Tahun Politik, Perhutani Targetkan Laba Bersih Naik 9%
A
A
A
JAKARTA - Perhutani Target Pertumbuhan Laba Bersih 9% Tahun Ini
Perum Perhutani tahun ini menargetkan pertumbuhan laba bersih 8%-9% dari realisasi laba tahun sebelumnya (2018). Laba bersih Perhutani 2018 berhasil tumbuh hingga 49% menjadi Rp654 miliar dari Rp437 miliar pada tahun sebelumnya.
Direktur Utama Perum Perhutani Denaldy M Mauna mengatakan, tahun politik memang sedikit mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan. Namun secara umum, kinerja keuangan perusahaan tetap berpeluang melebihi realisasi tahun lalu.
"Kami menargetkan kurang lebih (tumbuh) 8%-9% dari tahun lalu," ujar Denaldy di Jakarta, Selasa (9/7/2019).
Dia menjelaskan, saat awal dirinya masuk ke Perhutani pada 2016, kinerja keuangan perusahaan pelat merah di sektor industri kehutanan mengalami kerugian mencapai Rp357 miliar.
“Kami berupaya memperbaiki holding melalui restrukturisasi bisnis dan merampingkan manajemen. Hasilnya profit sudah mulai naik di 2017,” ungkapnya.
Untuk kinerja keuangan pada semester I/2019, Denaldy mengatakan bisnis perseroan terpengaruh oleh tahun politik dan produksi di beberapa daerah karena cuaca ekstrem. Namun, bisnisnya masih tertolong dengan produk getah pinus dan terpentin. Dari sisi laba hingga semester I sudah hampir mendekati angka 50% dari target.
“Pada semester II akan kita kejar," ujarnya.
Perhutani diketahui memiliki sejumlah bisnis di berbagai sektor, diantaranya pengolahan kayu, kayu lapis, getah pinus, terpentin, pengolahan minyak kayu putih hingga pengolahan sagu.
PT Perhutani juga akan mengembangkan bisnis tanaman biomassa yang diharapkan bisa panen pada tahun ini.
“Uji coba penanaman ini sudah dimulai sejak 2013. Dari hasil penanaman direncanakan pada 2025 sehingga dapat ada tambahan pendapatan,” ujarnya.
Dia menambahkan, pada 2025 diharapkan akan tercipta tambahan tanaman biomassa melalui Wood pellet sebesar Rp3,5 triliun.
“Sehubungan dengan permintaan internasional yang tinggi diasumsikan kita bisa berorientasi ekspor,” pungkasnya.
Perum Perhutani tahun ini menargetkan pertumbuhan laba bersih 8%-9% dari realisasi laba tahun sebelumnya (2018). Laba bersih Perhutani 2018 berhasil tumbuh hingga 49% menjadi Rp654 miliar dari Rp437 miliar pada tahun sebelumnya.
Direktur Utama Perum Perhutani Denaldy M Mauna mengatakan, tahun politik memang sedikit mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan. Namun secara umum, kinerja keuangan perusahaan tetap berpeluang melebihi realisasi tahun lalu.
"Kami menargetkan kurang lebih (tumbuh) 8%-9% dari tahun lalu," ujar Denaldy di Jakarta, Selasa (9/7/2019).
Dia menjelaskan, saat awal dirinya masuk ke Perhutani pada 2016, kinerja keuangan perusahaan pelat merah di sektor industri kehutanan mengalami kerugian mencapai Rp357 miliar.
“Kami berupaya memperbaiki holding melalui restrukturisasi bisnis dan merampingkan manajemen. Hasilnya profit sudah mulai naik di 2017,” ungkapnya.
Untuk kinerja keuangan pada semester I/2019, Denaldy mengatakan bisnis perseroan terpengaruh oleh tahun politik dan produksi di beberapa daerah karena cuaca ekstrem. Namun, bisnisnya masih tertolong dengan produk getah pinus dan terpentin. Dari sisi laba hingga semester I sudah hampir mendekati angka 50% dari target.
“Pada semester II akan kita kejar," ujarnya.
Perhutani diketahui memiliki sejumlah bisnis di berbagai sektor, diantaranya pengolahan kayu, kayu lapis, getah pinus, terpentin, pengolahan minyak kayu putih hingga pengolahan sagu.
PT Perhutani juga akan mengembangkan bisnis tanaman biomassa yang diharapkan bisa panen pada tahun ini.
“Uji coba penanaman ini sudah dimulai sejak 2013. Dari hasil penanaman direncanakan pada 2025 sehingga dapat ada tambahan pendapatan,” ujarnya.
Dia menambahkan, pada 2025 diharapkan akan tercipta tambahan tanaman biomassa melalui Wood pellet sebesar Rp3,5 triliun.
“Sehubungan dengan permintaan internasional yang tinggi diasumsikan kita bisa berorientasi ekspor,” pungkasnya.
(ind)