Kemenhub Antisipasi Kemacetan di Gerbang Tol Trans-Jawa
A
A
A
JAKARTA - Kementerian Perhubungan (Kemenhub) berupaya keras memastikan kelancaran arus lalu lintas yang melewati tol Trans-Jawa.
Salah satunya dengan mengamankan beberapa titik yang diprediksi menjadi biang kemacetan. Antisipasi perlu dilakukan karena jumlah pemudik yang melewati jalur darat akan meningkat drastis pada mudik Lebaran 2019 ini.
Berdasar data Kemenhub, jumlah kendaraan pribadi diperkirakan mencapai 10,61 juta atau naik 13% bila dibandingkan dengan Lebaran 2018. Sementara itu penumpang bus dari Jakarta diprediksi naik sebesar 25%.
Direktur Jenderal (Dirjen) Perhubungan Darat (Dirhubrat) Kemenhub Budi Setyadi menyebut, beberapa titik dimaksud adalah sejumlah gerbang tol (GT). Gerbang tol tersebut antara lain GT Ciperna di Cirebon, GT Pejagan Brebes, GT Kalikangkung Semarang, GT Tingkir di Salatiga.
Di Tingkir, misalnya, potensi kemacetan terjadi karena jalur keluar tol langsung bertemu dengan jalan kabupaten. Jalan tersebut juga menghubungkan arah Yogyakarta, Magelang, dan Yogyakarta-Purworejo.
Selain di gerbang tol di Jawa Barat dan Jawa Tengah, Kemenhub juga mengantisipasi kemacetan di sejumlah gerbang tol di Jawa Timur seperti di Nganjuk, Jombang, dan Malang.
“Kita rapat dengan korlantas intens sekali. Saat ini saya di Malang untuk melihat beberapa spot yang berpotensi jadi hambatan. Kita cari jalan keluarnya bersama-sama,” ujar Budi kemarin.
Lantas langkah apa yang diambil untuk mengurangi kemacetan? Salah satunya dilakukan dengan menutup perlintasan di sekitar keluar gerbang tol seperti GT Tingkir.
Budi mengaku pihaknya telah meminta kepada Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Salatiga dan pihak kepolisian untuk menutup sementara perlintasan jalan kampung di kawasan pintu keluar tol Tingkir, Salatiga, selama arus mudik lebaran nanti.
“Exit toll yang langsung mengarah ke jalan kabupaten/kota seperti di exit toll Tingkir ini diprediksi bakal terjadi kepadatan arus lalu lintas. Karena itu saya minta pihak-pihak terkait agar menutup sementara jalan-jalan perkampungan yang tidak terlalu penting agar potensi kemacetan berkurang,” kata Budi Setiyadi saat melakukan inspeksi mendadak di Terminal Tipe Tingkir, Salatiga, kemarin.
Menurut dia, di kawasan pintu keluar GT Tingkir berpotensi terjadi kemacetan saat arus mudik Lebaran karena kondisi jalan sempit dan terdapat banyak perlintasan menuju perkampungan.
Ini harus diantisipasi agar potensi kemacetan bisa dikurangi. “Selain menutup sementara perlintasan menuju perkampungan, juga perlu dilakukan buka tutup jalur di exit toll hingga pertigaan Terminal Tingkir apabila terjadi kepadatan menyesuaikan dengan situasi di lapangan,” ujarnya.
Dia memperkirakan, saat arus mudik nanti banyak pemudik yang keluar dari jalan tol Semarang-Solo menuju Salatiga, Magelang, dan Boyolali melalui pintu keluar GT Tingkir.
Karena itu dibutuhkan penanganan khusus guna mengantisipasi terjadinya penumpukan kendaraan di ruas tol dan kemacetan di exit toll hingga jalan kabupaten/kota. Exit tol l yang langsung mengarah ke jalan kabupaten/kota seperti di pintu keluar GT Tingkir menjadi pantauan khusus.
