Indonesia Berhasil Raih Wisata Halal Terbaik
A
A
A
JAKARTA - Indonesia menjadi destinasi wisata halal (halal tourism) terbaik dunia 2019. Prestasi istimewa ditahbiskan oleh Global Muslim Travel Index (GMTI). Dengan skor 78, Indonesia berhasil mengungguli 130 destinasi dari seluruh dunia.
Pencapaian ini sesuai target dan program pemerintah untuk mempercepat pengembangan destinasi wisata halal dan menaikkan peringkat Indonesia di GMTI. Selama periode 2015-2018 Indonesia berturut-turut menduduki peringkat keenam, keempat, ketiga, dan kedua dalam GMTI. Akhirnya tahun ini lembaga pemeringkat Mastercard- Crescent Rating menempatkan Indonesia pada peringkat pertama standar GMTI bersama Malaysia yang sama-sama meraih skor 78. Kedua negara bertetangga ini unggul di atas Turki (skor 75), Arab Saudi (skor 72), dan Uni Emirat Arab (skor 71) yang masuk dalam jajaran Top 5 GMTI 2019.
Direktur Mastercard Indonesia Tommy Singgih menyebut Indonesia sebagai satu-satunya negara yang sangat progresif dalam mengembangkan destinasi wisata halal.
Keseriusan membangun pariwisata halal antara lain ditunjukkan dengan Indonesia Muslim Travel Index (IMTI) yang mengukur dan menilai 10 destinasi halal di Indonesia. “Ini sebuah prestasi dan komitmen yang baik,” ujarnya di sela-sela acara penyampaian hasil GMTI 2019 di Jakarta kemarin.
CEO Crescent Rating Fazal Bahardeen mengungkapkan laporan GMTI menganalisis berdasarkan empat kriteria penilaian strategis: akses, komunikasi, lingkungan, dan layanan. Menurut dia, sejumlah faktor yang terus mendongkrak peringkat Indonesia di antaranya ke bijakan bebas visa, perbaikan konektivitas, dan edukasi wisata halal. Selain itu, Indonesia diketahui gencar melakukan bimbingan teknis (bimtek) dan workshop 10 destinasi pariwisata halal unggulan di Tanah Air.
“Edukasi terhadap industri dan masyarakat juga penting sehingga mereka bisa memenuhi kebutuhan dan keinginan traveler muslim,” tuturnya.
Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya mengapresiasi lembaga pemeringkat dunia Mastercard-Crescent Global Muslim Travel Index yang mem berikan penilaian tertinggi pada Indonesia. “Akhirnya, target yang kita impikan sebagai destinasi wisata halal terbaik dunia tercapai. Selamat untuk Indonesia telah menjadi yang terbaik di GMTI. Kita akan dukung juga daerah yang menyiapkan positioning sebagai destinasi halal,” tuturnya.
Walau sudah berada di puncak, Arief menegaskan, pemerintah tetap akan melaksanakan empat kriteria penilaian di GMTI, terutama terkait fasilitas yang wajib tersedia seperti makanan halal dan fasilitas ibadah.
Hal yang tak kalah penting adalah pelayanan. “Pada akhirnya, yang memberikan produk dan layanan terbaiklah yang akan dipilih customer,” ucapnya.
Dia pun berharap naiknya peringkat Indonesia pada posisi teratas sebagai destinasi halal tourism diharapkan akan semakin banyak mengundang minat wisatawan dunia berkunjung ke Indonesia. Dari target kunjungan 20 juta wisatawan mancanegara (wisman) tahun ini, 5 juta atau 25% diproyeksikan dari wisata halal.
“Kita inginkan 25% wisman yang datang ke Indonesia karena halal. Tidak harus wisman muslim semua. Bukan muslim pun kalau produk yang dinikmati halal tourism itu bisa kita klaim (sebagai wisman untuk halal tourism),” ujarnya.
Pasar wisata halal merupakan salah satu sektor pariwisata dengan tingkat pertumbuhan tercepat di seluruh dunia. Akan tetapi, terlepas dari potensinya yang besar, sektor ini relatif masih belum dikembangkan secara maksimal. Pada 2026 kontribusi sektor pariwisata halal diperkirakan melonjak 35% menjadi USD300 miliar terhadap perekonomian global, meningkat dari USD220 miliar di tahun 2020. Pada saat itu wisatawan muslim secara global diprediksi akan tumbuh menjadi 230 juta orang, yang merepresentasikan lebih dari 10% total wisatawan global secara keseluruhan.
Ketua Indonesia Halal Lifestyle Center Sapta Nirwandar menyambut baik prestasi Indonesia sebagai destinasi wisata halal terbaik dunia 2019 berstandar Global Muslim Travel Index (GMTI) 2019. Meski begitu, masih banyak yang harus ditingkatkan terkait layanan halal di tiap destinasi wisata.
“Akses kita sudah meningkat, tapi kalau service kita masih bersaing dengan negara non-OI (Organisation of Islamic Cooperation) seperti Bangkok. Itu yang harus ditingkatkan,” ungkapnya. Menurut dia, prestasi ini harus diiringi peningkatan jumlah kunjungan wisman muslim yang datang ke Indonesia. Saat ini jumlah kunjungan wisman muslim yang datang ke Indonesia relatif kecil, yakni 3 juta wisman.
