Masih Minim, Perusahaan di Indonesia Didorong Serap Tenaga Kerja Disabilitas
A
A
A
JAKARTA - Penyandang disabilitas di Indonesia masih mengalami kesulitan besar mendapatkan pekerjaan formal. Tercatat pada 2018, baru sekitar 1,2% penyandang disabilitas yang ditempatkan di sektor tenaga kerja formal.
Padahal, UU No 8 Tahun 2016 mewajibkan perusahaan swasta mempekerjakan paling sedikit 1%. Sementara pemerintah pusat, pemda, BUMN dan BUMD mempekerjakan paling sedikit 2% penyandang disabilitas dari jumlah pegawai.
"Persoalan keterbatasan akses penyandang disabilitas terhadap pekerjaan formal terjadi sejak lama. Yayasan Helping Hands berupaya menjadi jembatan antara dunia disabilitas dengan non-disabilitas. Dengan orang lebih mengenal seorang difabel, memahami kemampuan, kelemahan, kebutuhan, kesamaan, perbedaan, kami berharap mereka akan lebih mau memberi dampak bagi komunitas difabel," ujar Founder Yayasan Helping Hands, Willy Suwandi Dharma dalam Media Gathering Merayakan Disabilitas Menuju Indonesia Maju, Rabu (14/8/2019).
Adapun dalam membangun jembatan kesetaraan dan kebersamaan, Yayasan Helping Hands menggunakan Metodologi Program berbasis empat elemen, Edukatif, Inklusif, Partisipatif dan Eksperensial.
Keempat elemen tersebut selanjutnya diwujudkan dalam tiga pilar program utama yayasan, yakni Pendidikan Alam, Pendidikan Olah Raga dan Pengalaman Profesional. Tiga pilar program tersebut yang kemudian dijalankan para anak muda penyandang disabilitas yang menjadi peserta didik Yayasan Helping Hands.
Pilar ketiga, yakni pengalaman profesional bertajuk Leadership Inclusive Taining (LIT), Yayasan Helping Hands membawa para siswa-siswi Sekolah Luar Biasa ke berbagai perusahaan untuk merasakan pengalaman pelatihan bersama dengan pekerja profesional.
Di dalam program LIT, para remaja akan diajak mengikuti sesi leadership, aktivitas team building bersama dengan karyawan perusahaan, dan sesi pengembangan karier yang diberikan perusahaan. Uniknya, dalam program LIT, setiap anak disabilitas akan ditandem dengan seorang karyawan dari perusahaan partisipan.
"Dengan begitu, kedua pihak terlibat dalam interaksi mendalam. Kami harap melalui Program LIT bisa menjadi pembuka kesempatan bagi anak-anak disabilitas mendapatkan insight mengenai berbagai profesi yang mungkin belum dikenal, dan dunia pekerjaan saat ini akan berbeda dengan di masa depan. Dengan begitu anak-anak dapat bertambah wawasan, dapat membekali diri dengan keterampilan dan pengetahuan yang tepat pula," papar Wendy.
Salah satu program LIT yang akan dijalankan dalam waktu dekat kerja sama dengan Bank BCA pada 20 Agustus 2019, dalam rangka merayakan HUT ke-74 Republik Indonesia. Pada saat itu, 15 anak tunanetra akan dibawa ke fasilitas unit kerja Halo BCA di BSD, Tangerang.
"Nantinya, 15 anak itu akan ditandem dengan 15 karyawan BCA dalam sebuah pairing program, 3-4 jam. Kami harap melalui program tersebut, di sisi anak disabilitas akan menumbuhkan kepercayaan diri untuk berinteraksi dan berkarya di dunia professional. Sementara di sisi karyawan akan menumbuhkan empati yang kami harapkan ke depan dapat memperluas wawasan mereka agar lebih inklusif dan ramah disabilitas. Siapa tahu dapat membuka ruang kesempatan bagi penyandang disabilitas bekerja di perusahaan," terang Wendy.
Padahal, UU No 8 Tahun 2016 mewajibkan perusahaan swasta mempekerjakan paling sedikit 1%. Sementara pemerintah pusat, pemda, BUMN dan BUMD mempekerjakan paling sedikit 2% penyandang disabilitas dari jumlah pegawai.
"Persoalan keterbatasan akses penyandang disabilitas terhadap pekerjaan formal terjadi sejak lama. Yayasan Helping Hands berupaya menjadi jembatan antara dunia disabilitas dengan non-disabilitas. Dengan orang lebih mengenal seorang difabel, memahami kemampuan, kelemahan, kebutuhan, kesamaan, perbedaan, kami berharap mereka akan lebih mau memberi dampak bagi komunitas difabel," ujar Founder Yayasan Helping Hands, Willy Suwandi Dharma dalam Media Gathering Merayakan Disabilitas Menuju Indonesia Maju, Rabu (14/8/2019).
Adapun dalam membangun jembatan kesetaraan dan kebersamaan, Yayasan Helping Hands menggunakan Metodologi Program berbasis empat elemen, Edukatif, Inklusif, Partisipatif dan Eksperensial.
Keempat elemen tersebut selanjutnya diwujudkan dalam tiga pilar program utama yayasan, yakni Pendidikan Alam, Pendidikan Olah Raga dan Pengalaman Profesional. Tiga pilar program tersebut yang kemudian dijalankan para anak muda penyandang disabilitas yang menjadi peserta didik Yayasan Helping Hands.
Pilar ketiga, yakni pengalaman profesional bertajuk Leadership Inclusive Taining (LIT), Yayasan Helping Hands membawa para siswa-siswi Sekolah Luar Biasa ke berbagai perusahaan untuk merasakan pengalaman pelatihan bersama dengan pekerja profesional.
Di dalam program LIT, para remaja akan diajak mengikuti sesi leadership, aktivitas team building bersama dengan karyawan perusahaan, dan sesi pengembangan karier yang diberikan perusahaan. Uniknya, dalam program LIT, setiap anak disabilitas akan ditandem dengan seorang karyawan dari perusahaan partisipan.
"Dengan begitu, kedua pihak terlibat dalam interaksi mendalam. Kami harap melalui Program LIT bisa menjadi pembuka kesempatan bagi anak-anak disabilitas mendapatkan insight mengenai berbagai profesi yang mungkin belum dikenal, dan dunia pekerjaan saat ini akan berbeda dengan di masa depan. Dengan begitu anak-anak dapat bertambah wawasan, dapat membekali diri dengan keterampilan dan pengetahuan yang tepat pula," papar Wendy.
Salah satu program LIT yang akan dijalankan dalam waktu dekat kerja sama dengan Bank BCA pada 20 Agustus 2019, dalam rangka merayakan HUT ke-74 Republik Indonesia. Pada saat itu, 15 anak tunanetra akan dibawa ke fasilitas unit kerja Halo BCA di BSD, Tangerang.
"Nantinya, 15 anak itu akan ditandem dengan 15 karyawan BCA dalam sebuah pairing program, 3-4 jam. Kami harap melalui program tersebut, di sisi anak disabilitas akan menumbuhkan kepercayaan diri untuk berinteraksi dan berkarya di dunia professional. Sementara di sisi karyawan akan menumbuhkan empati yang kami harapkan ke depan dapat memperluas wawasan mereka agar lebih inklusif dan ramah disabilitas. Siapa tahu dapat membuka ruang kesempatan bagi penyandang disabilitas bekerja di perusahaan," terang Wendy.
(ven)