Produksi-Ekspor Pertanian Melejit

Jum'at, 16 Agustus 2019 - 12:56 WIB
Produksi-Ekspor Pertanian Melejit
Produksi-Ekspor Pertanian Melejit
A A A
Pembangunan sektor pertanian pada era pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla (Jokowi-JK) menunjukkan peningkatan signifikan.

Indikasinya, di antaranya terlihat dari peningkatan produksi dan ekspor komoditas pertanian.Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat produksi padi 2014 mencapai 70.846.465 ton gabah kering giling (GKG).

Angka tersebut terus meningkat setiap tahunnya. Pada 2015 meningkat menjadi 75.397.841 ton, 2016 (79.354.767 ton) 2017 (81.148.594 ton), dan pada 2018 naik lagi menjadi 83.037.150 ton GKG. Sementara itu, total nilai ekspor komoditas pertanian pada 2015 mencapai Rp403,8 triliun dan pada 2016 tercatat Rp384,9 triliun.

Nilai ekspor pada 2015 dan 2016 ini kurang maksimal karena terjadi bencana kekeringan sebagai dampak El Nino dan bencana banjir sebagai dampak La Nina. Namun, pada 2017 ekspor pertanian melonjak menjadi Rp475,9 triliun dan pada 2018 mencapai Rp499,3 triliun.

Akumulasi nilai ekspor sejak 2015 hingga 2018 mencapai Rp1.764 triliun atau terjadi peningkatan sebesar 29,7%. Untuk inflasi bahan makanan atau pangan, dari tahun ke tahun juga menunjukkan tren penurunan.

Jika pada 2014 laju inflasi bahan makanan mencapai 10,57%, pada 2015 turun drastis di angka 4,93%. Pada 2016 naik tipis di angka 5,69%, tapi pada 2017 menukik di angka 1,26%. Penurunan laju inflasi bahan makanan pada periode 2014-2017 ini merupakan pertama dalam sejarah pembangunan pertanian di Indonesia.

Dari sisi nilai investasi pertanian juga mengalami peningkatan. Pada 2013 nilai investasi pertanian tercatat Rp29,3 triliun. Angka ini meningkat pada 2014 yang mencapai Rp44,8 triliun, 2015 (Rp43,1 triliun), 2016 (45,4 triliun), 2017 (45,9 triliun), dan 2018 melejit di angka Rp61,6 triliun.

Jika diakumulasikan, nilai investasi pertanian sejak 2013-2018 mencapai Rp241 triliun atau meningkat sekitar 110,2%. Seiring dengan peningkatan produksi pertanian, produk domestik bruto (PDB) pertanian pun mengalami peningkatan.

Jika pada 2013 PDB pertanian masih di angka Rp994,8 triliun, 2014 (Rp1.089,6 triliun), 2015 (Rp1.184 triliun), 2016 (Rp1.267 triliun), 2017 (Rp1.344,7 triliun), dan pada 2018 menjadi Rp1.463,9 triliun.

Pembangunan pertanian di Indonesia sejatinya muaranya pada kesejahteraan petani yang tercermin dalam nilai tukar petani (NTP) dan nilai tukar usaha petani (NTUP). Pada 2014, NTP tercatat 102,03 dan NTUP 106,05. Sementara NTP pada 2018 naik menjadi 102,25 dan NTUP naik melejit di angka 111,77.

Tingkat kemiskinan pedesaan pun terus menurun menjadi 13,2% pada 2018 Hingga saat ini, Kementerian Pertanian (Kementan) terus berupaya memacu investasi dan ekspor komoditas pertanian.

Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman menegaskan, peningkatan investasi dan ekspor pertanian tersebut merupakan bentuk nyata revolusi di sektor pertanian.

Buktinya, total kenaikan ekspor rata-rata 2,4 juta ton per tahun dan tercatat sejak pemerintahan Jokowi-JK, ekspor naik 9 juta ton. Pada 2013, total ekspor hanya 33 juta ton, namun pada 2018 mencatat nilai tertinggi yakni 42,5 juta ton dan pada 2019 ditargetkan naik minimal 45 juta ton. Amran menjelaskan, keberhasilan dalam memacu ekspor pertanian, kuncinya adalah dari mengubah sistem.

