Ratusan Triliun Rupiah Potensi Zakat di Indonesia Belum Tergarap
A
A
A
BANDUNG - Potensi zakat di Indonesia diperkirakan masih cukup besar, mencapai Rp217 trilliun. Sayangnya dari potensi sebesar itu, baru sekitar Rp8 triliun atau 4% yang telah digarap secara profesional.
CEO Rumah Zakat, Nur Efendi, mengatakan besarnya potensi zakat di Indonesia, melihat pada jumlah penduduk Indonesia yang mayoritas muslim. Bila semua potensi zakat itu bisa dikelola secara maksimal, akan membawa kesejahteraan bagi masyarakat.
"Tetapi memang tantangan lembaga zakat di Indonesia, salah satunya adalah trust (kepercayaan). Ini menjadi tantangan kami menjaga kepercayaan masyarakat," kata Nur Effendi di Kantor Rumah Zakat, Jalan Tetangga, Kota Bandung, Senin (6/5/2019).
Namun demikian, dia bersyukur jumlah donatur di Rumah Zakat setiap tahun trennya terus meningkat. Dia menyebut, jumlah donatur naik 3% di tahun 2018 lalu, menjadi sekitar 524.000 orang.
Dia berharap, jumlah donatur pada tahun ini bakal lebih baik dibandingkan tahun lalu. Berbagai edukasi terus dilakukan Rumah Zakat untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat. Termasuk menjaga kepercayaan publik.
Salah satunya, kata dia, menjaga laporan keuangan sesuai dengan ketentuan perundangan-undangan. Sehingga Rumah Zakat mendapatkan predikat laporan keuangan Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) 2018. Opini WTP 2018 menjadi yang ke-13 yang diraih lembaga pengelola zakat ini.
Sesuai dengan Undang-undang No 23/2011 tentang Pengelolaan Zakat, kata dia, semua lembaga amil zakat harus bersedia diaudit syariah dan keuangan.
"Alhamdulillah laporan keuangan Rumah Zakat tahun 2018 kembali mendapatkan opini WTP. Selain itu, Rumah Zakat sebagai Iembaga amil nasional mendapat akreditasi A pada audit syariah Kementerian Agama di tahun 2018, dengan nilai akreditasi 99,62 dan kepatuhan syariah 97,22,” tutur Nur Efendi.
Selama tahun 2018, Rumah Zakat telah menyalurkan ZIS dari para donatur ke 1.183 Desa Berdaya yang tersebar di seluruh Indonesia serta lima negara. Ada sebanyak 168.252 penerima manfaat yang telah mendapatkan Iayanan dari empat rumpun program Rumah Zakat, yaitu kesehatan, pendidikan, ekonomi, dan lingkungan.
CEO Rumah Zakat, Nur Efendi, mengatakan besarnya potensi zakat di Indonesia, melihat pada jumlah penduduk Indonesia yang mayoritas muslim. Bila semua potensi zakat itu bisa dikelola secara maksimal, akan membawa kesejahteraan bagi masyarakat.
"Tetapi memang tantangan lembaga zakat di Indonesia, salah satunya adalah trust (kepercayaan). Ini menjadi tantangan kami menjaga kepercayaan masyarakat," kata Nur Effendi di Kantor Rumah Zakat, Jalan Tetangga, Kota Bandung, Senin (6/5/2019).
Namun demikian, dia bersyukur jumlah donatur di Rumah Zakat setiap tahun trennya terus meningkat. Dia menyebut, jumlah donatur naik 3% di tahun 2018 lalu, menjadi sekitar 524.000 orang.
Dia berharap, jumlah donatur pada tahun ini bakal lebih baik dibandingkan tahun lalu. Berbagai edukasi terus dilakukan Rumah Zakat untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat. Termasuk menjaga kepercayaan publik.
Salah satunya, kata dia, menjaga laporan keuangan sesuai dengan ketentuan perundangan-undangan. Sehingga Rumah Zakat mendapatkan predikat laporan keuangan Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) 2018. Opini WTP 2018 menjadi yang ke-13 yang diraih lembaga pengelola zakat ini.
Sesuai dengan Undang-undang No 23/2011 tentang Pengelolaan Zakat, kata dia, semua lembaga amil zakat harus bersedia diaudit syariah dan keuangan.
"Alhamdulillah laporan keuangan Rumah Zakat tahun 2018 kembali mendapatkan opini WTP. Selain itu, Rumah Zakat sebagai Iembaga amil nasional mendapat akreditasi A pada audit syariah Kementerian Agama di tahun 2018, dengan nilai akreditasi 99,62 dan kepatuhan syariah 97,22,” tutur Nur Efendi.
Selama tahun 2018, Rumah Zakat telah menyalurkan ZIS dari para donatur ke 1.183 Desa Berdaya yang tersebar di seluruh Indonesia serta lima negara. Ada sebanyak 168.252 penerima manfaat yang telah mendapatkan Iayanan dari empat rumpun program Rumah Zakat, yaitu kesehatan, pendidikan, ekonomi, dan lingkungan.
(ven)