Terbesar di Asia Tenggara, GOJEK Proses Rp126 T Gross Transaction Value di 2018
A
A
A
JAKARTA - GOJEK mencatat telah memproses lebih dari USD9 miliar (sekitar Rp126 triliun) gross transaction value (GTV) di tahun 2018 di semua negara-negara di mana perusahaan tersebut beroperasi. Hal itu menjadikannya grup consumer technology terbesar di Asia Tenggara berdasarkan GTV.
Aplikasi GOJEK pertama kali diluncurkan pada Januari 2015 telah berkembang menjadi platform mobile on-demand terbesar di Asia Tenggara, menawarkan berbagai layanan mulai dari transportasi dan pembayaran ke pesan-antar makanan, logistik, dan berbagai layanan on-demand lainnya. GOJEK Group kini beroperasi di 204 kota dan kabupaten di lima negara Asia Tenggara.
Per Maret 2019, aplikasi dan ekosistem GOJEK telah diunduh oleh lebih dari 142 juta, dengan lebih dari 2 juta mitra pengemudi, hampir 400.000 mitra merchants dan lebih dari 60.000 penyedia layanan di Asia Tenggara, dengan volume transaksi tahunan sebanyak sebesar Rp2 miliar per akhir 2018.
GOJEK mengukuhkan posisi sebagai aplikasi on-demand dengan jumlah pengguna aktif bulanan (monthly active users) terbanyak di Indonesia sepanjang tahun 2018, lebih tinggi dari kompetitor. GOJEK juga menjadi aplikasi ride-sharing yang paling banyak digunakan di Indonesia. Ini berdasarkan laporan berjudul "The State of Mobile 2019" dari App Annie, platform analisa dan insights untuk aplikasi mobile. Keberhasilan ini berbanding lurus dengan pertumbuhan gross transaction value (GTV) GOJEK yang naik 13,5 kali lipat dari 2016 ke 2018.
Founder dan Global CEO GOJEK Nadiem Makarim mengatakan, pencapaian ini merupakan realisasi dari misi GOJEK untuk memberikan solusi kehidupan sehari-hari kepada masyarakat Indonesia. Teknologi GOJEK kini telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari masyarakat.
"Bahkan istilah 'gojekin aja' saat ini telah menjadi kata kerja yang kerap kita dengar dalam percakapan sehari-hari. Hal ini membanggakan tidak hanya bagi kami tapi juga seluruh mitra yang ada di dalam ekosistem kami, karena ini bukti bahwa GOJEK telah menjadi aplikasi sehari-hari yang sebenarnya," kata Nadiem dalam jumpa pers di Jakarta, Kamis (11/4/2019).
Posisi GOJEK juga diperkuat oleh analisa YouGov - sebuah perusahaan global independen yang memonitor dan menganalisa ratusan merek di puluhan sektor industri, yang menyatakan bahwa brand GOJEK terus menduduki posisi nomor satu pada kategori Brand Impression, Nilai, Kualitas, Kepuasan, dan Rekomendasi di sektor on-demand, termasuk transportasi dan pesan antar makanan.
Mengenai dampak ekonomi GOJEK, riset Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi & Bisnis Universitas Indonesia (LD FEB UI) tahun 2018 menyatakan bahwa kontribusi mitra GOJEK kepada perekonomian Indonesia mencapai Rp44,2 triliun, naik hampir tiga kali lipat dari tahun sebelumnya.
Riset LD FEB UI juga menemukan bahwa 93% responden mitra UMKM mengalami peningkatan volume transaksi dan 55% mitra mendapatkan peningkatan klasifikasi omzet setelah bergabung dengan GO-FOOD. Peningkatan volume dan omzet bisnis memacu mitra UMKM untuk terus mengembangkan usahanya. Hal ini ditunjukkan dari 85% responden yang menginvestasikan kembali pendapatannya ke dalam usaha mereka.
