Lifting Migas Pertamina Jeblok, Jonan Semprot Dwi Soetjipto
A
A
A
JAKARTA - Pemerintah mendesak PT Pertamina (Persero) meningkatkan produksi siap jual (lifting) minyak dan gas bumi. Pasalnya, lifting sejumlah blok migas strategis yang semula dikelola asing kemudian diserahkan kepada Pertamina menjadi turun drastis.
Penurunan tajam tersebut berakibat pada marahnya Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan kepada Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto saat rapat pimpinan (Rapim) sektor migas di Kementerian ESDM, Jakarta, Senin (29/7/2019).
“Tadi soal lifting ini kita kena marah. Bunyinya itu dari 10 atau 20 KKKS (Kontraktor Kontrak Kerjasama) utama kita bahas, kemudian dari 10 besar ada 6 KKKS yang lifting-nya turun. Dari 6 itu, ada 5 dari Pertamina,” ujar Kepala SKK Migas Dwi Sutjipto usai rapim.
Menurut dia, KKKS di bawah naungan Pertamina tersebut antara lain Pertamina EP, Pertamina Hulu Mahakam, Pertamina Hulu Energi Offshore South East Sumatra (PHE OSES), Pertamina Hulu Offshore North West Java (PHE ONWJ), dan Pertamina Hulu Kalimantan Timur (PHKT).
Untuk itu, penurunan lifting tersebut menjadi perhatian pemerintah, apalagi penurunan terjadi pada blok-blok migas strategis yang sebelumnya dioperatori asing kemudian diserahkan kepada Pertamina.
“Jangan sampai setelah diambil oleh Pertamina sebagai operator kemudian terjadi penurunan tajam,” tandasnya.
Sementara itu, Wakil Kepala SKK Migas Sukandar mengungkapkan bahwa penurunan produksi paling tajam terjadi di Blok Mahakam, Kalimantan Timur yang dikelola oleh PHKT.
Penurunan tersebut salah satunya akibat dari tidak optimalnya serapan gas alam cair (Liquefied Natural Gas/LNG) di pasaran.
Tak hanya itu, penurunan juga terjadi di blok yang dikelola oleh PHE ONWJ akibat insiden bocor di sumur YYA-1 di Lapangan YY Blok Offshore North West Java.
Pihaknya pun meminta Pertamina serius mengatasi dampak pencemaran lingkungan akibat tumpahan minyak dan gelembung gas dari insiden kebocoran di sumur YYA-1.
“Penanganan harus cepat supaya tumpahan minyak tidak kemana-mana,” tegasnya.
Penurunan tajam tersebut berakibat pada marahnya Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan kepada Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto saat rapat pimpinan (Rapim) sektor migas di Kementerian ESDM, Jakarta, Senin (29/7/2019).
“Tadi soal lifting ini kita kena marah. Bunyinya itu dari 10 atau 20 KKKS (Kontraktor Kontrak Kerjasama) utama kita bahas, kemudian dari 10 besar ada 6 KKKS yang lifting-nya turun. Dari 6 itu, ada 5 dari Pertamina,” ujar Kepala SKK Migas Dwi Sutjipto usai rapim.
Menurut dia, KKKS di bawah naungan Pertamina tersebut antara lain Pertamina EP, Pertamina Hulu Mahakam, Pertamina Hulu Energi Offshore South East Sumatra (PHE OSES), Pertamina Hulu Offshore North West Java (PHE ONWJ), dan Pertamina Hulu Kalimantan Timur (PHKT).
Untuk itu, penurunan lifting tersebut menjadi perhatian pemerintah, apalagi penurunan terjadi pada blok-blok migas strategis yang sebelumnya dioperatori asing kemudian diserahkan kepada Pertamina.
“Jangan sampai setelah diambil oleh Pertamina sebagai operator kemudian terjadi penurunan tajam,” tandasnya.
Sementara itu, Wakil Kepala SKK Migas Sukandar mengungkapkan bahwa penurunan produksi paling tajam terjadi di Blok Mahakam, Kalimantan Timur yang dikelola oleh PHKT.
Penurunan tersebut salah satunya akibat dari tidak optimalnya serapan gas alam cair (Liquefied Natural Gas/LNG) di pasaran.
Tak hanya itu, penurunan juga terjadi di blok yang dikelola oleh PHE ONWJ akibat insiden bocor di sumur YYA-1 di Lapangan YY Blok Offshore North West Java.
Pihaknya pun meminta Pertamina serius mengatasi dampak pencemaran lingkungan akibat tumpahan minyak dan gelembung gas dari insiden kebocoran di sumur YYA-1.
“Penanganan harus cepat supaya tumpahan minyak tidak kemana-mana,” tegasnya.
(ind)