Petani Gunung Kidul Atasi Kekeringan dengan Irigasi Perpompaan
A
A
A
JAKARTA - Pada saat musim kemarau, dimana kebanyakan penduduk di zona selatan kekurangan air, Kelompok Tani Manunggal, Wediutah Ngeposari, Semanu, Gunung Kidul, Yogyakarta berhasil mengangkat air dari sumber air Kali Greneng untuk keperluan pertanian.
Irigasi perpompaan ini diresmikan Kepala Dinas DPP Bambang Wisnu Broto. Hadir juga Camat Semanu Huntoro Purba beserta Forkompinca. Irigasi perpompaan ini merupakan bantuan dari Kementerian Pertanian (Kementan) yang dikerjakan secara swakelola oleh poktan (kelompok tani) penerima kegiatan.
Ketua poktan Tani Manunggal Wediutah, Sarwo Widodo, menjelaskan sumber air Kali Greneng Wediutah merupakan warisan nenek moyang yang tidak pernah surut airnya meski saat puncak musim kemarau.
"Biasanya penduduk mengambil air dengan menyusuri lokasi yang dalam dengan memikul jerigen air untuk dibawa ke atas satu persatu pemduduk," ujar Sarwo Widodo.
Dengan luas lahan 20 hektar, biasanya petani hanya menanam padi sekali di musim hujan dan satu kali tanam palawija di musim kedua, sedang di musim ketiga bera atau tidak tanam. Namun dengan adanya irigasi perpompaan, menambah motivasi petani Wediutah sehingga lebih tekun bertani dan tidak takut kekeringan.
Pada musim kemarau ini, diuji coba tanam jagung seluas 3 hektar, kedepan bisa bertambah menjadi 15 hektar tanam di musim ketiga dengan jagung dan kacang atau kedelai serta tanaman sayuran.
"Kami sangat berterima kasih kepada pemerintah yang telah meringankan beban petani dalam hal pengairan," ujarnya.
Sementara, Bambang Wisnu Broto berharap petani membentuk Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) dalam pengelolaan air ke depan.
"Dengan memiliki P3A, air yang ada akan bisa dikelola dengan baik. Sehingga, proses tanam akan lancar dan lebih mudah menghadapi kekeringan," kata Bambang.
Pada hari sebelumnya Selasa (6/8/2019) Kadis DPP juga meresmikan irigasi perpompaan di poktan Rukun Agawe Makmur Beji, Patuk. Irigasi ini untuk pengairan lahan 25 hektar dengan sumber air Sungai Oya, dilanjutkan gerakan tanam jagung 7 hektar dan bawang merah 1 hektar di musim ketiga atau kemarau.
Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian Kementan, Sarwo Edhy, mengatakan pemanfaatan alat mesin pertanian (alsintan) dapat mendukung upaya mitigasi kekeringan. Sebab itu dia mengimbau dinas pertanian di kabupaten dan kota untuk memaksimalkan alsintan agar petani dapat terus berproduksi.
"Alsintan dapat mendukung mitigasi kekeringan, stok pompa di dinas kabupaten, segera disalurkan ke daerah terdampak kekeringan. Berdasarkan permintaan, pemanfaatan melalui brigade alsintan dalam mengamankan standing crop dan memitigasi kekeringan," ucap Sarwo Edhy, Senin (12/8/2019).
Sarwo juga mengatakan upaya lain untuk mitigasi kekeringan yaitu dengan memanfaatkan sumber air di mana sudah ada 11.654 unit embung pertanian dan 4.042 irigasi perpompaan di dekat daerah terdampak kekeringan.
Lanjut Sarwo, jumlah pompa air yang dialokasikan oleh Kementan periode 2015-2018 sebesar 93.860 unit dan khusus daerah terdampak kekeringan pompa air tersedia mencapai 19.999 unit.
