BI Jabar Gandeng Ulama untuk Menjaga Stabilitas Harga Jelang Ramadhan
A
A
A
BANDUNG - Bank Indonesia (BI) Kantor Perwakilan Jawa Barat mengumpulkan ratusan ulama se-Jabar, untuk ikut bekerjasama menjaga stabilitas harga bahan pokok menjelang Ramadhan dan Lebaran 2019.
Kepala BI Jabar, Doni P. Joewono, mengatakan ulama memiliki posisi penting untuk ikut menjaga stabilitas harga sembako saat Ramadhan. Ulama bisa menyampaikan seruan kepada pedagang, petani, pengumpul, dan pengusaha lainnya untuk bersama-sama menjaga inflasi.
“Ulama bisa ikut menyerukan kepada semua umat Islam, bahwa sekarang saatnya kita beramal dan bersedekah. Bentuknya bisa melalui diskon. Karena kan, permintaan barangnya tinggi," kata Doni di Kantor BI Jabar, Jalan Braga, Kota Bandung, Jumat (3/5/2019).
Dia mencontohkan, di beberapa negara, Ramadhan di jadikan umat untuk bersedekah. Para pedagang justru melakukan diskon harga saat Ramadhan. Bahkan, mereka menyediakan makanan di masjid secara gratis untuk menjamin kebutuhan buka dan sahur.
"Kami coba berbagai macam cara. Karena kalau ngomongin inflasi, kita lihat ketersediaan harga, pasokan, kelancaran distribusi, dan komunikasi. Itu berpengaruh terhadap inflasi. Sekarang inflasi (di Jawa Barat) sudah 0,41%, kami berharap inflasi Ramadhan tidak lebih dari 0,5%. Karena kalau di atas itu, sudah kategori merah," beber dia.
Diakui Doni, beberapa hal yang perlu diantisipasi untuk menekan kenaikan harga (inflasi) yaitu ketersediaan pasokan dan kelancaran distribusi. Walaupun, untuk ketersediaan pasokan, beberapa kota seperti Bandung, telah menyatakan kesiapannya. Tinggal bagaimana distribusi tidak terganggu sehingga suplai ke konsumen mencukupi.
Sementara itu, Ketua MUI Jabar, Rachmat Syafei, mengajak masyarakat menjadikan Ramadhan sebagai momen untuk menahan diri. Yaitu mencegah dan menahan diri dari hal yang dilarang dan punya pengaruh jelek. Misalnya belanja dan makan secukupnya.
"Saya imbau masyarakat dalam menggunakan harta dan belanja harus terukur dan tidak mubazir," kata dia singkat.
Kepala BI Jabar, Doni P. Joewono, mengatakan ulama memiliki posisi penting untuk ikut menjaga stabilitas harga sembako saat Ramadhan. Ulama bisa menyampaikan seruan kepada pedagang, petani, pengumpul, dan pengusaha lainnya untuk bersama-sama menjaga inflasi.
“Ulama bisa ikut menyerukan kepada semua umat Islam, bahwa sekarang saatnya kita beramal dan bersedekah. Bentuknya bisa melalui diskon. Karena kan, permintaan barangnya tinggi," kata Doni di Kantor BI Jabar, Jalan Braga, Kota Bandung, Jumat (3/5/2019).
Dia mencontohkan, di beberapa negara, Ramadhan di jadikan umat untuk bersedekah. Para pedagang justru melakukan diskon harga saat Ramadhan. Bahkan, mereka menyediakan makanan di masjid secara gratis untuk menjamin kebutuhan buka dan sahur.
"Kami coba berbagai macam cara. Karena kalau ngomongin inflasi, kita lihat ketersediaan harga, pasokan, kelancaran distribusi, dan komunikasi. Itu berpengaruh terhadap inflasi. Sekarang inflasi (di Jawa Barat) sudah 0,41%, kami berharap inflasi Ramadhan tidak lebih dari 0,5%. Karena kalau di atas itu, sudah kategori merah," beber dia.
Diakui Doni, beberapa hal yang perlu diantisipasi untuk menekan kenaikan harga (inflasi) yaitu ketersediaan pasokan dan kelancaran distribusi. Walaupun, untuk ketersediaan pasokan, beberapa kota seperti Bandung, telah menyatakan kesiapannya. Tinggal bagaimana distribusi tidak terganggu sehingga suplai ke konsumen mencukupi.
Sementara itu, Ketua MUI Jabar, Rachmat Syafei, mengajak masyarakat menjadikan Ramadhan sebagai momen untuk menahan diri. Yaitu mencegah dan menahan diri dari hal yang dilarang dan punya pengaruh jelek. Misalnya belanja dan makan secukupnya.
"Saya imbau masyarakat dalam menggunakan harta dan belanja harus terukur dan tidak mubazir," kata dia singkat.
(ven)