India Kesal dengan Kebijakan Perdagangan China
A
A
A
SINGAPURA - Menteri Luar Negeri India, Subrahmanyam Jaishankar, pada Senin (9/9/2019) mengkritik cara perdagangan China, dengan menyebutnya sebagai kebijakan perdagangan sepihak. Bahkan India menyatakan China telah menghambat kemajuan perjanjian perdagangan bebas di Asia.
Melansir dari Bloomberg, dalam diskusi panel di Singapura, Jaishankar mengatakan China telah melakukan perdagangan yang "tidak adil" juga melakukan cara "proteksionis". Akibatnya, defist perdagangan India melebar terhadap China. Defisit perdagangan India terhadap China mencapai USD53,6 miliar pada tahun fiskal yang berakhir Maret 2019.
"Kebijakan perdagangan China telah mengkhawatirkan India, karena kami mengalami defisit perdagangan yang sangat besar dengan China," tandasnya dalam acara Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP).
India berharap adanya RCEP, yang mencakup 10 negara ASEAN, Jepang, Korea Selatan, Australia, Selandia, Baru, India, dan China, bisa menghasilkan kebijakan perdagangan bebas yang adil.
Sementara itu, para menteri dari 16 negara yang hadir kembali menegaskan komitmen untuk mencapai kesepakatan perdagangan yang adil, setelah pertemuan di Bangkok pada akhir pekan lalu tidak mencapai kesepakatan.
Jaishankar mengatakan pesimis bahwa pertemuan RCEP di Singapura ini bisa mencapai kesepakatan. Untuk itu, dirinya menekankan India sangat menginginkan peraturan yang adil.
"Pada akhirnya RCEP adalah negosiasi ekonomi. Harus ada kebijakan strategis yang bermanfaat secara ekonomi dari RCEP. Dan itu harus jelas bagi negara kami, India," kata Jaishankar.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Singapura, Vivian Balakrishnan, meminta India untuk tetap di RCEP. Balakrishnan berharap New Delhi dan Beijing untuk melakukan perundingan demi mencapai kesepakatan perdagangan.
"Saya berharap India dan China melakukan perundingan karena ini akan berdampak besar pada RCEP," kata Balakrishnan.
Kesepakatan RCEP yang diharap bisa tercapai akhir tahun ini, akan mencakup sepertiga dari Produk Domestik Bruto (PDB) dunia, sekitar 40% dari perdagangan dunia, dan hampir setengah dari penduduk dunia.
Melansir dari South China Morning Post, Senin (9/9), Wakil Perdana Menteri China, Hu Chunhua, berharap RCEP bisa tercipta pada akhir tahun ini, sehingga bisa meringankan mereka ditengah perang dagang dengan Amerika Serikat.
Dalam pertemuan di Singapura ini, Hu Chunhua juga meminta negara-negara yang terlibat untuk saling membantu. Sementara itu, India secara terbuka menentang pemberlakuan tarif yang rendah, yang membuat produk mereka kalah bersaing akibat membanjirnya produk impor. India meminta kesetaraan dengan akses pasar yang juga lebih besar terhadap produk mereka.
Melansir dari Bloomberg, dalam diskusi panel di Singapura, Jaishankar mengatakan China telah melakukan perdagangan yang "tidak adil" juga melakukan cara "proteksionis". Akibatnya, defist perdagangan India melebar terhadap China. Defisit perdagangan India terhadap China mencapai USD53,6 miliar pada tahun fiskal yang berakhir Maret 2019.
"Kebijakan perdagangan China telah mengkhawatirkan India, karena kami mengalami defisit perdagangan yang sangat besar dengan China," tandasnya dalam acara Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP).
India berharap adanya RCEP, yang mencakup 10 negara ASEAN, Jepang, Korea Selatan, Australia, Selandia, Baru, India, dan China, bisa menghasilkan kebijakan perdagangan bebas yang adil.
Sementara itu, para menteri dari 16 negara yang hadir kembali menegaskan komitmen untuk mencapai kesepakatan perdagangan yang adil, setelah pertemuan di Bangkok pada akhir pekan lalu tidak mencapai kesepakatan.
Jaishankar mengatakan pesimis bahwa pertemuan RCEP di Singapura ini bisa mencapai kesepakatan. Untuk itu, dirinya menekankan India sangat menginginkan peraturan yang adil.
"Pada akhirnya RCEP adalah negosiasi ekonomi. Harus ada kebijakan strategis yang bermanfaat secara ekonomi dari RCEP. Dan itu harus jelas bagi negara kami, India," kata Jaishankar.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Singapura, Vivian Balakrishnan, meminta India untuk tetap di RCEP. Balakrishnan berharap New Delhi dan Beijing untuk melakukan perundingan demi mencapai kesepakatan perdagangan.
"Saya berharap India dan China melakukan perundingan karena ini akan berdampak besar pada RCEP," kata Balakrishnan.
Kesepakatan RCEP yang diharap bisa tercapai akhir tahun ini, akan mencakup sepertiga dari Produk Domestik Bruto (PDB) dunia, sekitar 40% dari perdagangan dunia, dan hampir setengah dari penduduk dunia.
Melansir dari South China Morning Post, Senin (9/9), Wakil Perdana Menteri China, Hu Chunhua, berharap RCEP bisa tercipta pada akhir tahun ini, sehingga bisa meringankan mereka ditengah perang dagang dengan Amerika Serikat.
Dalam pertemuan di Singapura ini, Hu Chunhua juga meminta negara-negara yang terlibat untuk saling membantu. Sementara itu, India secara terbuka menentang pemberlakuan tarif yang rendah, yang membuat produk mereka kalah bersaing akibat membanjirnya produk impor. India meminta kesetaraan dengan akses pasar yang juga lebih besar terhadap produk mereka.
(ven)