Budaya Kerja 12 Jam dari Jack Ma Tidak Bisa Diterapkan di Indonesia
A
A
A
JAKARTA - Taipan teknologi asal China, Jack Ma, baru-baru ini mendukung budaya kerja selama 12 jam di Negeri Tirai Bambu. Bos e-commerce Alibaba itu menyatakan mendukung praktik kerja 12 jam di perusahaannya yang dikenal sebagai "996" melalui akun media sosialnya.
Praktik kerja 996 adalah masuk kerja jam 9 pagi, pulang jam 9 malam selama 6 hari dalam seminggu. Menurut Jack Ma, dengan bekerja 12 jam, karyawan mendapatkan kesempatan bekerja dan belajar yang cukup banyak. Pernyataan Jack Ma tersebut menuai kontroversi.
Nah, untuk di Indonesia sendiri, lazimnya bekerja antara 7-8 jam per hari. Lantas apakah budaya kerja 12 jam sehari ini cocok untuk diterapkan di Indonesia? Bisa menaikkan kinerja perusahaan?
Ekonom dari Bank Permata, Joshua Pardede, mengatakan budaya kerja 12 jam sehari justru tidak efektif dalam meningkatkan kinerja perusahaan. Menurut Joshua, kualitas kerja lah yang perlu dimaksimalkan dibandingkan kuantitas jam kerja bila ingin meningkatkan kinerja perusahaan agar mendapatkan keuntungan besar.
"Sebenarnya sih yang lebih baik kualitas dibandingkan kuantitas kerja. Kalau kuantitasnya banyak tapi kualitasnya enggak seimbang, ya kerja enggak maksimal," ujar Joshua saat dihubungi SINDOnews di Jakarta, Jumat (19/4/2019).
Menurut dia, untuk meningkatkan kinerja perusahaan termasuk pertumbuhan ekonomi, pemerintah Indonesia harus meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Hal ini dilakukan agar kinerja ekonomi Indonesia lebih baik untuk kedepannya.
"Jadi lebih baik SDM-nya yang ditingkatkan dibandingkan menerapkan tambahan kerja waktu," tandasnya.
Praktik kerja 996 adalah masuk kerja jam 9 pagi, pulang jam 9 malam selama 6 hari dalam seminggu. Menurut Jack Ma, dengan bekerja 12 jam, karyawan mendapatkan kesempatan bekerja dan belajar yang cukup banyak. Pernyataan Jack Ma tersebut menuai kontroversi.
Nah, untuk di Indonesia sendiri, lazimnya bekerja antara 7-8 jam per hari. Lantas apakah budaya kerja 12 jam sehari ini cocok untuk diterapkan di Indonesia? Bisa menaikkan kinerja perusahaan?
Ekonom dari Bank Permata, Joshua Pardede, mengatakan budaya kerja 12 jam sehari justru tidak efektif dalam meningkatkan kinerja perusahaan. Menurut Joshua, kualitas kerja lah yang perlu dimaksimalkan dibandingkan kuantitas jam kerja bila ingin meningkatkan kinerja perusahaan agar mendapatkan keuntungan besar.
"Sebenarnya sih yang lebih baik kualitas dibandingkan kuantitas kerja. Kalau kuantitasnya banyak tapi kualitasnya enggak seimbang, ya kerja enggak maksimal," ujar Joshua saat dihubungi SINDOnews di Jakarta, Jumat (19/4/2019).
Menurut dia, untuk meningkatkan kinerja perusahaan termasuk pertumbuhan ekonomi, pemerintah Indonesia harus meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Hal ini dilakukan agar kinerja ekonomi Indonesia lebih baik untuk kedepannya.
"Jadi lebih baik SDM-nya yang ditingkatkan dibandingkan menerapkan tambahan kerja waktu," tandasnya.
(ven)