“Saya melakukan pemantauan untuk memastikan kesiapan beberapa daerah kabupaten/kota yang diprediksi bakal terjadi kepadatan arus lalu lintas saat masa mudik Lebaran nanti, satu di antaranya Salatiga,” terangnya.
Sementara itu Kasatlantas Polres Salatiga AKP Marlin Supu Payu menyatakan pihaknya sudah menyiapkan skema rekayasa arus lalu lintas untuk mengantisipasi kemacetan di kawasan GT Tingkir pada saat arus mudik dan balik Lebaran nanti.
Langkah yang akan dilakukan antara lain menerapkan system buka tutup jalur dan menutup beberapa ruas jalan perlintasan perkampungan.
“Jalan perlintasan perkampungan yang akan ditutup sementara pada saat arus mudik Lebaran nanti antara lain jalan alternatif Tingkir, Salatiga menuju Suruh, Kabupaten Semarang.
Kami segera melakukan sosialisasi kepada masyarakat mengenai penutupan sementara jalur tersebut. Kami juga akan memasang rambu petunjuk arah,” tandasnya.
Selain mengamankan exit toll, upaya memperlancar arus lalu lintas di jalur tol juga dilakukan dengan menambah kapasitas di gerbang-gerbang tol. Corporate Communication and Community Development Group Head Jasa Marga, Dwimawan Heru Santoso, mencontohkan pihak Jasa Marga telah memindahkan GT Cikarang Utama (Cikarut) ke GT Cikampek Utama.
“Itu dilakukan untuk menambah kapasitas Cikampek Utama yang sudah padat. Lalu kita antisipasi juga di GT Kalikangkung Semarang, termasuk di Banyumanik Semarang. Lalu juga GT Warugunung Surabaya- Mojokerjto dan juga Kejapanan itu kita tambah,” jelasnya.
Kawasan rest area juga menjadi perhatian karena turut pula menjadi biang kemacetan. Sebagai informasi, di jalur tol trans-Jawa setidaknya terdapat 65 rest area yang dikelola. Salah satu yang diatur adalah arus keluar masuk rest area.
“Rest area ada yang statusnya operasional dan ada pula fungsional. Kita coba meningkatkan kapasitasnya. Mulai dari tambahan musala sampai toilet portable.Jika tidak ada SPBU, kita akan misalnya sediakan SPBU modular. Jasa Marga sudah bekerja sama dengan Pertamina,” sebutnya.
Manfaatkan Diskon Tarif Tol
Kemenhub meminta masyarakat memanfaatkan diskon tarif tol agar dapat mengurangi kepadatan puncak arus mudik mendatang. Berdasar perhitungan Kemenhub, jika diskon tarif tol benar-benar digunakan masyarakat, paling tidak akan mengurangi 15% kepadatan saat puncak arus mudik.
Seperti diketahui, Asosiasi Jalan Tol Indonesia (ATI) menetapkan diskon tarif sebesar 15% pada periode arus mudik 27-29 Mei 2019. Adapun arus mudik diprediksi terjadi pada tanggal 1 sampai 2 Juni mendatang.
“Kalau menurut saya karena dilakukan sebelum puncak arus mudik maupun balik akan sangat efektif mengurangi volume kendaraan di jalan yang kapasitasnya mungkin masih ada hambatan. Ini menarik orang untuk pulang sebelum puncak arus mudik ataupun balik,” kata Dirjen Dirhubrat Kemenhub Budi Setyadi.
Budi mengakui periode diskon tol ditetapkan sebelum libur resmi. Dia berharap agar masyarakat dapat mengambil cuti tahunan untuk memanfaatkan diskon tersebut sehingga diskon itu benar-benar secara efektif mengurangi kepadatan arus mudik.
