Brexit Tertunda, Bisnis Kecil di Inggris Gigit Jari
A
A
A
LONDON - Penundaan Brexit yang memberikan Inggris waktu 6 bulan hingga 31 Oktober 2019 untuk menyusun rencana meninggalkan Uni Eropa mengakibatkan banyak perusahaan, terutama bisnis kecil resah. Perpanjangan waktu ini menimbulkan ketidakpastian bagi para pelaku ekonomi.
"Kapan hal ini akan selesai?" ujar banyak perusahaan Inggris secara kolektif di London, Kamis (11/4/2019). Meskipun tekanan langsung mereda, para pebisnis memohon kepada para politisi untuk mencapai kesepakatan secepatnya dan menghindari posisi yang sama dalam enam bulan ke depan.
Meskipun ada ketidakpastian, ekonomi Inggris berhasil tumbuh sebanyak 0,3% dalam tiga bulan (terakhir di bulan Februari) berdasarkan angka dari the Office of National Statistics yang diliris minggu ini. Tetapi, beberapa aktivitas bisa jadi merupakan hasil dari persiapan yang tidak matang untuk berpisah dari Uni Eropa dan para ekonom memperingatkan bahwa Brexit bisa memperlambat pertumbuhan ekonomi lebih jauh.
Sementara itu, bagi bisnis yang lebih besar, Brexit sudah terjadi. Bank-bank sudah membangun cabang di luar negeri untuk terus melayani nasabah mereka di Eropa. Para produsen mobil juga telah membatalkan rencana mereka untuk mengembangkan produksi di dalam negeri.
"Dan semua yang mampu bersiap untuk no-deal Brexit," ujar the Confederation of British Industry, sebuah organisasi bisnis yang mewakili sekitar 190.000 perusahaan.
Para pengecer makanan akan berfokus pada bagaimana cara memasukkan bahan makanan yang tidak tahan lama ke dalam negara itu jika Inggris keluar pada akhir Oktober. Inggris mengimpor proporsi bahan pangan yang lebih tinggi di musim dingin.
"Akhir Oktober akan menghadirkan banyak tantangan yang sama dengan apa yang kami alami di bulan Maret dalam hal mengimpor makanan dan ketergantungan yang tinggi pada Uni Eropa pada saat itu," kata Tom Holder, juru bicara British Retail Consortium.
Banyak perusahaan, terutama perusahaan kecil, belum memiliki dana cadangan atau staf untuk mempersiapkan kemungkinan perubahan dalam kondisi operasi, dan hanya berharap bahwa no-deal Brexit tidak akan terjadi. Sekarang setelah skenario terburuk sedang ditunda, bisnis dari semua kalangan masih bergantung kepada Parlemen untuk memberikan kejelasan sebelum ekonomi melambat.
"Perpanjangan negosiasi tentunya datang dengan biaya dan ketidakpastian," ujar Wakil Direktur the Confederation of British Industry Josh Hardie dalam sebuah wawancara dengan The New York Times. Bisnis-bisnis akan menempatkan taruhan mereka di tempat lain jika Inggris tidak lagi dianggap sebagai pintu gerbang ke Eropa.
Roni Savage selaku direktur Jomas Associates, sebuah perusahaan konsultan teknis beranggotakan 15 karyawan sudah merasakan dampak langsung dari kebuntuan Brexit. Bisnisnya berfokus pada survei dasar untuk konstruksi perusahaan lainnya. Setengah dari klien konstruksi, katanya, telah mulai memperlambat proyek-proyek baru, karena tidak ada kejelasan apakah kondisi permintaan akan bertahan setelah Brexit.
"Kami terkena dampaknya dengan cepat, dan Brexit adalah masalah besar," keluh Savage. "Ini adalah mimpi buruk," tambahnya. "Saya sangat sedih karena dengan adanya perpanjangan berarti harus menunggu lebih lama lagi. Kita semua berharap untuk menyelesaikan ini secepatnya."