Hal ini berbeda dengan negara seperti Singapura yang sekitar 4 juta wisman muslim dan Thailand sekitar 5 juta wisman muslim. “Tiga juta wisman muslim itu kebanyakan dari Malaysia dan Singapura. Dari Timur Tengah enggak banyak. Kita paling akhir dibandingkan Thailand, Singapura, Malaysia. Untuk itu, perlu kerja keras agar prestasi ini menjadi sesuatu yang bermanfaat,” katanya. (Inda S/Oktiani Endarwati)
Pencapaian ini sesuai target dan program pemerintah untuk mempercepat pengembangan destinasi wisata halal dan menaikkan peringkat Indonesia di GMTI. Selama periode 2015-2018 Indonesia berturut-turut menduduki peringkat keenam, keempat, ketiga, dan kedua dalam GMTI. Akhirnya tahun ini lembaga pemeringkat Mastercard- Crescent Rating menempatkan Indonesia pada peringkat pertama standar GMTI bersama Malaysia yang sama-sama meraih skor 78. Kedua negara bertetangga ini unggul di atas Turki (skor 75), Arab Saudi (skor 72), dan Uni Emirat Arab (skor 71) yang masuk dalam jajaran Top 5 GMTI 2019.
Direktur Mastercard Indonesia Tommy Singgih menyebut Indonesia sebagai satu-satunya negara yang sangat progresif dalam mengembangkan destinasi wisata halal.
Keseriusan membangun pariwisata halal antara lain ditunjukkan dengan Indonesia Muslim Travel Index (IMTI) yang mengukur dan menilai 10 destinasi halal di Indonesia. “Ini sebuah prestasi dan komitmen yang baik,” ujarnya di sela-sela acara penyampaian hasil GMTI 2019 di Jakarta kemarin.
CEO Crescent Rating Fazal Bahardeen mengungkapkan laporan GMTI menganalisis berdasarkan empat kriteria penilaian strategis: akses, komunikasi, lingkungan, dan layanan. Menurut dia, sejumlah faktor yang terus mendongkrak peringkat Indonesia di antaranya ke bijakan bebas visa, perbaikan konektivitas, dan edukasi wisata halal. Selain itu, Indonesia diketahui gencar melakukan bimbingan teknis (bimtek) dan workshop 10 destinasi pariwisata halal unggulan di Tanah Air.
“Edukasi terhadap industri dan masyarakat juga penting sehingga mereka bisa memenuhi kebutuhan dan keinginan traveler muslim,” tuturnya.
Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya mengapresiasi lembaga pemeringkat dunia Mastercard-Crescent Global Muslim Travel Index yang mem berikan penilaian tertinggi pada Indonesia. “Akhirnya, target yang kita impikan sebagai destinasi wisata halal terbaik dunia tercapai. Selamat untuk Indonesia telah menjadi yang terbaik di GMTI. Kita akan dukung juga daerah yang menyiapkan positioning sebagai destinasi halal,” tuturnya.
Walau sudah berada di puncak, Arief menegaskan, pemerintah tetap akan melaksanakan empat kriteria penilaian di GMTI, terutama terkait fasilitas yang wajib tersedia seperti makanan halal dan fasilitas ibadah.
Hal yang tak kalah penting adalah pelayanan. “Pada akhirnya, yang memberikan produk dan layanan terbaiklah yang akan dipilih customer,” ucapnya.
Dia pun berharap naiknya peringkat Indonesia pada posisi teratas sebagai destinasi halal tourism diharapkan akan semakin banyak mengundang minat wisatawan dunia berkunjung ke Indonesia. Dari target kunjungan 20 juta wisatawan mancanegara (wisman) tahun ini, 5 juta atau 25% diproyeksikan dari wisata halal.
“Kita inginkan 25% wisman yang datang ke Indonesia karena halal. Tidak harus wisman muslim semua. Bukan muslim pun kalau produk yang dinikmati halal tourism itu bisa kita klaim (sebagai wisman untuk halal tourism),” ujarnya.
Pasar wisata halal merupakan salah satu sektor pariwisata dengan tingkat pertumbuhan tercepat di seluruh dunia. Akan tetapi, terlepas dari potensinya yang besar, sektor ini relatif masih belum dikembangkan secara maksimal. Pada 2026 kontribusi sektor pariwisata halal diperkirakan melonjak 35% menjadi USD300 miliar terhadap perekonomian global, meningkat dari USD220 miliar di tahun 2020. Pada saat itu wisatawan muslim secara global diprediksi akan tumbuh menjadi 230 juta orang, yang merepresentasikan lebih dari 10% total wisatawan global secara keseluruhan.
Ketua Indonesia Halal Lifestyle Center Sapta Nirwandar menyambut baik prestasi Indonesia sebagai destinasi wisata halal terbaik dunia 2019 berstandar Global Muslim Travel Index (GMTI) 2019. Meski begitu, masih banyak yang harus ditingkatkan terkait layanan halal di tiap destinasi wisata.
“Akses kita sudah meningkat, tapi kalau service kita masih bersaing dengan negara non-OI (Organisation of Islamic Cooperation) seperti Bangkok. Itu yang harus ditingkatkan,” ungkapnya. Menurut dia, prestasi ini harus diiringi peningkatan jumlah kunjungan wisman muslim yang datang ke Indonesia. Saat ini jumlah kunjungan wisman muslim yang datang ke Indonesia relatif kecil, yakni 3 juta wisman.
Hal ini berbeda dengan negara seperti Singapura yang sekitar 4 juta wisman muslim dan Thailand sekitar 5 juta wisman muslim. “Tiga juta wisman muslim itu kebanyakan dari Malaysia dan Singapura. Dari Timur Tengah enggak banyak. Kita paling akhir dibandingkan Thailand, Singapura, Malaysia. Untuk itu, perlu kerja keras agar prestasi ini menjadi sesuatu yang bermanfaat,” katanya. (Inda S/Oktiani Endarwati)
(nfl)