“Saya kira harapan saya banyak masyarakat mengambil cuti. Walaupun secara libur resmi belum berlaku, tapi sudah banyak yang cuti. Kalau itu diberlakukan ya sekitar 10- 15% bisa mengurangi arus puncak mudik,” ungkapnya. (Dita Angga/Angga Rosa)
Salah satunya dengan mengamankan beberapa titik yang diprediksi menjadi biang kemacetan. Antisipasi perlu dilakukan karena jumlah pemudik yang melewati jalur darat akan meningkat drastis pada mudik Lebaran 2019 ini.
Berdasar data Kemenhub, jumlah kendaraan pribadi diperkirakan mencapai 10,61 juta atau naik 13% bila dibandingkan dengan Lebaran 2018. Sementara itu penumpang bus dari Jakarta diprediksi naik sebesar 25%.
Direktur Jenderal (Dirjen) Perhubungan Darat (Dirhubrat) Kemenhub Budi Setyadi menyebut, beberapa titik dimaksud adalah sejumlah gerbang tol (GT). Gerbang tol tersebut antara lain GT Ciperna di Cirebon, GT Pejagan Brebes, GT Kalikangkung Semarang, GT Tingkir di Salatiga.
Di Tingkir, misalnya, potensi kemacetan terjadi karena jalur keluar tol langsung bertemu dengan jalan kabupaten. Jalan tersebut juga menghubungkan arah Yogyakarta, Magelang, dan Yogyakarta-Purworejo.
Selain di gerbang tol di Jawa Barat dan Jawa Tengah, Kemenhub juga mengantisipasi kemacetan di sejumlah gerbang tol di Jawa Timur seperti di Nganjuk, Jombang, dan Malang.
“Kita rapat dengan korlantas intens sekali. Saat ini saya di Malang untuk melihat beberapa spot yang berpotensi jadi hambatan. Kita cari jalan keluarnya bersama-sama,” ujar Budi kemarin.
Lantas langkah apa yang diambil untuk mengurangi kemacetan? Salah satunya dilakukan dengan menutup perlintasan di sekitar keluar gerbang tol seperti GT Tingkir.
Budi mengaku pihaknya telah meminta kepada Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Salatiga dan pihak kepolisian untuk menutup sementara perlintasan jalan kampung di kawasan pintu keluar tol Tingkir, Salatiga, selama arus mudik lebaran nanti.
“Exit toll yang langsung mengarah ke jalan kabupaten/kota seperti di exit toll Tingkir ini diprediksi bakal terjadi kepadatan arus lalu lintas. Karena itu saya minta pihak-pihak terkait agar menutup sementara jalan-jalan perkampungan yang tidak terlalu penting agar potensi kemacetan berkurang,” kata Budi Setiyadi saat melakukan inspeksi mendadak di Terminal Tipe Tingkir, Salatiga, kemarin.
Menurut dia, di kawasan pintu keluar GT Tingkir berpotensi terjadi kemacetan saat arus mudik Lebaran karena kondisi jalan sempit dan terdapat banyak perlintasan menuju perkampungan.
Ini harus diantisipasi agar potensi kemacetan bisa dikurangi. “Selain menutup sementara perlintasan menuju perkampungan, juga perlu dilakukan buka tutup jalur di exit toll hingga pertigaan Terminal Tingkir apabila terjadi kepadatan menyesuaikan dengan situasi di lapangan,” ujarnya.
Dia memperkirakan, saat arus mudik nanti banyak pemudik yang keluar dari jalan tol Semarang-Solo menuju Salatiga, Magelang, dan Boyolali melalui pintu keluar GT Tingkir.
Karena itu dibutuhkan penanganan khusus guna mengantisipasi terjadinya penumpukan kendaraan di ruas tol dan kemacetan di exit toll hingga jalan kabupaten/kota. Exit tol l yang langsung mengarah ke jalan kabupaten/kota seperti di pintu keluar GT Tingkir menjadi pantauan khusus.
“Saya melakukan pemantauan untuk memastikan kesiapan beberapa daerah kabupaten/kota yang diprediksi bakal terjadi kepadatan arus lalu lintas saat masa mudik Lebaran nanti, satu di antaranya Salatiga,” terangnya.