Para petani juga menyuarakan keprihatinan yang serupa. "Kami memiliki ternak dan tanaman di ladang, dengan petani dan peternak yang masih bertanya-tanya tentang lingkungan perdagangan seperti apa yang akan mereka hadapi, atau seperti apa kebijakan pertanian domestik Inggris nantinya," ujar kepala National Farmer's Union, Minette Batters.
"Kapan hal ini akan selesai?" ujar banyak perusahaan Inggris secara kolektif di London, Kamis (11/4/2019). Meskipun tekanan langsung mereda, para pebisnis memohon kepada para politisi untuk mencapai kesepakatan secepatnya dan menghindari posisi yang sama dalam enam bulan ke depan.
Meskipun ada ketidakpastian, ekonomi Inggris berhasil tumbuh sebanyak 0,3% dalam tiga bulan (terakhir di bulan Februari) berdasarkan angka dari the Office of National Statistics yang diliris minggu ini. Tetapi, beberapa aktivitas bisa jadi merupakan hasil dari persiapan yang tidak matang untuk berpisah dari Uni Eropa dan para ekonom memperingatkan bahwa Brexit bisa memperlambat pertumbuhan ekonomi lebih jauh.
Sementara itu, bagi bisnis yang lebih besar, Brexit sudah terjadi. Bank-bank sudah membangun cabang di luar negeri untuk terus melayani nasabah mereka di Eropa. Para produsen mobil juga telah membatalkan rencana mereka untuk mengembangkan produksi di dalam negeri.
"Dan semua yang mampu bersiap untuk no-deal Brexit," ujar the Confederation of British Industry, sebuah organisasi bisnis yang mewakili sekitar 190.000 perusahaan.
Para pengecer makanan akan berfokus pada bagaimana cara memasukkan bahan makanan yang tidak tahan lama ke dalam negara itu jika Inggris keluar pada akhir Oktober. Inggris mengimpor proporsi bahan pangan yang lebih tinggi di musim dingin.
"Akhir Oktober akan menghadirkan banyak tantangan yang sama dengan apa yang kami alami di bulan Maret dalam hal mengimpor makanan dan ketergantungan yang tinggi pada Uni Eropa pada saat itu," kata Tom Holder, juru bicara British Retail Consortium.
Banyak perusahaan, terutama perusahaan kecil, belum memiliki dana cadangan atau staf untuk mempersiapkan kemungkinan perubahan dalam kondisi operasi, dan hanya berharap bahwa no-deal Brexit tidak akan terjadi. Sekarang setelah skenario terburuk sedang ditunda, bisnis dari semua kalangan masih bergantung kepada Parlemen untuk memberikan kejelasan sebelum ekonomi melambat.
"Perpanjangan negosiasi tentunya datang dengan biaya dan ketidakpastian," ujar Wakil Direktur the Confederation of British Industry Josh Hardie dalam sebuah wawancara dengan The New York Times. Bisnis-bisnis akan menempatkan taruhan mereka di tempat lain jika Inggris tidak lagi dianggap sebagai pintu gerbang ke Eropa.
Roni Savage selaku direktur Jomas Associates, sebuah perusahaan konsultan teknis beranggotakan 15 karyawan sudah merasakan dampak langsung dari kebuntuan Brexit. Bisnisnya berfokus pada survei dasar untuk konstruksi perusahaan lainnya. Setengah dari klien konstruksi, katanya, telah mulai memperlambat proyek-proyek baru, karena tidak ada kejelasan apakah kondisi permintaan akan bertahan setelah Brexit.
"Kami terkena dampaknya dengan cepat, dan Brexit adalah masalah besar," keluh Savage. "Ini adalah mimpi buruk," tambahnya. "Saya sangat sedih karena dengan adanya perpanjangan berarti harus menunggu lebih lama lagi. Kita semua berharap untuk menyelesaikan ini secepatnya."
Para petani juga menyuarakan keprihatinan yang serupa. "Kami memiliki ternak dan tanaman di ladang, dengan petani dan peternak yang masih bertanya-tanya tentang lingkungan perdagangan seperti apa yang akan mereka hadapi, atau seperti apa kebijakan pertanian domestik Inggris nantinya," ujar kepala National Farmer's Union, Minette Batters.
(fjo)