Sektor Pelabuhan Indonesia Mulai Bisa Bersaing dengan Singapura

Selasa, 25 Juni 2019 - 21:28 WIB
Sektor Pelabuhan Indonesia...
Sektor Pelabuhan Indonesia Mulai Bisa Bersaing dengan Singapura
A A A
JAKARTA - Pemerintah pusat telah melakukan pembangunan infrastruktur secara masif. Salah satunya menyasar pelabuhan sehingga sekarang sudah bisa bersaing dengan Singapura.

Kebijakan itu patut diapresiasi. “Selain aspek kuantitas dengan terus membangun dan memperbaiki infrastruktur pelabuhan, pemerintah juga berhasil meningkatkan kualitas sistem kerja dan pelayanan pelabuhan yang sangat berpengaruh terhadap upaya menekan high cost economy. Ini berpengaruh terhadap daya saing pengusaha nasional,” kata calon Ketua Umum BPP Hipmi, Mardani H Maming, Selasa (25/6/2019).

Mardani mencontohkan waktu tunggu atau dweling time di pelabuhan yang sudah tidak bermasalah lagi. "Dulu, waktu tunggu di pelabuhan bisa mencapai 15 hari, sekarang paling lama hanya tiga hari. Dweling time selama tiga hari bisa menurunkan high cost economy dan meningkatkan daya saing pengusaha. Namun ke depan kita harus dapat mempercepat waktu dweling time menjadi 1 atau 2 kali 24 jam sehingga pelan-pelan tapi pasti kita bisa menyamai Singapura," kata pengusaha muda asal Kalimantan Selatan tersebut.

Pengusaha yang juga terjun di bisnis kepelabuhan ini menilai, pembangunan sektor pelabuhan yang giat dilaksanakan pemerintah saat ini sangat strategis bagi pembangunan ekonomi Indonesia. “Dengan terus dibangunnya pelabuhan baru dan diperbaikinya kualitas pelabuhan-pelabuhan tua, ini akan strategis bagi upaya Indonesia untuk mengatasi biaya logistik yang selama ini masih sangat tinggi," ujarnya.

Sebagai negara maritim, lanjut Mardani, sudah sepantasnya Indonesia menjadi pusat pengiriman dan poros perdagangan maritim dunia yang mampu menantang dominasi Singapura. Upaya mengalahkan dominasi Singapura tersebut sudah mulai terlihat.

Seperti diketahui, PT Pelabuhan Indonesia atau Pelindo II (Persero) mulai tahun lalu melaksanakan cargo consolidation. Di mana menjadikan Pelabuhan Tanjung Priok mejadi tempat konsolidasi kargo ekspor dan impor dari dan ke wilayah Indonesia.

Jika sebelumnya importir atau eksportir Indonesia ke Eropa atau Amerika Serikat dan beberapa negara Asia lainnya harus mampir dulu ke Singapura untuk singgah yang kemudian berganti kapal besar. Sekarang sudah bisa di Pelabuhan Tanjung Priok saja.

"Ini sebuah langkah maju bagi dunia pelabuhan kita. Ke depan kita berharap jumlah konteiner yang dilayani di Pelabuhan Tanjung Priok juga terus meningkat minimal 800 ton," kata Mardani sambil berharap agar pemerintah dapat membentuk Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) khusus di pelabuhan sehingga di sana semua pelayanan perizinan dokumen dari berbagai kementerian dapat satu pintu dan pengurusannya selesai dengan cepat dan tepat.

Selain Tanjung Priok, Indonesia juga perlu memperluas titik titik layanan kapal cargo berorientasi ekspor, terutama di wilayah Indonesia Timur seperti Kalimantan, Sulawesi, Maluku dan Papua. "Dengan meratanya sistem pelayanan pelabuhan yang baik, maka komoditas ekspor di wilayah Indonesia Timur akan lebih optimal terkirim dengan waktu relatif pendek dan biaya yang lebih murah," pungkas Mardani.Calon Ketua Umum BPP Hipmi, Mardani H Maming saat berdiskusi tentang kondisi perekonomian Indonesia dalam sebuah diskusi di Jakarta. Foto/ist

Sektor Pelabuhan Indonesia Mulai Bisa Bersaing dengan Singapura

JAKARTA – Pemerintah pusat telah melakukan pembangunan infrastruktur secara masif. Salah satunya menyasar pelabuhan sehingga sekarang sudah bisa bersaing dengan Singapura.



