IFRA 2019 Targetkan Transaksi Mencapai Rp800 Miliar
A
A
A
JAKARTA - International Franchise, License & Business Concept Expo & Conference atau IFRA kembali digelar untuk yang ke-17. Acara yang diinisiasi oleh Asosiasi Franchise Indonesia (AFI) tersebut berlangsung pada 5-7 Juli 2019 di Jakarta Convention Center (JCC).
Presiden Direktur Dyandra Promosindo Hendra Noor Saleh mengatakan, acara tahun ini menargetkan pengunjung yang datang sebanyak 17.500 orang dengan transaksi setidaknya bisa mencapai Rp800 miliar. Target tersebut naik signifikan dibandingkan transaksi pada tahun lalu mencapai Rp675 miliar.
"Transaksi yang bisa terjadi kami yakin bisa mencapai Rp1 Triliun. Ini signifikan karena sekarang era milenial semua ingin bisnis dengan cepat," ujar Hendra di Jakarta Convention Center, Jumat (5/7/2019).
Dia mengaku pasar Indonesia sangat potensial sehingga pemain asing juga datang membawa brand untuk ditawarkan. Misalnya, dari Filipina membawa 20 brand karena optimistis dengan pasar Indonesia. Pendatang baru tahun ini yang buka stand datang dari sektor Migas yaitu Exxonmobil, BP-AKR Retail, dan Shell. Pendatang baru juga datang dari industri supporting system.
"Industri makanan minuman masih yang terbesar. Salah satu yang menarik karena isu makanan sehat sehingga dengan menggunakan franchise semua bisa terjawab mulai dari bahan baku hingga kemasannya," ujarnya.
Sekretaris Jenderal Kemendag Karyanto Suprih dalam sambutannya mengatakan pertumbuhan waralaba di tahun 2019 sejalan dengan prediksi momentum pertumbuhan ekonomi nasional yang diproyeksikan tumbuh mencapai 5,3%. Pada kuartal pertama pertumbuhan ekonomi nasional tumbuh tipis secara year on year. Dia juga semakin optimistis karena peluang usaha dengan waralaba lebih memudahkan karena pelaku tidak harus mulai dari awal.
"Sekarang juga dimudahkan dengan sistem perizinan semakin mudah dan kondusif. Waralaba juga mendukung ekonomi kerakyatan karena semua bisa ikut serta," ujar Karyanto dalam kesempatan sama.
Dia juga melihat berdasarkan Surat Tanda Pendaftaran Waralaba (STPW) di Kemendag, terdapat 90 merek waralaba lokal dengan legalitas. Angka ini disebutnya naik signifikan. Merek inilah yang potensial untuk pangsa pasar besar kelas ekonomi menengah dan generasi muda. Sektor makanan dan minuman juga dilihatnya akan makin menjamur karena para milenial butuh tempat untuk bersosialisasi.
Direktur Top Food Indonesia (Es Teler 77) sekaligus Ketua AFI Andrew Nugroho optimistis pertumbuhan bisnis franchise di Indonesia dapat tumbuh 10% tahun 2019 secara tahunan (yoy) untuk transaksi dan jumlah pemain.
"Targetnya tumbuh 10% untuk tahun 2019. Tahun lalu tidak sampai 10%, mungkin sekitar 5-6%. Target pertumbuhan itu meliputi pertumbuhan cabang, konsep baru, dan transaksi," kata Andrew.
Dia mengakui, sejauh ini produk makanan dan minuman menyumbang paling banyak untuk pertumbuhan waralaba di Indonesia. Alasannya karena jangkauan pasarnya lebih luas dan produk yang dihasilkan lebih simpel.
"Pasar itu masih luas. Jangan hanya melihat Jabodetabek saja tapi masih banyak pulau lainnya di Indonesia. Kami di Es Teler 77 buka cabang ke Mamuju dan Ternate. Terlebih pemerintah aktif buka kawasan wisata Bali baru. Ini potensial semuanya," paparnya.