Sementara itu Kasatlantas Polres Salatiga AKP Marlin Supu Payu menyatakan pihaknya sudah menyiapkan skema rekayasa arus lalu lintas untuk mengantisipasi kemacetan di kawasan GT Tingkir pada saat arus mudik dan balik Lebaran nanti.
Langkah yang akan dilakukan antara lain menerapkan system buka tutup jalur dan menutup beberapa ruas jalan perlintasan perkampungan.
“Jalan perlintasan perkampungan yang akan ditutup sementara pada saat arus mudik Lebaran nanti antara lain jalan alternatif Tingkir, Salatiga menuju Suruh, Kabupaten Semarang.
Kami segera melakukan sosialisasi kepada masyarakat mengenai penutupan sementara jalur tersebut. Kami juga akan memasang rambu petunjuk arah,” tandasnya.
Selain mengamankan exit toll, upaya memperlancar arus lalu lintas di jalur tol juga dilakukan dengan menambah kapasitas di gerbang-gerbang tol. Corporate Communication and Community Development Group Head Jasa Marga, Dwimawan Heru Santoso, mencontohkan pihak Jasa Marga telah memindahkan GT Cikarang Utama (Cikarut) ke GT Cikampek Utama.
“Itu dilakukan untuk menambah kapasitas Cikampek Utama yang sudah padat. Lalu kita antisipasi juga di GT Kalikangkung Semarang, termasuk di Banyumanik Semarang. Lalu juga GT Warugunung Surabaya- Mojokerjto dan juga Kejapanan itu kita tambah,” jelasnya.
Kawasan rest area juga menjadi perhatian karena turut pula menjadi biang kemacetan. Sebagai informasi, di jalur tol trans-Jawa setidaknya terdapat 65 rest area yang dikelola. Salah satu yang diatur adalah arus keluar masuk rest area.
“Rest area ada yang statusnya operasional dan ada pula fungsional. Kita coba meningkatkan kapasitasnya. Mulai dari tambahan musala sampai toilet portable.Jika tidak ada SPBU, kita akan misalnya sediakan SPBU modular. Jasa Marga sudah bekerja sama dengan Pertamina,” sebutnya.
Manfaatkan Diskon Tarif Tol
Kemenhub meminta masyarakat memanfaatkan diskon tarif tol agar dapat mengurangi kepadatan puncak arus mudik mendatang. Berdasar perhitungan Kemenhub, jika diskon tarif tol benar-benar digunakan masyarakat, paling tidak akan mengurangi 15% kepadatan saat puncak arus mudik.
Seperti diketahui, Asosiasi Jalan Tol Indonesia (ATI) menetapkan diskon tarif sebesar 15% pada periode arus mudik 27-29 Mei 2019. Adapun arus mudik diprediksi terjadi pada tanggal 1 sampai 2 Juni mendatang.
“Kalau menurut saya karena dilakukan sebelum puncak arus mudik maupun balik akan sangat efektif mengurangi volume kendaraan di jalan yang kapasitasnya mungkin masih ada hambatan. Ini menarik orang untuk pulang sebelum puncak arus mudik ataupun balik,” kata Dirjen Dirhubrat Kemenhub Budi Setyadi.
Budi mengakui periode diskon tol ditetapkan sebelum libur resmi. Dia berharap agar masyarakat dapat mengambil cuti tahunan untuk memanfaatkan diskon tersebut sehingga diskon itu benar-benar secara efektif mengurangi kepadatan arus mudik.
“Saya kira harapan saya banyak masyarakat mengambil cuti. Walaupun secara libur resmi belum berlaku, tapi sudah banyak yang cuti. Kalau itu diberlakukan ya sekitar 10- 15% bisa mengurangi arus puncak mudik,” ungkapnya. (Dita Angga/Angga Rosa)
(nfl)