KA Logistik Diharapkan Mampu Tekan Biaya Logistik

Selasa, 03 September 2019 - 15:45 WIB
KA Logistik Diharapkan Mampu Tekan Biaya Logistik
KA Logistik Diharapkan Mampu Tekan Biaya Logistik
A A A
JAKARTA - Tingginya biaya logistik di Indonesia yang nilainya sekitar 24% dari Produk Domestik Bruto, atau sekitar Rp1.820 triliun, membuat produk Indonesia kurang kompetitif. Dari jumlah itu, sektor transportasi mengambil porsi yang terbesar, yakni 60% dari biaya logistik.

Untuk menekan biaya logistik tersebut, salah satu upaya yang harus dilakukan adalah mengoptimalkan pemanfaatan kereta api (KA) logistik dalam transportasi barang. Hal itu menjadi kesimpulan dalam Lokakarya Nasional Masyarakat Perkeretaapian Indonesia (Maska).

Ketua Umum Maska Hemanto Dwiatmoko mengatakan, seharusnya peran KA logistik bisa lebih besar dalam angkutan logistik karena sudah banyak infrastruktur perkeretaapian dibangun.

"Di jalur Pantura Jawa, jalur kereta api sudah dibangun ganda, sehingga kapasitas perjalanan kereta bisa ditambah," kata Hermanto dalam keterangan tertulisnya, Selasa (3/9/2019).

Namun, imbuh dia, pembangunan infrastruktur itu tidak cukup karena masih belum terhubung dengan pelabuhan dan sentra-sentra produksi. Kalau pun sudah terhubung, sarana bongkar muat barang untuk kereta api juga harus dilengkapi.

Sekretaris Direktorat Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan Zulmafendi mengatakan, peran kereta api dalam angkutan barang masih sangat kecil, yakni hanya 1% dari total pengangkutan. Sebesar 90% pengangkutan, masih dilakukan angkutan truk.

Sementara, pertumbuhan volume barang yang diangkut tiap tahun terus meningkat. Jika tahun 2016 volume barang hanya 32,49 juta ton, maka tahun 2017 jumlahnya meningkat menjadi 40 juta ton, dan tahun 2018 naik lagi menjadi 45,2 juta ton.

"Ada banyak kelebihan yang didapat dengan pengangkutan kereta api. Misalnya kepastian waktu, kapasitas angkut yang besar, efisien, emisi gas buang yang rendah, dan keamanan," katanya.

Namun pengangkutan dengan kereta barang juga mempunyai kekurangan. Seperti, belum adanya layanan door to door sehingga biaya handling lebih mahal dibanding moda truk. "Selain itu total waktu angkut lebih lama dan kurang fleksibel," imbuh Zulmafendi.

Untuk mengatasi kendala-kendala yang ada, Direktorat Jenderal Perkeretapian telah membuat rencana strategis pembangunan perkeretaapian. Misalnya membangun jalur ganda di Jawa dan Sumatera, reaktivasi jalur kereta, integrasi jalur kereta dengan pelabuhan, membangun jalur baru kereta yang menghubungkan sentra-sentra produksi seperti industri, pertambangan, perkebunan, pertanian dan lainnya dengan pelabuhan.

Namun, untuk membangun semua itu, tidak bisa mengharapkan hanya anggaran dari pemerintah secara keseluruhan. Anggaran yang dibutuhkan diperkirakan Rp35,96 triliun. "Anggaran itu tidak bisa dipenuhi semuanya oleh pemerintah. Perlu ada kerja sama dengan BUMN dan sektor swasta," tegas Zulmafendi.

Terlepas dari itu, direktur Utama PT Kereta Api Logistik Hendy Helmi mengatakan, pertumbuhan volume angkutan barang yang diangkutnya mengalami pertumbuhan rata-rata 18,8% setiap tahun. Dan pertumbuhan ini akan terus terjaga hingga lima tahun ke depan. Pertumbuhan yang sangat positif itu tetap terjadi walaupun masih banyak kendala belum teratasi.

"Misalnya, saat ini sentra-sentra industri tersebar di mana-mana dan jauh dari jalur kereta api, sehingga menimbulkan inefisiensi dalam handling," ujar Hendy.

Selain itu dominasi barang masih satu arah, yakni Jakarta ke Surabaya hingga kapasitas penuh. Sementara arah Surabaya ke Jakarta ke Surabaya hanya terisi 20-40% dari kapasitas armada.

"Masih banyak yang harus dilakukan seperti pembenahan emplacement di stasiun, sistem perpindahan jalur kereta, pemanfaatan teknologi, dan sebagainya," tutupnya.
(fjo)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6079 seconds (0.1#10.140)