Bencana Alam Tak Surutkan Minat Investor Tanamkan Modal di Palu
A
A
A
JAKARTA - Usai nestapa yang melanda Palu akibat diguncang bencana alam, di luar dugaan kini banyak investor yang justru berminat menanamkan modalnya di kota di Sulawesi Tengah itu.
Komisaris Utama PT Bangun Palu Sulawesi Tengah (BPST), Iwan Yunus mengungkapkan, banyak calon investor yang datang ke Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Palu dan tertarik menanamkan modalnya.
"Setelah bencana alam itu ternyata banyak sekali investor yang tertarik. Kami tanya kenapa? Pertama, mereka baru tahu Palu itu di mana. Begitu mereka melihat Palu, ternyata berada di pusat Indonesia. Dekat dengan Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) II yang setiap tahun ada 10.000 vessel (kapal) kapal yang lewat di situ," ujarnya dalam keterangan tertulis, Kamis (22/8/2019).
Dia melanjutkan, KEK Palu juga didukung keberadaan Pelabuhan Pantoloan yang merupakan salah satu pelabuhan alam terbaik di dunia, dengan kedalaman 18 meter tanpa pengerukan. Sehingga, mother vessel dengan kapasitas di atas 50.000 MT pun bisa sandar.
Iwan menuturkan, salah satu investor yang datang setelah gempa Palu adalah Hashimoto dari Jepang.
"Mereka bilang, kami ini dari Jepang yang merupakan negara bencana. Jadi tahu bahwa tidak akan ada bencana yang sama pada titik yang sama dalam kurun waktu cepat. Minimal 50 tahun baru terjadi lagi. Itu pun titiknya akan bergeser tidak di situ lagi," paparnya.
Dia yakin KEK Palu cukup aman karena berada di sebelah timur teluk. Jarak antara teluk itu 9,5 kilometer.
"Tidak mungkin hempasan ombak besar datang dari teluk, tapi dari laut lepas. Sehingga KEK Palu ini relatif aman," imbuhnya.
Hingga saat ini, ada beberapa perusahaan dengan nilai investasi cukup besar yang sudah dalam proses konstruksi di KEK Palu.
Salah satunya adalah PT Wanhong yang berinvestasi Rp800 miliar untuk membangun pabrik pengolahan tembaga.
"Wanhong ini produksinya akan diekspor ke China karena memang perusahaan asal China. Mereka pilih Palu karena lokasinya strategis. Secara geografis dekat dengan China," ungkapnya.
Investor lainnya adalah PT Indomangan Industri yang membangun smelter mangan dengan nilai investasi sebesar Rp1,2 triliun.
Perusahaan patungan Inggris-Indonesia ini akan mendatangkan bahan baku dari tambang batu mangan di Nusa Tenggara Timur dan Kalimantan Barat untuk diolah di pabrik yang sedang dibangun di KEK Palu. Targetnya, pabrik itu bisa beroperasi tahun 2020.
Selain itu terdapat beberapa investor yang sedang melaksanakan konstruksi diantaranya adalah PT Alfa Industri Mandiri yang akan membangun Pabrik Pengolahan Karbon Aktif, Coco Feat, dan Coco Fiber yang berbahan baku kelapa.
Kemudian, PT Sarana Dwima Jaya yang akan membangun pabrik baja ringan dengan nilai investasi Rp10 miliar, serta PT Sulawesi Global Komoditi yang bergerak dibidang pengolahan kakao dan gudang pengeringan dengan nilai investasi Rp510 juta.
Selanjutnya, PT Sula Kor Energi yang akan membangun pembangkit listrik 33 MW senilai Rp1,5 triliun dan PT Hashimoto yang akan membangun industri wood pelet dengan nilai investasi Rp2,4 triliun.
Sedangkan investor yang sudah produksi di KEK Palu adalah PT Asbuton Jaya Abadi yang bergerak di bidang perdagangan besar bahan bakar padat, cair dan gas dengan nilai investasi Rp100 miliar.
Ada pula PT Hong Thai International yang bergerak di bisnis pengolahan getah pinus dengan nilai investasi Rp13,7 miliar dan telah melakukan ekspor sejak akhir 2018. Nilai ekspor pada tahun 2019 adalah sebesar USD2,1 juta untuk Gumrosin dan USD3,3 juta untuk Turpentin.
Selain itu, terdapat PT Kaili Rotan Industri yang bergerak di pengolahan barang jadi maupun setengah jadi dari bahan rotan, bambu dan kayu dengan investasi Rp25,5 miliar.
Perusahaan lainnya adalah PT Tata Kokoh Abadi yang memproduksi batu bata dari tanah liat/keramik, perdagangan besar genteng, batu bata, ubin dan sejenisnya dari tanah liat, kapur semen atau kaca dengan nilai investasi Rp20 miliar.
