Millennials KILL Ownership… They Love Sharing

Minggu, 25 Agustus 2019 - 10:52 WIB
Millennials KILL Ownership… They Love Sharing
Millennials KILL Ownership… They Love Sharing
A A A
Kalangan milenial lebih suka akses (access ) ketimbang kepemilikan (ownership ). Itu sebabnya mereka adalah generasi yang menjadi penggerak sharing economy .

- Mereka lebih menyukai naik Grab atau Gojek ketimbang memiliki kendaraan sendiri berikut berbagai kerepotan merawatnya.
- Mereka lebih memilih berlangganan Netflix ketimbang mengoleksi DVD film-film Holywood.
- Mereka lebih memilih berlangganan Spotify ketimbang mengoleksi CD atau mengunduh lagu di iTunes.
- Mereka lebih suka menyimpan file dan dokumen di layanan cloud seperti Google Drive atau Dropbox ketimbang menyimpannya di komputer atau hard disk sendiri.
- Mereka juga lebih suka menyewa di Rent the Runaway ketimbang membeli baju, asesoris, perhiasan, atau tas.
- Mereka memanfaatkan kantor bersama (co-working space ) ketimbang memiliki ruko sendiri untuk kantor.

Bagi kaum milenial, kepemilikan (rumah mewah, mobil terbaru, atau perhiasan termahal) kini tak lagi menjadi simbol kesuksesan dan capaian. Gen-X pamer kesuksesan dan status sosial melalui rumah besar, mobil mewah, atau perhiasan mahal yang mereka miliki.

Generasi milenial tak lagi begitu. “Ownership isnít matter anymore, access and sharing is .” Ada beberapa alasan kenapa generasi milenial lebih memilih akses terhadap barang atau layanan ketimbang memilikinya.

Pertama karena kaum milenial adalah generasi yang hidup di tengah ketidakmenentuan dan ketidakpastian. Mereka melalui masa-masa suram krisis 1998 dan 2008, kerusuhan politik seperti bom Bali dan kerusuhan berbau SARA; begitu pula disrupsi teknologi yang menjadikan banyak industri tak relevan lagi.

Mereka mulai melihat, di tengah ketidak me nentu an dan ketidak pastian, memiliki sesuatu bukanlah keputus an yang bijak. Akan lebih tidak berisiko jika mereka menyewa, ber langganan, atau berbagi dengan orang lain. Dan kemajuan teknologi digital memungkinkan hal itu dilakukan dengan mudah dan murah.

Kedua karena memiliki sesuatu memicu kerumitan hidup yang membuat mereka tidak bahagia. Ketika memiliki mobil, rentetan kebutuhan lanjutan akan susul-menyusul: butuh garasi, ngurus STNK dan SIM, beli bensin tiap minggu, bayar parkir, servis tiap tiga bulan, butuh sopir, berurusan dengan polisi kalau kena tilang di jalan, dan seterusnya. Itu semua menguras tenaga, pikiran, dan uang. Memiliki mobil ujung-ujungnya menciptakan spiral of complicated life yang menjadikan hidup para warga milenial pekat dipenuhi stres, kecemasan, dan ujung-ujungnya tak bahagia.

Ownership leads to stress, anxiety, and unhappiness. Ketiga karena generasi milenial menginginkan kebebasan. Nownership (“no ownership “) lifestyle means a life with more freedom. Tidak memiliki barangbarang (terutama durable goods ) seperti rumah atau mobil menjadikan mereka lebih memiliki kebebasan dalam hidup.

YUSWOHADY
Managing Partner Inventure www.yuswohady.com @yuswohady
(nfl)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5332 seconds (0.1#10.140)