Era Revolusi Energi Perlu Segera Diantisipasi
A
A
A
JAKARTA - Memasuki era revolusi energi, diyakini akan terjadi banyak perubahan dalam sistem dan kehidupan sehari-hari, yang berkaitan dengan produksi maupun konsumsi energi. Harga energi diperkirakan semakin murah dan setiap orang akan mulai memproduksi energi sendiri.
Hal itu diungkapkan anggota Dewan Energi Nasional (DEN) Rinaldy Dalimi dalam konferensi Inagreentech Exhibition di JIExpo, Kamis (4/4/2019). Menurut Rinaldy, di era revolusi energi, ditandai dengan muncul Individual Power Producer, yakni sebuah kondisi dimana masing-masing individu memproduksi energi untuk kebutuhannya sendiri.
Dengan adanya pembangkit energi individual tersebut, kata dia, kebutuhan akan stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU), transmisi dan pembangkit besar, akan semakin menurun.
"Perusahaan listrik akan kehilangan konsumen, perusahaan minyak perlahan akan kehilangan konsumen BBM transportasi. Harga energi menurun dan area bisnis perusahaan listrik atau minyak akan berubah menjadi penyedia solar cell, baterai dan fuel cell," paparnya.
Menurut dia, kondisi tersebut sudah di ambang pintu. Dia mencontohkan, saat ini Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) sudah memiliki peralatan testing solar cell yang lengkap yang merupakan sebuah kemajuan besar.
Karena itu, tegas Rinaldy, seiring dengan perkembangan revolusi energi, perusahaan yang bergerak di sektor energi harus mulai berbenah mempersiapkan diri terhadap perubahan. Kemudian, pemerintah juga harus melakukan antisipasi dengan membuat perencanaan dan kebijakan agar Indonesia tidak tergantung lagi dari negara lain.
"Teknologi energi terbarukan bukanlah teknologi yang canggih karena teknologi itu bisa kita produksi dan operasikan sendiri. Itulah tugas kita untuk 10-20 tahun ke depan," tandasnya. (michelle natalia)
Hal itu diungkapkan anggota Dewan Energi Nasional (DEN) Rinaldy Dalimi dalam konferensi Inagreentech Exhibition di JIExpo, Kamis (4/4/2019). Menurut Rinaldy, di era revolusi energi, ditandai dengan muncul Individual Power Producer, yakni sebuah kondisi dimana masing-masing individu memproduksi energi untuk kebutuhannya sendiri.
Dengan adanya pembangkit energi individual tersebut, kata dia, kebutuhan akan stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU), transmisi dan pembangkit besar, akan semakin menurun.
"Perusahaan listrik akan kehilangan konsumen, perusahaan minyak perlahan akan kehilangan konsumen BBM transportasi. Harga energi menurun dan area bisnis perusahaan listrik atau minyak akan berubah menjadi penyedia solar cell, baterai dan fuel cell," paparnya.
Menurut dia, kondisi tersebut sudah di ambang pintu. Dia mencontohkan, saat ini Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) sudah memiliki peralatan testing solar cell yang lengkap yang merupakan sebuah kemajuan besar.
Karena itu, tegas Rinaldy, seiring dengan perkembangan revolusi energi, perusahaan yang bergerak di sektor energi harus mulai berbenah mempersiapkan diri terhadap perubahan. Kemudian, pemerintah juga harus melakukan antisipasi dengan membuat perencanaan dan kebijakan agar Indonesia tidak tergantung lagi dari negara lain.
"Teknologi energi terbarukan bukanlah teknologi yang canggih karena teknologi itu bisa kita produksi dan operasikan sendiri. Itulah tugas kita untuk 10-20 tahun ke depan," tandasnya. (michelle natalia)
(fjo)