Pasar ASEAN Makin Dilirik Produsen Global
A
A
A
SINGAPURA - Asia Tenggara merupakan rumah bagi beberapa produksi termurah dunia untuk produsen global, menurut indeks peringkat industri baru. China menempati peringkat pertama sebagai lokasi pabrik dengan biaya paling kompetitif diikuti Malaysia, Vietnam dan Indonesia yang berada tidak jauh di belakangnya.
Hal ini berdasarkan laporan dari perusahaan jasa real estat Cushman & Wakefield yang menilai 48 pasar di seluruh dunia. Selanjutnya India menempati posisi lima besar, ditambah dua negara Asia Tenggara lainnya termasuk dalam 15 lokasi pabrik kompetitif yakni Thailand pada peringkat keenam dan Filipina di peringkat ke-15.
"Sementara China tetap menjadi pusat kekuatan manufaktur global, ketegangan perdagangan AS-Cina adalah seruan bagi banyak perusahaan global untuk secara serius mempertimbangkan diversifikasi rantai pasokan menjadi alternatif murah lainnya di negara-negara seperti Vietnam dan Indonesia," ujar Kepala Riset Perusahaan Singapura dan Asia Tenggara yakni Christine Li seperti dilansir
Menurut Lisa Graham, kepala riset industri regional Cushman & Wakefield menerangkan, pabrikan secara global telah memasuki era baru yang ditandai dengan semakin besarnya pengaruh teknologi dalam menangani produktivitas, kekurangan tenaga kerja dan keselamatan dalam produksi dan logistik.
“Kami melihat lokasi-lokasi yang sebelumnya berbiaya rendah seperti Cina dan India bergerak naik melalui rantai produksi nilai dengan dukungan adopsi teknologi yang disponsori negara. Itulah sebabnya negara-negara Asia tampil sangat menonjol di peringkat kami," paparnya.
Tetapi Graham memperingatkan, masih ada kekhawatiran tentang masalah kekayaan intelektual di wilayah ini yang berarti, bahwa meskipun biaya lebih tinggi, negara-negara di Amerika Utara dan Eropa akan terus berkembang sebagai basis manufaktur.
Li menambahkan, "Singapura juga akan menjadi penerima manfaat utama dalam transisi ke Industri 4.0 karena terus banyak berinvestasi dalam teknologi dan inovasi untuk mengimbangi transformasi cepat manufaktur. Kerangka kerja peraturan Singapura yang kuat menawarkan kepada para produsen tingkat perlindungan yang wajar dari risiko geopolitik dan kekayaan intelektual."
Atas dasar penilaian yang juga memperhatikan kondisi operasi dan risiko geopolitik, China kembali menjadi yang teratas, diikuti oleh Amerika Serikat, India, Kanada, dan Republik Ceko. Di bawah kriteria ini, pasar ASEAN dengan peringkat tertinggi untuk pabrik adalah Malaysia di tempat ketujuh, diikuti oleh Thailand, yang berada di urutan ke 10.
Indonesia, Singapura, dan Vietnam menempati urutan ke 13 hingga 15, dalam urutan itu. "Negara-negara yang berinvestasi dalam platform yang memfasilitasi aliran masuk dan keluar dari jalur produksi akan berhasil," kata Cushman & Wakefield dalam ringkasan temuannya.
“Koneksi rantai pasokan China yang mulus telah menghasilkan investasi besar dalam infrastruktur dan transportasi multi-modal, termasuk proyek Jalur Sutera Modern dan maritim, di samping insentif. Faktor-faktor ini mengimbangi kekhawatiran tentang kekayaan intelektual," terang dia.
Hal ini berdasarkan laporan dari perusahaan jasa real estat Cushman & Wakefield yang menilai 48 pasar di seluruh dunia. Selanjutnya India menempati posisi lima besar, ditambah dua negara Asia Tenggara lainnya termasuk dalam 15 lokasi pabrik kompetitif yakni Thailand pada peringkat keenam dan Filipina di peringkat ke-15.
"Sementara China tetap menjadi pusat kekuatan manufaktur global, ketegangan perdagangan AS-Cina adalah seruan bagi banyak perusahaan global untuk secara serius mempertimbangkan diversifikasi rantai pasokan menjadi alternatif murah lainnya di negara-negara seperti Vietnam dan Indonesia," ujar Kepala Riset Perusahaan Singapura dan Asia Tenggara yakni Christine Li seperti dilansir
Menurut Lisa Graham, kepala riset industri regional Cushman & Wakefield menerangkan, pabrikan secara global telah memasuki era baru yang ditandai dengan semakin besarnya pengaruh teknologi dalam menangani produktivitas, kekurangan tenaga kerja dan keselamatan dalam produksi dan logistik.
“Kami melihat lokasi-lokasi yang sebelumnya berbiaya rendah seperti Cina dan India bergerak naik melalui rantai produksi nilai dengan dukungan adopsi teknologi yang disponsori negara. Itulah sebabnya negara-negara Asia tampil sangat menonjol di peringkat kami," paparnya.
Tetapi Graham memperingatkan, masih ada kekhawatiran tentang masalah kekayaan intelektual di wilayah ini yang berarti, bahwa meskipun biaya lebih tinggi, negara-negara di Amerika Utara dan Eropa akan terus berkembang sebagai basis manufaktur.
Li menambahkan, "Singapura juga akan menjadi penerima manfaat utama dalam transisi ke Industri 4.0 karena terus banyak berinvestasi dalam teknologi dan inovasi untuk mengimbangi transformasi cepat manufaktur. Kerangka kerja peraturan Singapura yang kuat menawarkan kepada para produsen tingkat perlindungan yang wajar dari risiko geopolitik dan kekayaan intelektual."
Atas dasar penilaian yang juga memperhatikan kondisi operasi dan risiko geopolitik, China kembali menjadi yang teratas, diikuti oleh Amerika Serikat, India, Kanada, dan Republik Ceko. Di bawah kriteria ini, pasar ASEAN dengan peringkat tertinggi untuk pabrik adalah Malaysia di tempat ketujuh, diikuti oleh Thailand, yang berada di urutan ke 10.
Indonesia, Singapura, dan Vietnam menempati urutan ke 13 hingga 15, dalam urutan itu. "Negara-negara yang berinvestasi dalam platform yang memfasilitasi aliran masuk dan keluar dari jalur produksi akan berhasil," kata Cushman & Wakefield dalam ringkasan temuannya.
“Koneksi rantai pasokan China yang mulus telah menghasilkan investasi besar dalam infrastruktur dan transportasi multi-modal, termasuk proyek Jalur Sutera Modern dan maritim, di samping insentif. Faktor-faktor ini mengimbangi kekhawatiran tentang kekayaan intelektual," terang dia.
(akr)