GO-PAY juga menjadi platform paling banyak digunakan di Indonesia. CEO GO-PAY Aldi Haryopratomo mengatakan, pertumbuhan transaksi GO-PAY di luar layanan GOJEK naik 25 kali lipat sejak diperkenalkan. Saat ini, GO-PAY telah bermitra dengan 28 institusi keuangan, serta telah diterima di lebih ratusan ribu rekan usaha di 370 kota di Indonesia.
Aplikasi GOJEK pertama kali diluncurkan pada Januari 2015 telah berkembang menjadi platform mobile on-demand terbesar di Asia Tenggara, menawarkan berbagai layanan mulai dari transportasi dan pembayaran ke pesan-antar makanan, logistik, dan berbagai layanan on-demand lainnya. GOJEK Group kini beroperasi di 204 kota dan kabupaten di lima negara Asia Tenggara.
Per Maret 2019, aplikasi dan ekosistem GOJEK telah diunduh oleh lebih dari 142 juta, dengan lebih dari 2 juta mitra pengemudi, hampir 400.000 mitra merchants dan lebih dari 60.000 penyedia layanan di Asia Tenggara, dengan volume transaksi tahunan sebanyak sebesar Rp2 miliar per akhir 2018.
GOJEK mengukuhkan posisi sebagai aplikasi on-demand dengan jumlah pengguna aktif bulanan (monthly active users) terbanyak di Indonesia sepanjang tahun 2018, lebih tinggi dari kompetitor. GOJEK juga menjadi aplikasi ride-sharing yang paling banyak digunakan di Indonesia. Ini berdasarkan laporan berjudul "The State of Mobile 2019" dari App Annie, platform analisa dan insights untuk aplikasi mobile. Keberhasilan ini berbanding lurus dengan pertumbuhan gross transaction value (GTV) GOJEK yang naik 13,5 kali lipat dari 2016 ke 2018.
Founder dan Global CEO GOJEK Nadiem Makarim mengatakan, pencapaian ini merupakan realisasi dari misi GOJEK untuk memberikan solusi kehidupan sehari-hari kepada masyarakat Indonesia. Teknologi GOJEK kini telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari masyarakat.
"Bahkan istilah 'gojekin aja' saat ini telah menjadi kata kerja yang kerap kita dengar dalam percakapan sehari-hari. Hal ini membanggakan tidak hanya bagi kami tapi juga seluruh mitra yang ada di dalam ekosistem kami, karena ini bukti bahwa GOJEK telah menjadi aplikasi sehari-hari yang sebenarnya," kata Nadiem dalam jumpa pers di Jakarta, Kamis (11/4/2019).
Posisi GOJEK juga diperkuat oleh analisa YouGov - sebuah perusahaan global independen yang memonitor dan menganalisa ratusan merek di puluhan sektor industri, yang menyatakan bahwa brand GOJEK terus menduduki posisi nomor satu pada kategori Brand Impression, Nilai, Kualitas, Kepuasan, dan Rekomendasi di sektor on-demand, termasuk transportasi dan pesan antar makanan.
Mengenai dampak ekonomi GOJEK, riset Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi & Bisnis Universitas Indonesia (LD FEB UI) tahun 2018 menyatakan bahwa kontribusi mitra GOJEK kepada perekonomian Indonesia mencapai Rp44,2 triliun, naik hampir tiga kali lipat dari tahun sebelumnya.
Riset LD FEB UI juga menemukan bahwa 93% responden mitra UMKM mengalami peningkatan volume transaksi dan 55% mitra mendapatkan peningkatan klasifikasi omzet setelah bergabung dengan GO-FOOD. Peningkatan volume dan omzet bisnis memacu mitra UMKM untuk terus mengembangkan usahanya. Hal ini ditunjukkan dari 85% responden yang menginvestasikan kembali pendapatannya ke dalam usaha mereka.
GO-PAY juga menjadi platform paling banyak digunakan di Indonesia. CEO GO-PAY Aldi Haryopratomo mengatakan, pertumbuhan transaksi GO-PAY di luar layanan GOJEK naik 25 kali lipat sejak diperkenalkan. Saat ini, GO-PAY telah bermitra dengan 28 institusi keuangan, serta telah diterima di lebih ratusan ribu rekan usaha di 370 kota di Indonesia.
(fjo)