Industri Hilir Pengolahan Minyak Sawit Jadi Prioritas Nasional
A
A
A
JAKARTA - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) bersama pelaku industri berupaya mencari terobosan yang strategis untuk mendongkrak harga minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) di pasar internasional melalui program hilirisasi industri kelapa sawit dan kebijakan mandatori biodiesel di dalam negeri.
Untuk itu, Kemenperin menginisiasi pertemuan dengan para pelaku industri agro sebagai produsen aneka produk hilir minyak sawit.
Menteri Perindustrian (Menperin) Airlangga Hartarto mengatakan, Kemenperin berkomitmen menjadikan industri hilir pengolahan minyak sawit sebagai sektor prioritas nasional.
"Kita telah mempunyai target pertumbuhan industri hilir kelapa sawit, sesuai Peraturan Pemerintah No. 14 Tahun 2015 tentang Rencana Induk Pengembangan Industri Nasional 2035," ujarnya di Jakarta, Selasa (20/8/2019).
Sepanjang tahun 2018, ekspor minyak sawit didominasi oleh produk hilir, yang rasio volumenya sebesar 81% dibanding ekspor bahan baku (19%).
Tren ini terus melonjak selama lima tahun terakhir, sehingga mampu memberikan kontribusi signifikan pada perolehan devisa.
"Peningkatan penggunaan CPO terus meningkat, untuk energi sekitar 15%-20%. Sisanya untuk produk hilir seperti pangan dan nonpangan. Kita sudah buatkan roadmap-nya dalam pengembangan industri nasional,” jelas Airlangga.
Apalagi, lanjutnya, pasar di dalam negeri sedang berkembang pesat karena konsumsi produk pangan yang kian tumbuh.
Selain itu, adanya inisiatif kebijakan pemerintah tentang mandatori biodiesel PSO (Public Service Obligation) dan non-PSO sejak tahun 2016.
Menperin optimistis Indonesia punya potensi dan peluang besar dalam menjalankan program hilirisasi industri kelapa sawit dan optimalisasi penggunaan bahan bakar nabati.
Optimisme itu didasari fakta bahwa Indonesia merupakan salah satu produsen terbesar CPO dan minyak inti sawit mentah (Crude Palm Kernel Oil/CPKO) yang mencapai 47 juta ton pada tahun 2018.
"Laju pertumbuhan produksi minyak sawit diperkirakan terus meningkat signifikan, di mana ekspor minyak sawit dan produk turunannya menyumbang devisa negara lebih dari USD22 miliar per tahun," ungkapnya.
Airlangga melanjutkan, pihaknya juga terus mengawal kebijakan mandatori biodiesel 20% (B20), yang akan ditingkatkan menjadi B30 pada awal tahun 2020. Kemudian, diharapkan pada tahun 2021-2022, komposisi penggunaan bahan bakar nabati akan ditingkatkan menjadi B50-B100.
"Kita perlu berbangga bahwa kebijakan mandatori biodiesel berkomposisi di atas 20% adalah yang pertama kali di dunia, dengan hasil implementasi di lapangan yang relatif baik dan lancar," tuturnya.
Untuk itu, Kemenperin menginisiasi pertemuan dengan para pelaku industri agro sebagai produsen aneka produk hilir minyak sawit.
Menteri Perindustrian (Menperin) Airlangga Hartarto mengatakan, Kemenperin berkomitmen menjadikan industri hilir pengolahan minyak sawit sebagai sektor prioritas nasional.
"Kita telah mempunyai target pertumbuhan industri hilir kelapa sawit, sesuai Peraturan Pemerintah No. 14 Tahun 2015 tentang Rencana Induk Pengembangan Industri Nasional 2035," ujarnya di Jakarta, Selasa (20/8/2019).
Sepanjang tahun 2018, ekspor minyak sawit didominasi oleh produk hilir, yang rasio volumenya sebesar 81% dibanding ekspor bahan baku (19%).
Tren ini terus melonjak selama lima tahun terakhir, sehingga mampu memberikan kontribusi signifikan pada perolehan devisa.
"Peningkatan penggunaan CPO terus meningkat, untuk energi sekitar 15%-20%. Sisanya untuk produk hilir seperti pangan dan nonpangan. Kita sudah buatkan roadmap-nya dalam pengembangan industri nasional,” jelas Airlangga.
Apalagi, lanjutnya, pasar di dalam negeri sedang berkembang pesat karena konsumsi produk pangan yang kian tumbuh.
Selain itu, adanya inisiatif kebijakan pemerintah tentang mandatori biodiesel PSO (Public Service Obligation) dan non-PSO sejak tahun 2016.
Menperin optimistis Indonesia punya potensi dan peluang besar dalam menjalankan program hilirisasi industri kelapa sawit dan optimalisasi penggunaan bahan bakar nabati.
Optimisme itu didasari fakta bahwa Indonesia merupakan salah satu produsen terbesar CPO dan minyak inti sawit mentah (Crude Palm Kernel Oil/CPKO) yang mencapai 47 juta ton pada tahun 2018.
"Laju pertumbuhan produksi minyak sawit diperkirakan terus meningkat signifikan, di mana ekspor minyak sawit dan produk turunannya menyumbang devisa negara lebih dari USD22 miliar per tahun," ungkapnya.
Airlangga melanjutkan, pihaknya juga terus mengawal kebijakan mandatori biodiesel 20% (B20), yang akan ditingkatkan menjadi B30 pada awal tahun 2020. Kemudian, diharapkan pada tahun 2021-2022, komposisi penggunaan bahan bakar nabati akan ditingkatkan menjadi B50-B100.
"Kita perlu berbangga bahwa kebijakan mandatori biodiesel berkomposisi di atas 20% adalah yang pertama kali di dunia, dengan hasil implementasi di lapangan yang relatif baik dan lancar," tuturnya.
(ind)