Menteri Jonan Dorong PLN Gunakan CPO
A
A
A
JAKARTA - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan meminta PT PLN (Persero) untuk terus meningkatkan penggunaan bahan bakar pembangkit yang lebih ramah lingkungan melalui pemanfaatan bahan bakar nabati dari minyak sawit (crude palm oil/CPO) yang dikenal sebagai fatty acid methyl ester (FAME). Menurutnya, selain mengurangi impor bahan bakar minyak (BBM), penambahan FAME pada pembangkit juga ramah lingkungan.
CPO dinilai memiliki dua manfaat, yakni membantu mengurangi impor BBM atau crude sehingga membantu neraca perdagangan negara dan membantu mengurangi dampak polusi lingkungan. “Membangun pembangkit yang ramah lingkungan itu pilihannya dua. Apakah dalam waktu singkat, menggunakan LNG yang harus membangun jetty sendiri, storage, dan sebagainya atau menggunakan CPO,” kata Menteri Jonan di Jakarta, Jumat (26/7/2019).
Sambung dia menambahkan, pemanfaatan CPO untuk pembangkit ini sudah diaplikasikan di berbagai negara, salah satunya di Italia. Pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD) di negara tersebut bahkan sudah dapat menggunakan bahan bakar 100% berbasis CPO.
“Saya sudah lihat pembangkit listrik di Napoli, Italia, sudah menggunakan 100% minyak CPO. Jadi, kalau (Indonesia) menggunakan ini juga bisa membantu petani-petani kita. Ada 16 juta petani kelapa sawit yang bergantung kepada kita dengan membantu membeli produk mereka. Namun, yang lebih penting adalah mengurangi polusi dan impor BBM,” paparnya.
Saat ini, PLN telah melakukan uji coba penggantian bahan bakar pada empat pembangkit listrik dengan menambahkan biodiesel berbasis minyak sawit sesuai arahan Menteri ESDM tersebut.
Keempat pembangkit yang telah diuji coba tersebut adalah PLTD Batakan 50 megawatt (MW) di Kalimantan Timur, PLTD Supa di Pare-Pare dengan kapasitas 62 MW, PLTD Kanaan di Kalimantan Timur dengan kapasitas pembangkit listrik sebesar 10 MW, dan Pembangkit Listrik Tenaga Mesin Gas (PLTMG) Jayapura dengan kapasitas 10 MW di Papua.
Adapun program mandatori BBN jenis biodiesel sebagai campuran BBM jenis minyak solar pada sektor PSO, non-PSO, industri dan komersial, serta pembangkit listrik telah diluncurkan pemerintah tahun lalu. Program ini dilaksanakan untuk mendukung percepatan pengembangan energi baru dan terbarukan.
Tidak hanya mengurangi konsumsi bahan bakar fosil, tapi juga memberikan penghematan devisa melalui pengurangan impor solar, implementasi mandatori BBN diharapkan dapat memperbaiki kualitas lingkungan, membuka lapangan kerja, serta meningkatkan pemanfaatan ekonomi sawit.
CPO dinilai memiliki dua manfaat, yakni membantu mengurangi impor BBM atau crude sehingga membantu neraca perdagangan negara dan membantu mengurangi dampak polusi lingkungan. “Membangun pembangkit yang ramah lingkungan itu pilihannya dua. Apakah dalam waktu singkat, menggunakan LNG yang harus membangun jetty sendiri, storage, dan sebagainya atau menggunakan CPO,” kata Menteri Jonan di Jakarta, Jumat (26/7/2019).
Sambung dia menambahkan, pemanfaatan CPO untuk pembangkit ini sudah diaplikasikan di berbagai negara, salah satunya di Italia. Pembangkit listrik tenaga diesel (PLTD) di negara tersebut bahkan sudah dapat menggunakan bahan bakar 100% berbasis CPO.
“Saya sudah lihat pembangkit listrik di Napoli, Italia, sudah menggunakan 100% minyak CPO. Jadi, kalau (Indonesia) menggunakan ini juga bisa membantu petani-petani kita. Ada 16 juta petani kelapa sawit yang bergantung kepada kita dengan membantu membeli produk mereka. Namun, yang lebih penting adalah mengurangi polusi dan impor BBM,” paparnya.
Saat ini, PLN telah melakukan uji coba penggantian bahan bakar pada empat pembangkit listrik dengan menambahkan biodiesel berbasis minyak sawit sesuai arahan Menteri ESDM tersebut.
Keempat pembangkit yang telah diuji coba tersebut adalah PLTD Batakan 50 megawatt (MW) di Kalimantan Timur, PLTD Supa di Pare-Pare dengan kapasitas 62 MW, PLTD Kanaan di Kalimantan Timur dengan kapasitas pembangkit listrik sebesar 10 MW, dan Pembangkit Listrik Tenaga Mesin Gas (PLTMG) Jayapura dengan kapasitas 10 MW di Papua.
Adapun program mandatori BBN jenis biodiesel sebagai campuran BBM jenis minyak solar pada sektor PSO, non-PSO, industri dan komersial, serta pembangkit listrik telah diluncurkan pemerintah tahun lalu. Program ini dilaksanakan untuk mendukung percepatan pengembangan energi baru dan terbarukan.
Tidak hanya mengurangi konsumsi bahan bakar fosil, tapi juga memberikan penghematan devisa melalui pengurangan impor solar, implementasi mandatori BBN diharapkan dapat memperbaiki kualitas lingkungan, membuka lapangan kerja, serta meningkatkan pemanfaatan ekonomi sawit.
(akr)