"Kami bersyukur calon investor terus berdatangan ke KEK Palu. Wilayah kami memang relatif aman dari bencana. Pada saat bencana alam tahun lalu itu hanya kantor pengelola KEK saja yang rusak. Semua pabrik milik investor tidak rusak," tandasnya.
Komisaris Utama PT Bangun Palu Sulawesi Tengah (BPST), Iwan Yunus mengungkapkan, banyak calon investor yang datang ke Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Palu dan tertarik menanamkan modalnya.
"Setelah bencana alam itu ternyata banyak sekali investor yang tertarik. Kami tanya kenapa? Pertama, mereka baru tahu Palu itu di mana. Begitu mereka melihat Palu, ternyata berada di pusat Indonesia. Dekat dengan Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) II yang setiap tahun ada 10.000 vessel (kapal) kapal yang lewat di situ," ujarnya dalam keterangan tertulis, Kamis (22/8/2019).
Dia melanjutkan, KEK Palu juga didukung keberadaan Pelabuhan Pantoloan yang merupakan salah satu pelabuhan alam terbaik di dunia, dengan kedalaman 18 meter tanpa pengerukan. Sehingga, mother vessel dengan kapasitas di atas 50.000 MT pun bisa sandar.
Iwan menuturkan, salah satu investor yang datang setelah gempa Palu adalah Hashimoto dari Jepang.
"Mereka bilang, kami ini dari Jepang yang merupakan negara bencana. Jadi tahu bahwa tidak akan ada bencana yang sama pada titik yang sama dalam kurun waktu cepat. Minimal 50 tahun baru terjadi lagi. Itu pun titiknya akan bergeser tidak di situ lagi," paparnya.
Dia yakin KEK Palu cukup aman karena berada di sebelah timur teluk. Jarak antara teluk itu 9,5 kilometer.
"Tidak mungkin hempasan ombak besar datang dari teluk, tapi dari laut lepas. Sehingga KEK Palu ini relatif aman," imbuhnya.
Hingga saat ini, ada beberapa perusahaan dengan nilai investasi cukup besar yang sudah dalam proses konstruksi di KEK Palu.
Salah satunya adalah PT Wanhong yang berinvestasi Rp800 miliar untuk membangun pabrik pengolahan tembaga.
"Wanhong ini produksinya akan diekspor ke China karena memang perusahaan asal China. Mereka pilih Palu karena lokasinya strategis. Secara geografis dekat dengan China," ungkapnya.
Investor lainnya adalah PT Indomangan Industri yang membangun smelter mangan dengan nilai investasi sebesar Rp1,2 triliun.
Perusahaan patungan Inggris-Indonesia ini akan mendatangkan bahan baku dari tambang batu mangan di Nusa Tenggara Timur dan Kalimantan Barat untuk diolah di pabrik yang sedang dibangun di KEK Palu. Targetnya, pabrik itu bisa beroperasi tahun 2020.
Selain itu terdapat beberapa investor yang sedang melaksanakan konstruksi diantaranya adalah PT Alfa Industri Mandiri yang akan membangun Pabrik Pengolahan Karbon Aktif, Coco Feat, dan Coco Fiber yang berbahan baku kelapa.
Kemudian, PT Sarana Dwima Jaya yang akan membangun pabrik baja ringan dengan nilai investasi Rp10 miliar, serta PT Sulawesi Global Komoditi yang bergerak dibidang pengolahan kakao dan gudang pengeringan dengan nilai investasi Rp510 juta.
Selanjutnya, PT Sula Kor Energi yang akan membangun pembangkit listrik 33 MW senilai Rp1,5 triliun dan PT Hashimoto yang akan membangun industri wood pelet dengan nilai investasi Rp2,4 triliun.
Sedangkan investor yang sudah produksi di KEK Palu adalah PT Asbuton Jaya Abadi yang bergerak di bidang perdagangan besar bahan bakar padat, cair dan gas dengan nilai investasi Rp100 miliar.
Ada pula PT Hong Thai International yang bergerak di bisnis pengolahan getah pinus dengan nilai investasi Rp13,7 miliar dan telah melakukan ekspor sejak akhir 2018. Nilai ekspor pada tahun 2019 adalah sebesar USD2,1 juta untuk Gumrosin dan USD3,3 juta untuk Turpentin.
Selain itu, terdapat PT Kaili Rotan Industri yang bergerak di pengolahan barang jadi maupun setengah jadi dari bahan rotan, bambu dan kayu dengan investasi Rp25,5 miliar.
Perusahaan lainnya adalah PT Tata Kokoh Abadi yang memproduksi batu bata dari tanah liat/keramik, perdagangan besar genteng, batu bata, ubin dan sejenisnya dari tanah liat, kapur semen atau kaca dengan nilai investasi Rp20 miliar.
"Kami bersyukur calon investor terus berdatangan ke KEK Palu. Wilayah kami memang relatif aman dari bencana. Pada saat bencana alam tahun lalu itu hanya kantor pengelola KEK saja yang rusak. Semua pabrik milik investor tidak rusak," tandasnya.
(ind)