupun daerah, untuk mengendalikan inflasi tetap rendah dan stabil dalam kisaran sasaran," jelasnya.
(ven)