Untuk tahun 2019, dia meyakini pertumbuhan waralaba akan didominasi kembali oleh sektor makanan dan minuman. Kendati mendominasi, Andrew yakin sektor lainnya bisa terus tumbuh.
Presiden Direktur Dyandra Promosindo Hendra Noor Saleh mengatakan, acara tahun ini menargetkan pengunjung yang datang sebanyak 17.500 orang dengan transaksi setidaknya bisa mencapai Rp800 miliar. Target tersebut naik signifikan dibandingkan transaksi pada tahun lalu mencapai Rp675 miliar.
"Transaksi yang bisa terjadi kami yakin bisa mencapai Rp1 Triliun. Ini signifikan karena sekarang era milenial semua ingin bisnis dengan cepat," ujar Hendra di Jakarta Convention Center, Jumat (5/7/2019).
Dia mengaku pasar Indonesia sangat potensial sehingga pemain asing juga datang membawa brand untuk ditawarkan. Misalnya, dari Filipina membawa 20 brand karena optimistis dengan pasar Indonesia. Pendatang baru tahun ini yang buka stand datang dari sektor Migas yaitu Exxonmobil, BP-AKR Retail, dan Shell. Pendatang baru juga datang dari industri supporting system.
"Industri makanan minuman masih yang terbesar. Salah satu yang menarik karena isu makanan sehat sehingga dengan menggunakan franchise semua bisa terjawab mulai dari bahan baku hingga kemasannya," ujarnya.
Sekretaris Jenderal Kemendag Karyanto Suprih dalam sambutannya mengatakan pertumbuhan waralaba di tahun 2019 sejalan dengan prediksi momentum pertumbuhan ekonomi nasional yang diproyeksikan tumbuh mencapai 5,3%. Pada kuartal pertama pertumbuhan ekonomi nasional tumbuh tipis secara year on year. Dia juga semakin optimistis karena peluang usaha dengan waralaba lebih memudahkan karena pelaku tidak harus mulai dari awal.
"Sekarang juga dimudahkan dengan sistem perizinan semakin mudah dan kondusif. Waralaba juga mendukung ekonomi kerakyatan karena semua bisa ikut serta," ujar Karyanto dalam kesempatan sama.
Dia juga melihat berdasarkan Surat Tanda Pendaftaran Waralaba (STPW) di Kemendag, terdapat 90 merek waralaba lokal dengan legalitas. Angka ini disebutnya naik signifikan. Merek inilah yang potensial untuk pangsa pasar besar kelas ekonomi menengah dan generasi muda. Sektor makanan dan minuman juga dilihatnya akan makin menjamur karena para milenial butuh tempat untuk bersosialisasi.
Direktur Top Food Indonesia (Es Teler 77) sekaligus Ketua AFI Andrew Nugroho optimistis pertumbuhan bisnis franchise di Indonesia dapat tumbuh 10% tahun 2019 secara tahunan (yoy) untuk transaksi dan jumlah pemain.
"Targetnya tumbuh 10% untuk tahun 2019. Tahun lalu tidak sampai 10%, mungkin sekitar 5-6%. Target pertumbuhan itu meliputi pertumbuhan cabang, konsep baru, dan transaksi," kata Andrew.
Dia mengakui, sejauh ini produk makanan dan minuman menyumbang paling banyak untuk pertumbuhan waralaba di Indonesia. Alasannya karena jangkauan pasarnya lebih luas dan produk yang dihasilkan lebih simpel.
"Pasar itu masih luas. Jangan hanya melihat Jabodetabek saja tapi masih banyak pulau lainnya di Indonesia. Kami di Es Teler 77 buka cabang ke Mamuju dan Ternate. Terlebih pemerintah aktif buka kawasan wisata Bali baru. Ini potensial semuanya," paparnya.
Untuk tahun 2019, dia meyakini pertumbuhan waralaba akan didominasi kembali oleh sektor makanan dan minuman. Kendati mendominasi, Andrew yakin sektor lainnya bisa terus tumbuh.
(fjo)