"Kekeringan akan diperkirakan berlanjut beberapa bulan ke depan, antisipasi dari memanfaatkan pompa air, potensi sumber air untuk kita bangun pipanisasi sehingga kita bisa menyelesaikan kekeringan. Pengamanan standing crop dilakukan dengan semua pihak sehingga terselesaikan dengan baik," ujar Sarwo.
Irigasi perpompaan ini diresmikan Kepala Dinas DPP Bambang Wisnu Broto. Hadir juga Camat Semanu Huntoro Purba beserta Forkompinca. Irigasi perpompaan ini merupakan bantuan dari Kementerian Pertanian (Kementan) yang dikerjakan secara swakelola oleh poktan (kelompok tani) penerima kegiatan.
Ketua poktan Tani Manunggal Wediutah, Sarwo Widodo, menjelaskan sumber air Kali Greneng Wediutah merupakan warisan nenek moyang yang tidak pernah surut airnya meski saat puncak musim kemarau.
"Biasanya penduduk mengambil air dengan menyusuri lokasi yang dalam dengan memikul jerigen air untuk dibawa ke atas satu persatu pemduduk," ujar Sarwo Widodo.
Dengan luas lahan 20 hektar, biasanya petani hanya menanam padi sekali di musim hujan dan satu kali tanam palawija di musim kedua, sedang di musim ketiga bera atau tidak tanam. Namun dengan adanya irigasi perpompaan, menambah motivasi petani Wediutah sehingga lebih tekun bertani dan tidak takut kekeringan.
Pada musim kemarau ini, diuji coba tanam jagung seluas 3 hektar, kedepan bisa bertambah menjadi 15 hektar tanam di musim ketiga dengan jagung dan kacang atau kedelai serta tanaman sayuran.
"Kami sangat berterima kasih kepada pemerintah yang telah meringankan beban petani dalam hal pengairan," ujarnya.
Sementara, Bambang Wisnu Broto berharap petani membentuk Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) dalam pengelolaan air ke depan.
"Dengan memiliki P3A, air yang ada akan bisa dikelola dengan baik. Sehingga, proses tanam akan lancar dan lebih mudah menghadapi kekeringan," kata Bambang.
Pada hari sebelumnya Selasa (6/8/2019) Kadis DPP juga meresmikan irigasi perpompaan di poktan Rukun Agawe Makmur Beji, Patuk. Irigasi ini untuk pengairan lahan 25 hektar dengan sumber air Sungai Oya, dilanjutkan gerakan tanam jagung 7 hektar dan bawang merah 1 hektar di musim ketiga atau kemarau.
Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian Kementan, Sarwo Edhy, mengatakan pemanfaatan alat mesin pertanian (alsintan) dapat mendukung upaya mitigasi kekeringan. Sebab itu dia mengimbau dinas pertanian di kabupaten dan kota untuk memaksimalkan alsintan agar petani dapat terus berproduksi.
"Alsintan dapat mendukung mitigasi kekeringan, stok pompa di dinas kabupaten, segera disalurkan ke daerah terdampak kekeringan. Berdasarkan permintaan, pemanfaatan melalui brigade alsintan dalam mengamankan standing crop dan memitigasi kekeringan," ucap Sarwo Edhy, Senin (12/8/2019).
Sarwo juga mengatakan upaya lain untuk mitigasi kekeringan yaitu dengan memanfaatkan sumber air di mana sudah ada 11.654 unit embung pertanian dan 4.042 irigasi perpompaan di dekat daerah terdampak kekeringan.
Lanjut Sarwo, jumlah pompa air yang dialokasikan oleh Kementan periode 2015-2018 sebesar 93.860 unit dan khusus daerah terdampak kekeringan pompa air tersedia mencapai 19.999 unit.
"Kekeringan akan diperkirakan berlanjut beberapa bulan ke depan, antisipasi dari memanfaatkan pompa air, potensi sumber air untuk kita bangun pipanisasi sehingga kita bisa menyelesaikan kekeringan. Pengamanan standing crop dilakukan dengan semua pihak sehingga terselesaikan dengan baik," ujar Sarwo.
(ven)