Kementan telah menerapkan pengurusan dokumen ekspor melalui online single submission (OSS) dan mengambil langkah cepat untuk mendorong ekspor produk pertanian dengan penggunaan sertifikat elektronik (e-Cert) serta menggunakan peta komoditas ekspor produk pertanian i-MACE (Indonesian Maps of Agricultural Commodities Export).

“Di mana dulu pengurusan ekspor relatif sulit, tapi sekarang dengan OSS dan i-Mace yang diluncurkan Badan Karantina dapat memetakan potensi daerah yang memiliki komoditas berkualitas ekspor. Pada era digital 4.0 ini, akselerasi ekspor ini harus kita dorong,” jelasnya.

Untuk mendorong produksi, Kementan di bawah kepemimpinan Mentan Amran telah membagikan secara gratis sekitar 499.000 unit alat mesin pertanian (alsintan) atau naik 2.000% kepada petani. Pembagian alsintan ini merata di seluruh penjuru Tanah Air.

Pemberian alsintan ini menjadikan pertanian tradisional ke sistem pertanian modern. Presiden Jokowi pun mengaku kagum dengan kemajuan teknologi pertanian Indonesia.

“Saya kaget, dalam satu kabupaten traktornya begitu banyak, ekskavatornya begitu banyak sehingga lahan besar bisa dikerjakan dengan mekanisasi peralatan-peralatan yang ada, yang saya lihat itu bantuan dari Menteri Pertanian,” ungkap Presiden Jokowi saat berdialog dengan peserta Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan Tahun 2019 di Istana Negara, Jakarta, Selasa (6/8).

Menurut Presiden, pembangunan pertanian Indonesia memang harus berani mengalihkan pola pertanian tradisional menuju ke pola pertanian modern, yakni memakai teknologi. “Jadi kita ubah petani yang sudah berpuluh-puluh tahun untuk land clearing dengan cara membakar, diganti dengan pembersihan menggunakan traktor, dengan ekskavator, tanpa harus membuat api,” tutur Presiden.

Wakil Ketua Komisi IV DPR Roem Kono menilai Mentan Andi Amran Sulaiman merupakan salah satu tokoh pada era Pemerintahan Jokowi-JK yang memiliki sederet prestasi.

Amran telah memberikan sentuhan inovasi di sektor pertanian yang dirasakan banyak orang sehingga pembangunan pertanian saat ini sangat berbeda dibanding era kabinet sebelumnya. “Pola pertanian tradisional menjadi mekanisasi, pembangunan lahan di mana-mana sesuai dengan visi Presiden Jokowi yang membangun infrastruktur,” ujarnya.

Kinerja Kementan pun berhasil memerangi korupsi. Kementan tiga tahun berturut-turut mendapat status Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dari 2016 hingga 2018 dan dua tahun berturut-turut 2017-2018 memperoleh penghargaan dari Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dalam pengendalian antigratifikasi.

Beberapa waktu lalu, Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro turut mengapresiasi upaya Kementan dalam memacu produksi nasional. Bahkan, kata dia, capaian itu mampu melampaui target-target yang telah ditetapkan.

Bambang mengatakan, capaian itu di antaranya berhasil melakukan pencetakan lahan baru, penambahan lahan pertanian produktif, peningkatan produksi produk pertanian, dan pemanfaatan mekanisasi yang terus dijalankan.

Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Winarno Tohir menyampaikan, di samping mencatatkan peningkatan ekspor, produk pertanian Indonesia juga sukses dalam menekan impor. “Kita dulu pernah impor bawang merah, sekarang bisa membalikkan keadaan dengan peningkatan ekspor pada 2018 dan 2019 ini,” ungkapnya.

Lebih lanjut Winarno mengungkapkan, Menteri Amran merupakan pejuang yang berani menghadapi segala risiko dalam melindungi petani. Winarno juga menambahkan, berbagai kebijakan dan program yang dilakukan Amran selama ini sangat dirasakan manfaatnya oleh petani di seluruh Indonesia.

Diketahui, beberapa program Kementan yang sudah berjalan dengan baik di antaranya program Bekerja, Serasi, Siwab, Rain Harvesting System, Belgian Blue, Integrasi Jagung Sawit, Integrasi Sapi Sawit, serta penggunaan Biodiesel B100 berbahan dasar sawit. (Sudarsono)
(nfl)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5087 seconds (0.1#10.140)