Kebijakan itu patut diapresiasi. “Selain aspek kuantitas dengan terus membangun dan memperbaiki infrastruktur pelabuhan, pemerintah juga berhasil meningkatkan kualitas sistem kerja dan pelayanan pelabuhan yang sangat berpengaruh terhadap upaya menekan high cost economy. Ini berpengaruh terhadap daya saing pengusaha nasional,” kata calon Ketua Umum BPP Hipmi, Mardani H Maming, Selasa (25/6/2019).



Mardani mencontohkan waktu tunggu atau dweling time di pelabuhan yang sudah tidak bermasalah lagi. "Dulu, waktu tunggu di pelabuhan bisa mencapai 15 hari, sekarang paling lama hanya tiga hari. Dweling time selama tiga hari bisa menurunkan high cost economy dan meningkatkan daya saing pengusaha. Namun ke depan kita harus dapat mempercepat waktu dweling time menjadi 1 atau 2 kali 24 jam sehingga pelan-pelan tapi pasti kita bisa menyamai Singapura," kata pengusaha muda asal Kalimantan Selatan tersebut.



Pengusaha yang juga terjun di bisnis kepelabuhan ini menilai, pembangunan sektor pelabuhan yang giat dilaksanakan pemerintah saat ini sangat strategis bagi pembangunan ekonomi Indonesia. “Dengan terus dibangunnya pelabuhan baru dan diperbaikinya kualitas pelabuhan-pelabuhan tua, ini akan strategis bagi upaya Indonesia untuk mengatasi biaya logistik yang selama ini masih sangat tinggi," ujarnya.



Sebagai negara maritim, lanjut Mardani, sudah sepantasnya Indonesiamenjadi pusat pengiriman dan poros perdagangan maritim dunia yang mampu menantang dominasi Singapura. Upaya mengalahkan dominasi Singapura tersebut sudah mulai terlihat.



Seperti diketahui, PT Pelabuhan Indonesia atau Pelindo II (Persero) mulai tahun lalu melaksanakan cargo consolidation. Di mana menjadikan Pelabuhan Tanjung Priok mejadi tempat konsolidasi kargo ekspor dan impor dari dan ke wilayah Indonesia.



Jika sebelumnya importir atau eksportir Indonesia ke Eropa atau Amerika Serikat dan beberapa negara Asia lainnya harus mampir dulu ke Singapura untuk singgah yang kemudian berganti kapal besar. Sekarang sudah bisa di Pelabuhan Tanjung Priok saja.



"Ini sebuah langkah maju bagi dunia pelabuhan kita. Ke depan kita berharap jumlah konteiner yang dilayani di Pelabuhan Tanjung Priok juga terus meningkat minimal 800 ton," kata Mardani sambil berharap agar pemerintah dapat membentuk Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) khusus di pelabuhan sehingga di sana semua pelayanan perizinan dokumen dari berbagai kementerian dapat satu pintu dan pengurusannya selesai dengan cepat dan tepat.



Selain Tanjung Priok, Indonesia juga perlu memperluas titik titik layanan kapal cargo berorientasi ekspor, terutama di wilayah Indonesia Timur seperti Kalimantan, Sulawesi, Maluku dan Papua. "Dengan meratanya sistem pelayanan pelabuhan yang baik, maka komoditas ekspor di wilayah Indonesia Timur akan lebih optimal terkirim dengan waktu relatif pendek dan biaya yang lebih murah," pungkas Mardani.
(fjo)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0989 seconds (0.1#10.140)