25 Emiten Baru Siap Listing di BEI
A
A
A
JAKARTA - Bursa Efek Indonesia (BEI) optimistis akan ada tambahan 38 emiten baru tahun 2019 ini. Setidaknya dari 38 perusahaan tersebut, sebanyak 13 emiten sudah listing dan 25 masih dalam proses. Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna Setya mengatakan, pihaknya meyakini 25 calon emiten tersebut akan melantai di bursa pada semester dua tahun ini.
Sebab dokumen yang disampaikan pada otoritas bursa sudah lengkap. “Kita yakin 25 perusahaan ini masuk semua. Do kumen yang masuk sudah cukup lengkap. Ada beberapa dokumen sedang diperbaiki dan sudah diperbaiki,” ujar Nyoman di Jakarta, kemarin.
Dia mengatakan, pihaknya terus berupaya mendorong agar lebih banyak calon emiten baru mencari pendanaan di pasar modal. Kondisi indeks harga saham gabungan (IHSG) yang sedang meningkat merupakan momentum yang tepat bagi calon emiten untuk melantai.
“Karena kondisi pasar saat ini sedang mendukung,” katanya. Menurutnya, tahun politik tidak memberikan dampak negatif pada rencana calon emiten untuk melantai. Baginya, bila perusahaan belum melengkapi dokumen-dokumen, maka ada tim penilai menyampaikan informasi yang dibutuhkan.
“Ada beberapa dokumen yang belum masuk. Kami tunggu dukungan dari underwriter dan entrepreneur untuk menyampaikan dokumen. Ini sebenarnya kami pantau. Jumlah yang saya sampaikan adalah dokumen perusahaan yang sudah masuk dan dievaluasi, jadi sudah pasti,” katanya.
Seperti diketahui, Bursa Efek Indonesia (BEI) memasang target pencatatan saham 75 emiten baru hingga akhir tahun. Emiten terbaru adalah PT Hotel Fitra International Tbk (FITT) resmi melantai.
Perusahaan yang mempunyai hotel di Majalengka, Jawa Barat, ini menjadi emiten ke-13 yang go public tahun ini. Pada pencatatan perdana ini, saham Fitra Hotel naik 69,61% ke level Rp173. Hal ini membuat harga sahamnya menyentuh batas auto reject atas (ARA) sehingga transaksi perdagangan dihentikan.
Direktur Utama Fitra Hotel, Joni Rizal mengatakan, perseroan menawarkan saham perdana 220 juta lembar. Jumlah tersebut setara 36,67% dari modal disetor perusahaan. Harga IPO saham ini Rp102 per lembar naik dari nilai nominal Rp100 setelah mengalami kelebihan permintaan (oversubscriber).
“Dengan mempertimbangkan hasil bookbuilding yang telah dilakukan oleh penjamin emisi, dengan melakukan kegiatan penjajakan kepada para investor, maka ditetapkan harga penawaran Rp102 per saham,” ujar Rizal.
Rizal menjelaskan, pihaknya menghimpun dana segar dari para investor sebanyak Rp22,40 miliar setelah melepas saham. Dana IPO itu rencananya 49% digunakan untuk membeli tanah seluas 2.320 meter melalui anak usaha, PT Bumi Majalengka Permai.
Di atas tanah itu akan dibangun Convention Hall pada Juli 2019 dan ditargetkan beroperasi empat bulan sesudahnya. Rizal menambahkan, dana pembangunan Convention Hall ini menggunakan 30% dari dana IPO.
Sisanya sekitar 21% digunakan sebagai modal kerja. Selain menawarkan saham perdana, Hotel Fitra juga menerbitkan 132 juta Waran Seri I atau 34,73% dari jumlah saham. (Hafid Fuad)
Sebab dokumen yang disampaikan pada otoritas bursa sudah lengkap. “Kita yakin 25 perusahaan ini masuk semua. Do kumen yang masuk sudah cukup lengkap. Ada beberapa dokumen sedang diperbaiki dan sudah diperbaiki,” ujar Nyoman di Jakarta, kemarin.
Dia mengatakan, pihaknya terus berupaya mendorong agar lebih banyak calon emiten baru mencari pendanaan di pasar modal. Kondisi indeks harga saham gabungan (IHSG) yang sedang meningkat merupakan momentum yang tepat bagi calon emiten untuk melantai.
“Karena kondisi pasar saat ini sedang mendukung,” katanya. Menurutnya, tahun politik tidak memberikan dampak negatif pada rencana calon emiten untuk melantai. Baginya, bila perusahaan belum melengkapi dokumen-dokumen, maka ada tim penilai menyampaikan informasi yang dibutuhkan.
“Ada beberapa dokumen yang belum masuk. Kami tunggu dukungan dari underwriter dan entrepreneur untuk menyampaikan dokumen. Ini sebenarnya kami pantau. Jumlah yang saya sampaikan adalah dokumen perusahaan yang sudah masuk dan dievaluasi, jadi sudah pasti,” katanya.
Seperti diketahui, Bursa Efek Indonesia (BEI) memasang target pencatatan saham 75 emiten baru hingga akhir tahun. Emiten terbaru adalah PT Hotel Fitra International Tbk (FITT) resmi melantai.
Perusahaan yang mempunyai hotel di Majalengka, Jawa Barat, ini menjadi emiten ke-13 yang go public tahun ini. Pada pencatatan perdana ini, saham Fitra Hotel naik 69,61% ke level Rp173. Hal ini membuat harga sahamnya menyentuh batas auto reject atas (ARA) sehingga transaksi perdagangan dihentikan.
Direktur Utama Fitra Hotel, Joni Rizal mengatakan, perseroan menawarkan saham perdana 220 juta lembar. Jumlah tersebut setara 36,67% dari modal disetor perusahaan. Harga IPO saham ini Rp102 per lembar naik dari nilai nominal Rp100 setelah mengalami kelebihan permintaan (oversubscriber).
“Dengan mempertimbangkan hasil bookbuilding yang telah dilakukan oleh penjamin emisi, dengan melakukan kegiatan penjajakan kepada para investor, maka ditetapkan harga penawaran Rp102 per saham,” ujar Rizal.
Rizal menjelaskan, pihaknya menghimpun dana segar dari para investor sebanyak Rp22,40 miliar setelah melepas saham. Dana IPO itu rencananya 49% digunakan untuk membeli tanah seluas 2.320 meter melalui anak usaha, PT Bumi Majalengka Permai.
Di atas tanah itu akan dibangun Convention Hall pada Juli 2019 dan ditargetkan beroperasi empat bulan sesudahnya. Rizal menambahkan, dana pembangunan Convention Hall ini menggunakan 30% dari dana IPO.
Sisanya sekitar 21% digunakan sebagai modal kerja. Selain menawarkan saham perdana, Hotel Fitra juga menerbitkan 132 juta Waran Seri I atau 34,73% dari jumlah saham. (Hafid Fuad)
(nfl)