Bangun Infrastruktur Kelistrikan, PLN Cari Pinjaman USD2 M
A
A
A
JAKARTA - PT PLN (Persero) berencana mencari pendanaan hingga USD2 miliar (sekitar Rp28 triliun) pada tahun ini. Dana tersebut rencananya digunakan untuk membiayai proyek-proyek infrastruktur kelistrikan.
Direktur Keuangan PLN Sarwono Sudarto mengatakan, dalam satu tahun PLN membutuhkan dana Rp80 triliun sampai Rp90 triliun untuk membiayai proyek infrastruktur kelistrikan. Kemampuan keuangan perusahaan untuk membiayai proyek hanya 40%. Oleh karena itu, sisa pendanaannya akan diperoleh melalui utang.
"Dulu saya katakan investasi kita setiap tahun antara Rp80 triliun hingga Rp90 triliun. Sekarang baru 40%. Sisanya nanti cukup banyak utang juga," kata Sarwono, di Jakarta, Jumat (28/6/2019).
Sarwono mengungkapkan, PLN akan mencari pinjaman pada kuartal III atau IV tahun ini seiring jatuh tempo tagihan biaya proyek infrastruktur kelistrikan. Pada tahun ini, rencananya perusahaan akan menghimpun dana dari utang sebesar USD1 miliar sampai USD2 miliar.
"Tahun ini kita akan tambah lagi mungkin, karena mulai bayar banyak, bayar-bayar investasi," paparnya.
Sumber utang PLN didapat dari berbagai instrumen, diantaranya penerbitan global bond dan pinjaman ke bank lokal atau internasional. Namun dia belum bisa menyebutkan secara terinci, karena masih melihat kondisi pasar. "Jadi pilihannya selalu saya katakan tergantung dari situasi pasar. Kalau pasarnya bagus di pinjaman ya pinjaman," tandasnya.
Sementara itu, Pelaksana tugas Direktur Utama PLN Djoko Abumanan mengatakan bahwa PLN telah menambah utang sebesar Rp160,7 triliun sejak Desember 2015 hingga Maret 2019. Uang tersebut digunakan untuk mendanai proyek infrastruktur kelistrikan.
Pihaknya menjelaskan, investasi dari Desember 2015 hingga Maret 2019 sebesar Rp334,7 triliun. Porsi pendanaan yang berasal dari kas internal PLN mencapai Rp174 triliun, sedangkan sisanya diperoleh dari utang. "Demikian own share (pendanaan sendiri) investasi sebesar 52%," kata Djoko.
Djoko menambahkan, dalam kurun waktu akhir Desember 2015-Maret 2019, secara akumulatif penambahan pinjaman PLN sebesar Rp160,7 triliun. Utang tersebut terdiri dari 2015 sebesar Rp18,7 triliun, 2016 sebesar Rp22,4 triliun, 2017 sebesar Rp42,5 triliun, 2018 sebesar Rp70,3 triliun dan Maret 2019 sebesar Rp6,9 triliun. Sedangkan total utang perusahaan per akhir kuartal I/2019 mencapai Rp394,18 triliun meningkat dibandingkan sepanjang 2018 sebesar Rp387,44 triliun.
Menurut Djoko, penambahan utang selama tiga tahun, tiga bulan tersebut jauh lebih rendah, dibandingkan tambahan penyerapan investasi sebesar Rp334,7 triliun. "Hal ini menunjukkan bahwa keuangan PLN sehat karena dapat menggunakan dana internal," tuturnya.
Direktur Keuangan PLN Sarwono Sudarto mengatakan, dalam satu tahun PLN membutuhkan dana Rp80 triliun sampai Rp90 triliun untuk membiayai proyek infrastruktur kelistrikan. Kemampuan keuangan perusahaan untuk membiayai proyek hanya 40%. Oleh karena itu, sisa pendanaannya akan diperoleh melalui utang.
"Dulu saya katakan investasi kita setiap tahun antara Rp80 triliun hingga Rp90 triliun. Sekarang baru 40%. Sisanya nanti cukup banyak utang juga," kata Sarwono, di Jakarta, Jumat (28/6/2019).
Sarwono mengungkapkan, PLN akan mencari pinjaman pada kuartal III atau IV tahun ini seiring jatuh tempo tagihan biaya proyek infrastruktur kelistrikan. Pada tahun ini, rencananya perusahaan akan menghimpun dana dari utang sebesar USD1 miliar sampai USD2 miliar.
"Tahun ini kita akan tambah lagi mungkin, karena mulai bayar banyak, bayar-bayar investasi," paparnya.
Sumber utang PLN didapat dari berbagai instrumen, diantaranya penerbitan global bond dan pinjaman ke bank lokal atau internasional. Namun dia belum bisa menyebutkan secara terinci, karena masih melihat kondisi pasar. "Jadi pilihannya selalu saya katakan tergantung dari situasi pasar. Kalau pasarnya bagus di pinjaman ya pinjaman," tandasnya.
Sementara itu, Pelaksana tugas Direktur Utama PLN Djoko Abumanan mengatakan bahwa PLN telah menambah utang sebesar Rp160,7 triliun sejak Desember 2015 hingga Maret 2019. Uang tersebut digunakan untuk mendanai proyek infrastruktur kelistrikan.
Pihaknya menjelaskan, investasi dari Desember 2015 hingga Maret 2019 sebesar Rp334,7 triliun. Porsi pendanaan yang berasal dari kas internal PLN mencapai Rp174 triliun, sedangkan sisanya diperoleh dari utang. "Demikian own share (pendanaan sendiri) investasi sebesar 52%," kata Djoko.
Djoko menambahkan, dalam kurun waktu akhir Desember 2015-Maret 2019, secara akumulatif penambahan pinjaman PLN sebesar Rp160,7 triliun. Utang tersebut terdiri dari 2015 sebesar Rp18,7 triliun, 2016 sebesar Rp22,4 triliun, 2017 sebesar Rp42,5 triliun, 2018 sebesar Rp70,3 triliun dan Maret 2019 sebesar Rp6,9 triliun. Sedangkan total utang perusahaan per akhir kuartal I/2019 mencapai Rp394,18 triliun meningkat dibandingkan sepanjang 2018 sebesar Rp387,44 triliun.
Menurut Djoko, penambahan utang selama tiga tahun, tiga bulan tersebut jauh lebih rendah, dibandingkan tambahan penyerapan investasi sebesar Rp334,7 triliun. "Hal ini menunjukkan bahwa keuangan PLN sehat karena dapat menggunakan dana internal," tuturnya.
(fjo)