Pertumbuhan Stagnan, Jabar Harus Miliki Sumber Ekonomi Baru
A
A
A
BANDUNG - Sumber ekonomi baru dibutuhkan Provinsi Jawa Barat (Jabar) untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi yang kini cenderung stagnan. Selama ini sumber pertumbuhan ekonomi Jawa Barat lebih banyak mengandalkan sektor manufaktur, seperti tekstil dan produk tekstil (TPT), otomotif, dan produk massal lainnya
Kepala Kantor Perwakilan Wilayah Bank Indonesia (BI) Jawa Barat Donny P Djoewono mengatakan, sektor tersebut tercatat berkontribusi sekitar 43%. Sementara, kata dia, sumber ekonomi manufaktur sangat tergantung oleh kondisi ekonomi dunia. Karena, berbagai bahan baku dan produknya juga mengandalkan impor. Begitupun dengan produk akhir, seperti pakaian jadi yang telah banyak diproduksi China dan diimpor ke Indonesia.
"Kita tidak mungkin melawan produk TPT China. Artinya, sumber itu (manufaktur) tidak bisa diandalkan lagi. Selain itu bila sesuatu terjadi, akan langsung berdampak ke ekonomi Jabar. Kita harus mencari sumber sumber-sumber ekonomi baru," kata Donny.
Sumber ekonomi baru yang bisa digagas Jawa Barat adalah produk kreatif dan pariwisata. Potensi produk kreatif masih sangat banyak yang bisa digali dan dimunculkan. Bahkan, produk kreatif bisa didapat dari produk kearifan lokal seperti batik, tenun, atau produk kerajinan lainnya.
"Kita harus mencari produk unik. Itu yang akan kami dorong. Seperti kain tenun Garut. Itu kita dorong agar menjadi produk unggulan agar menjadi identitas Garut. Kain itu unik, kalau dijual murah enggak laku. Tapi kalau high profile akan laku. Itu menjadi unik produk bagi orang luar negeri," beber dia.
Dia mencontohkan, kain tenun Kupang termasuk yang cukup sukses saat ini. Bahkan, telah menjadi produk identitas dan dikembangkan oleh usaha mikro dan kecil, memberdayakan lingkungan sekitar.
Kain tenun Ina Ndao misalnya, adalah pelaku usaha binaan Bank Indonesia. Saat ini, produk mereka telah banyak dipasarkan di berbagai daerah. Ina Ndao bahkan tak hanya memproduksi kain tenun, tetapi juga menjadi sarana edukasi lain tradisional bagi pelajar. "Konsep itu juga yang akan kami kembangkan di Jabar. Nanti kita cari produk lokal mana yang perlu di kembangkan," imbuh dia.
Kepala Kantor Perwakilan Wilayah Bank Indonesia (BI) Jawa Barat Donny P Djoewono mengatakan, sektor tersebut tercatat berkontribusi sekitar 43%. Sementara, kata dia, sumber ekonomi manufaktur sangat tergantung oleh kondisi ekonomi dunia. Karena, berbagai bahan baku dan produknya juga mengandalkan impor. Begitupun dengan produk akhir, seperti pakaian jadi yang telah banyak diproduksi China dan diimpor ke Indonesia.
"Kita tidak mungkin melawan produk TPT China. Artinya, sumber itu (manufaktur) tidak bisa diandalkan lagi. Selain itu bila sesuatu terjadi, akan langsung berdampak ke ekonomi Jabar. Kita harus mencari sumber sumber-sumber ekonomi baru," kata Donny.
Sumber ekonomi baru yang bisa digagas Jawa Barat adalah produk kreatif dan pariwisata. Potensi produk kreatif masih sangat banyak yang bisa digali dan dimunculkan. Bahkan, produk kreatif bisa didapat dari produk kearifan lokal seperti batik, tenun, atau produk kerajinan lainnya.
"Kita harus mencari produk unik. Itu yang akan kami dorong. Seperti kain tenun Garut. Itu kita dorong agar menjadi produk unggulan agar menjadi identitas Garut. Kain itu unik, kalau dijual murah enggak laku. Tapi kalau high profile akan laku. Itu menjadi unik produk bagi orang luar negeri," beber dia.
Dia mencontohkan, kain tenun Kupang termasuk yang cukup sukses saat ini. Bahkan, telah menjadi produk identitas dan dikembangkan oleh usaha mikro dan kecil, memberdayakan lingkungan sekitar.
Kain tenun Ina Ndao misalnya, adalah pelaku usaha binaan Bank Indonesia. Saat ini, produk mereka telah banyak dipasarkan di berbagai daerah. Ina Ndao bahkan tak hanya memproduksi kain tenun, tetapi juga menjadi sarana edukasi lain tradisional bagi pelajar. "Konsep itu juga yang akan kami kembangkan di Jabar. Nanti kita cari produk lokal mana yang perlu di kembangkan," imbuh dia.
(akr)